Riset Tunjukkan Gaya Hidup Orang Indonesia Berubah karena Virus Corona Covid-19

Riset Tunjukkan Gaya Hidup Orang Indonesia Berubah karena Virus Corona Covid-19

17
Mencermati Alamat Situs Berita

Virus corona covid-19 membuat gaya hidup orang Indonesia berubah. (Credit: pexels.com/Kaboompics)
Jakarta – Pandemi virus corona covid-19 yang terjadi di Indonesia ternyata berdampak pada semua lini kehidupan. Tak terkecuali gaya hidup masyarakat di seluruh tanah air.
Perubahan yang paling mencolok terlihat dari cara orang menjalani kehidupan sosial dan menggerakkan roda perekonomian. Di mana masyarakat kini sangat mengandalkan teknologi digital untuk tetap menjalani kehidupan sosial dan ekonomi di tengah kebijakanphysical distancing dan PSBB. Namun benarkah bahwa sektor ekonomi menjadi sektor terbesar yang terdampak negatif virus corona covid-19?
Sebuah survei dilakukan oleh Snapcart untuk menilik seberapa besar dampak yang dibawa oleh virus corona terhadap gaya hidup orang Indonesia. Dilakukan pada 17-28 Maret 2020, survei yang melibatkan 2000 laki-laki dan perempan berumur 15-50 tahun di 8 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, dan Manado) menunjukkan bahwa pandemi virus corona berdampak paling besar terhadap kehidupan sosial masyarakat. Disusul dengan faktor karier atau pekerjaan dan berubahnya rencana perjalanan atau liburan akibat pandemi virus corona covid-19.
Bagaimana virus corona covid-19 ini bisa berdampak pada tiga sektor tersebut?
1. Kehidupan sosial
Dari survei yang dilakukan, sebanyak 48 persen responden mengaku bahwa kehidupan sosialnya terganggu akibat virus corona covid-19. Masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan hidup gotong royong dan kentalnya interaksi sosial berusaha mencari jalan keluar untuk tetap melakukan sosialisasi meski ada kebijakan physical distancing.
Penggunaan teknologi digital menjadi jawaban yang membuat masyarakat kini mulai menggantungkan interaksinya melalui dunia maya. Belakangan, banyak media sosial dan aplikasi olahraga yang melibatkan aktivitas olahraga secara online. Sehingga menciptakan suasana seakan-akan berolahraga bersama, padahal sebenarnya di rumah.
Hal ini terjadi karena tidak mungkin seseorang mampu sendirian terus menerus. Setelah pandemi virus corona covid-19 berakhir, mengadakan pertemuan menjadi reaksi langsung dari kerinduan masyarakat untuk bertemu. Di mana banyak tempat-tempat akan diramaikan dengan aktivitas berkumpul.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Survei aspek kehidupan yang terdampak virus corona

Simak seperti apa perubahan gaya hidup orang Indonesia akibat pandemi virus corona (Foto: RB Consulting)
2 dari 3 halaman

2. Pekerjaan atau karier

[Fimela] WFH

ilustrasi WFH | pexels.com/@olly
Kebijakan physical distancing dan PSBB menyebabkan diberlakukannya WFH. Ada banyak penyesuaian yang perlu dilakukan masyarakat dalam menjalani WFH. Di mana kedisiplinan menjadi nilai penting untuk menjalani WFH yang lebih produktif. Sementara, ada sejumlah masyarakat yang berpikir bahwa WFH membuat pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih santai. Seharusnya tidak demikian, tetap lakukan kebiasaan bangun pagi dan bersiap diri layaknya bekerja di kantor.
Sementara bagi perempuan, ternyata tidak mudah menjalani WFH. Malah justru lebih melelahkan dibandingkan bekerja di kantor. Perempuan harus mengurusi kebutuhan rumah, menjaga anak, sekaligus melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan di kantor. Namun di sisi lain, para pengusaha dan pemerintah bisa mengamati bagaimana WFH sebagai pola baru dalam menjalani aktivitas pekerjaan ke depannya.
3. Liburan
Rencana seseorang untuk liburan tentunya terganggu dan bahkan berubah. Pariwisata menjadi sektor ketiga yang terdampak dari pandemi virus corona covid-19. Otomatis perhotelan mengalami penurunan pengunjung. Sejumlah hotel meniadakan buffet atau prasmanan karena tidak adanya pengunjung. Artinya, pembelanjaan terhadap bahan baku restoran di hotel menjadi berkurang, yang berdampak pada perekonomian kelas bawah.
Lantas, bagaimana dengan sektor ekonomi? Secara spesifik, survei ini tidak menjelaskan adanya penurunan ekonomi. Melainkan menunjukkan perubahan gaya konsumen yang mengandalkan opsi digital. Sebanyak 24 persen responden terpaksa harus mengubah kebiasaan belanja yang konvensional menjadi online. Sehingga terjadi peningkatan aktivitas belanja online di kalangan masyarakat.
3 dari 3 halaman

