Sabtu, 21 Maret 2020 10:14
CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua, Bireuen
OLEH CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua, Bireuen
AWAL tahun 2020 seluruh dunia terguncang oleh suatu penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus. Virus itu bernama corona atau Covid-19.
Menurut Ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam suatu pertemuan di Jenewa seperti dikutip AFP, Selasa (11/2/2020), “Covid-19” merupakan singkatan dari ‘Co’ yang artinya ‘Corona’, ‘Vi’ yaitu ‘virus’, dan “d” untuk ‘disease’ artinya penyakit, sedangkan “19” adalah tahun penemuannya di Kota Wuhan, Cina, pada 31 Desember 2019.
Menurut beberapa referensi, virus corona atau Covid-19 menyerang sistem pernapasan manusia. Mungkin kita pun masih ingat pada kerabat virus ini beberapa tahun lalu sebagai penyebab SARS dan MERS yang dinyatakan berasal dari hewan, lalu menular ke manusia.
Virus corona ini tergolong sadis karena dapat mematikan atau dapat menyebabkan luka permanen pada paru-paru pasien yang sudah terinfeksi dan sembuh. Secara umum bila ada yang mengalami demam, flu, batuk, dan sesak napas dalam batas waktu tertentu ini adalah suatu gejala penyakit Covid-19, maka harus ada kewaspadaan dan kerja sama yang baik dengan keluarga atau rekan kerja selama beraktivitas di dalam rumah, di ruang kerja, dan di dalam lingkungan masyarakat.
Keberadaan Covid-19 yang mematikan ini telah banyak menyita perhatian dunia. Ada yang menanganinya dengan sangat serius, ada pula yang seolah-olah tak mau tahu, tapi karena hari demi hari penyebarannya semakin banyak, maka langkah konkret yang harus ditempuh sebagai antisipasi adalah membangun kerja sama yang baik dengan keluarga, rekan kerja, dan pihak pihak terkait.
Penyakit Covid-19 telah menggerakkan para kepala negara untuk cepat tanggap dan peduli atas keselamatan rakyatnya. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai pengumuman untuk meliburkan sekolah, meniadakan kuliah tatap muka, larangan terlibat dalam keramaian, termasuk larangan ke luar negeri, baik untuk umrah, rekreasi, ataupun hanya untuk kunjungan biasa.
Peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentu sangat berpengaruh terhadap segala sektor, termasuk perekonomian dan kehidupan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan informasi di media ini beberapa hari lalu bahwa lebih kurang 50 juta orang terancam kehilangan pekerjaan akibat dampak dari pandemi virus corona (Covid-19), sulit untuk dibayangkan bila terjadi pengangguran maka masalah sosial akan terus bermunculan. Namun, semua itu perlu digarisbawahi bahwa apa pun yang dilakukan pemerintah adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap rakyatnya, karena mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Selain itu, dampak pengaruh virus corona (Covid-19) dalam kehidupan sosial masyarakat, di antaranya adalah timbulnya rasa curiga dan hilangnya kepercayaan terhadap orang-orang yang ada di seputaran kita atau yang baru kita kenal. Sebagai contoh pada saat kita membeli makanan, baik di warung yang berlabel maupun kaki lima kita pasti akan mencari tahu apakah bersih atau tidak. Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang yang terjangkit virus atau tidak, adakah petugas atau pelayan yang mencuci tangan pada saat mengolah atau memproses makanan yang kita pesan atau tidak, sehingga timbul keraguan.
Pada saat kita berbicang atau berjumpa baik di lingkungan kantor maupun di lingkungan rumah dan dengan masyarakat setempat kita pun enggan berjabat tangan, meskipun mereka adalah orang tua, sebagaimana yang kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk selalu menghormati yang lebih tua. Namun, situasi saat ini mengharuskan kita untuk menghindari berjabat tangan dan harus menjaga jarak ± 2 meter bila ingin berbicara dengan orang lain, apalagi orang yang tidak kita kenal.
Untuk mematuhi imbauan dalam pertemuan atau rapat mengharuskan kita memakai masker, tapi di sisi lain ada juga yang tidak menggunakan masker, bahkan batuk sembarangan, hal ini tentu menimbulkan kecurigaan, kita pun terkadang cepat menghindar. Masalah ini tentu akan membuat yang bersangkutan merasa tersinggung, apalagi kalau ada yang mengatakan bahwa itu corona, rekan kerja tentu langsung meninggalkan atau menjauhinya.
Virus corona (covid-19) telah melumpuhkan perekonomian dunia, termasuk Indonesia, sebagaimana terlihat dalam kehidupan sehari-hari di kalangan menengah ke bawah seperti pedagang kelontong, penjual ikan, dan pedagang sayur. Mereka merasakan menurunnya daya beli masyarakat karena ketidaknyamanan para konsumen dalam berbelanja.
Lain lagi kisah seorang sopir yang biasanya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi dengan merebaknya kasus virus corona ini masyarakat enggan menggunakan transportasi umum. Imbauan pemerintah untuk lockdown atau karantina mandiri di rumah masing-masing dengan meliburkan aktivitas tatap muka di sekolah, perguruan tinggi, dan perkantoran tidak semua mematuhinya, bahkan ada yang menggunakan waktu karantina mandiri untuk menikmati liburan. Hal ini tentu menjadi masalah bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga masyarakat, maka sangat dibutuhkan kesadaran akan keselamatan diri dan lingkungan.
Sejak diberlakukannnya peraturan tidak dibenarkan ada kumpulan keramaian seperti di masjid, maka hampir semua masjid pada saat shalat berjamaah hanya beberapa orang yang hadir, sehingga masjid tampak sepi. Situasi ini menimbulkan kegelisahan apakah semua larangan yang telah ditetapkan semuanya bermanfaat karena di satu sisi sebagai umat Islam, apabila di masjid tidak ada lagi orang yang shalat berjamaah, tidak ada lagi pengajian, tak terdengar lagi zikir, maka tanpa sadar kita telah meninggalkan modal menuju akhirat. Bukankah dengan adanya musibah kita seharusnya semakin memenuhi masjid untuk berzikir dan berdoa?
Kegiatan yang dilaksanakan di masjid tentu bagi yang merasa dirinya sehat dan untuk pencegahan virus corona ini bila perlu pemerintah juga memasang alat pengukur suhu tubuh ketika memasuki masjid.
Menghadapi musibah Covid-19 bukan hanya para medis yang berperan, tetapi juga hendaknya pemerintah mengajak para ulama dan pemuka agama untuk ikut berperan aktif, sehingga masyarakat merasa tenang dan tidak dihantui oleh berita-berita yang menakutkan.
Peran serta keluarga dengan memberikan pemahaman dan penanganan yang baik kepada anggota keluarga menjadi faktor utama dalam keberhasilan pencegahan Covid-19.
Akhirya, kita pasti akan kembali kepada Allah, Sang Pencipta. Jika waktu itu telah tiba maka tak seorang pun mampu mencegahnya. Namun, sebagai manusia kita harus berusaha untuk terhindar dari penyakit dan menjaga umur dengan baik.
I am a website designer. Recently, I am designing a website template about gate.io. The boss’s requirements are very strange, which makes me very difficult. I have consulted many websites, and later I discovered your blog, which is the style I hope to need. thank you very much. Would you allow me to use your blog style as a reference? thank you!
Thank you very much for sharing, I learned a lot from your article. Very cool. Thanks. nimabi
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.