4. Dampak terhadap ekonomi

Ilustrasi Belanja Online

Ilustrasi belanja online (dok. Pixabay.com/HutchRock/Putu Elmira)
Belanja online memang bukan hal baru. Namun tidak semua lapisan masyarakat mengandalkan pilihan ini sebagai aktivitas belanja. Peningkatan terhadap aktivitas belanja online membawa dampak pada pelaku ekonomi yang harus menyiapkan opsi digital secara mendadak.
Bukan hanya menyediakan layanan pesan antar, melainkan berbagai aktivitas belanja dan transaksi pun juga dilakukan secara online. Karena adanya faktor mendesak, menjadikan pelayanan digital tidak memuaskan.
“Setiap krisis akan ada new normal. Akan ada perubahan norma. Tapi akan ada reaksi langsung ketika untuk bertemu. Banyak perusahaan dan pemerintah akan memahami dampak dari WFH. Belanja online akan tetap terus jalan dan menjadi kebiasaan baru,” ungkap Iwan Murty selaku CEO dan Founder dari RB Consulting.
Ketika kebijakan physical distancing dan PSBB berakhir, bukan berarti masyarakat akan kembali seperti semula. Justru ada beberapa kebiasaan baru yang muncul dan berdampak pada kehidupan ekonomi. Di mana, masyrakat akan tetap menjaga sebagian habit online dari mereka. Sehingga pelaku bisnis harus mematangkan opsi digital yang dimiliki agar lebih kuat dan mampu memberikan layanan yang memuaskan bagi konsumen.
Disadur dari: Fimela.com (penulis Vinsensia, editor Karla, published 12/4/2020)
Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi virus corona di Indonesia memberikan dampak tidak hanya pada kesehatan masyarakatnya, akan tetapi juga pada gaya hidup akibat berbagai kebijakan yang berlaku untuk panganan Covid-19. 
Perubahan yang paling mencolok terlihat dari cara orang menjalani kehidupan sosial dan menggerakkan roda perekonomian. Kini masyarakat lebih mengandalkan teknologi digital untuk tetap dapat menjalani kehidupan sosial dan ekonomi di tengah kebijakan physical distancing dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). 
Lalu sejauh mana dampak cirus corona terhadap gaya hidup dan kebiasaan bekerja orang Indonesia?
Hasil survei secara online yang dilakukan oleh Snapcart, pada tanggal 17-28 Maret 2020 terhadap 2.000 pria dan wanita berumur 15-50 tahun di 8 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, dan Manado) menunjukkan bahwa pandemi virus Corona yang masih berlanjut menyebabkan terganggunya gaya hidup, kebiasaan bekerja, dan berbisnis masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di perkotaan.
Dampak Covid-19 yang paling terasa mengganggu adalah (1) kehidupan sosial, menempati urutan paling tinggi yakni 48%, diikuti (2) kekhawatiran akan karir dan pekerjaan 44%, kemudian (3) buyarnya rencana liburan dan wisata 39%, selanjutnya (4) kekhawatiran terbatasnya kegiatan keagaamaan 31%, dan (5) tidak bisa melakukan kebiasaan berbelanja 24%.
Gaya hidup kaum urban, seiring berkembangnya teknologi, menjadikan mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, sehingga kehidupan sosial di dunia maya dianggap lebih menarik daripada di dunia nyata.  Namun di survei ini hasil yang diperoleh kebalikannya, hampir setengah responden baik pria dan wanita, muda dan tua merasa kehidupan sosialnya terganggu karena tidak bisa berkumpul bersama keluarga dan teman, karena harus menjaga jarak (physical distancing) dan mengikuti anjuran untuk #DiRumahAja. 
44% responden merasa khawatir akan karir dan pekerjaan mereka; untuk hal ini laki-laki lebih khawatir dibandingkan wanita.  Sebanyak 39% responden yang sebagian besar wanita merasa khawatir dengan rencana liburan mereka yang tertunda untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.  
Pandemi Covid-19 yang terjadi bersamaan dengan perayaan hari-hari besar agama, diantaranya Hari Raya Nyepi, Hari Raya Paskah, Bulan Suci Ramadhan, dan Hari Raya Idul Fitri, hal ini menjadikan 31% responden merasa khawatir mereka tidak bisa menjalankan ibadah keagamaan seperti normalnya.
Selalu ada hikmah di balik musibah.  Untuk penjual melalui daring, dampak #DiRumahAja menjadi berkah tersendiri.  Sebanyak 24% responden merasa kebiasaan berbelanja mereka terganggu karena biasanya mereka bisa jalan-jalan keluar untuk belanja hal ini mengubah cara berbelanja melalui daring.  “Setiap krisis akan ada perubahan norma, tapi akan ada reaksi langsung ketika bertemu. Banyak perusahaan dan pemerintah akan memahami dampak dari WFH. Belanja online akan tetap terus jalan dan menjadi kebiasaan baru,” ungkap Iwan Murty, CEO dan Founder RB Consulting.
Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap kebiasaan kerja dan berbinis
Survei ini mencoba menganalisa perbedaan perspektif yang mencolok antara responden pria bekerja dan responden wanita bekerja, bahwa sebanyak 74% responden wanita bekerja dan 68% responden pria bekerja merasakan kurang efektif bekerja di rumah. 
Responden wanita bekerja merasa #WorkFromHome kurang efektif karena selama bekerja dari rumah mereka juga harus membagi perhatian dengan mengurus rumah tangga.
Kemudian responden pria pada umumnya mempunyai 3 kekhawatiran terbesar yaitu karir dan pekerjaan, bisnis dan hobi mereka, sangat berbeda dengan responden perempuan yang mempunyai 3 kekhawatiran terbesar yaitu terganggunya rencana liburan, kebiasaan belanja dan waktu luang mereka. 
Lebih dari separuh dari sample survei ini (54%) yang mengatakan mereka harus menunda atau membatalkan rencana bisnis.  Tiga besar rencana bisnis yang berdampak adalah investasi misalnya membeli properti, emas, reksadana, saham dan lainnya, rencana belanja dan rencana untuk membuka usaha.
Pandemi yang disusul dengan kebijakan karantina dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah mengubah gaya hidup dan kebiasaan bekerja orang saat ini. Kebijakan bekerja dari rumah mendorong orang untuk lebih mengandalkan teknologi digital.
Perubahan ini paling tidak terbaca dari survei yang dilakukan oleh Snapcart pada periode 17-28 Maret 2020 terhadap 2.000 laki-laki dan perempuan di delapan kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, dan Manado). Hasil survei menunjukkan bahwa pandemi virus Corona yang masih berlanjut menyebabkan terganggunya gaya hidup, kebiasaan bekerja, dan berbisnis masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di perkotaan.
Dampak Covid-19 yang paling terasa mengganggu adalah kehidupan sosial yang menempati urutan paling tinggi (48%), diikuti oleh kekhawatiran akan karier dan pekerjaan (44%), kemudian buyarnya rencana liburan dan wisata (39%), kekhawatiran terbatasnya kegiatan keagamaan (31%) dan tidak bisa melakukan kebiasaan berbelanja (24%).
Gaya hidup kaum urban, seiring berkembangnya teknologi, menjadikan mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, sehingga kehidupan sosial di dunia maya dianggap lebih menarik daripada di dunia nyata.  Namun, di survei ini hasil yang diperoleh kebalikannya. Hampir setengah responden baik lelaki dan perempuan, muda dan tua merasa kehidupan sosialnya terganggu karena tidak bisa berkumpul bersama keluarga dan teman. Mereka harus menjaga jarak (physical distancing) dan mengikuti anjuran untuk di rumah saja.
Sebanyak 44% responden merasa khawatir akan karier dan pekerjaan mereka. Untuk hal ini laki-laki lebih khawatir dibandingkan perempuan.  Sebanyak 39% responden yang sebagian besar perempuan merasa khawatir dengan rencana liburan mereka yang tertunda untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Pandemi Covid-19 yang terjadi bersamaan dengan perayaan hari-hari besar agama, seperti Nyepi, Paskah, Ramadhan, dan Idul Fitri. Hal ini menjadikan 31% responden merasa khawatir mereka tidak bisa menjalankan ibadah keagamaan seperti normalnya.
Selalu ada hikmah di balik musibah.  Untuk penjual melalui daring, dampak kebijakan di rumah saja menjadi berkah tersendiri.  Sebanyak 24% responden merasa kebiasaan berbelanja mereka terganggu karena biasanya mereka bisa jalan-jalan keluar untuk belanja hal ini mengubah cara berbelanja melalui daring.  
“Setiap krisis akan ada perubahan norma, tapi akan ada reaksi langsung ketika bertemu.  Banyak perusahaan dan pemerintah akan memahami dampak dari WFH.  Belanja online akan tetap terus jalan dan menjadi kebiasaan baru,” ungkap Iwan Murty, CEO dan Founder RB Consulting seperti dikutip dari keterangan resminya.
Survei ini mencoba menganalisis perbedaan perspektif yang mencolok antara responden lelaki bekerja dan responden perempuan bekerja. Ada sebanyak 74% responden perempuan bekerja dan 68% responden lelaki bekerja merasakan kurang efektif bekerja di rumah.  Responden perempuan bekerja merasa bekerja dari rumah kurang efektif karena selama bekerja dari rumah mereka juga harus membagi perhatian dengan mengurus rumah tangga.
Responden lelaki pada umumnya mempunyai tiga kekhawatiran terbesar, yaitu karier dan pekerjaan, bisnis dan hobi mereka. Sangat berbeda dengan responden perempuan yang mempunyai tiga kekhawatiran terbesar, yaitu terganggunya rencana liburan, kebiasaan belanja, dan waktu luang mereka.
Lebih dari separuh dari sampel survei ini (54%) yang mengatakan mereka harus menunda atau membatalkan rencana bisnis.  Tiga besar rencana bisnis yang berdampak adalah investasi. Pertama, rencana membeli properti, emas, reksadana, saham dan lainnya. Kedua, rencana belanja. Ketiga, rencana untuk membuka usaha.

5 thoughts on “Riset Tunjukkan Gaya Hidup Orang Indonesia Berubah karena Virus Corona Covid-19

  1. I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *