SEPEDA MOTOR TABRAK ANGKOT, BONCENGAN TERPENTAL DI KOLONG MOBIL, 2 KORBAN TEWAS

Siang itu sekira pukul 14.00 wib tgl. 4 Agst. 2014, lalulintas di sepanjang jalan raya Ambarita-Tomok cukup ramai, sebuah angkot warna putih yang dipadati anak sekolah (SMP?) melintas di jalan panjang (warga setempat menyebut Galung Nabolak) agak kencang. Sekitar 1,5 km dari Ambarita, sepeda motor berboncengan yang dikenderai oleh siswa SMP  menguntit dibelakang angkot dengan kecepatan tinggi, seakan berlomba.  Tiba-tiba praaaakkk, suara benturan benda keras terdengar menyeruak, sepeda motor menabrak angkot dari belakang hingga pengendara sepeda motor (XS) terjatuh dan menabrak angkot, sementara boncengannya terpental kea rah kanan disambut mobil hitam yang datang dari arah berlawanan (Tomok)  dan beberapa saat berada di kolong mobil dan terseret, korban XT tewas di tempat.
Beberapa saat, kejadian tabrakan tersebut membuat para pelintas baik yang anak sekolah yang jalan kaki, yang naik angkot maupun yang sedang ada di kedai di pinggir jalan sempat bengong, hingga tidak ada yang mau menolong. Seseorang yang sedang duduk di kedai berlari menuju TKP lalu mengangkat korban yang tidak bernyawa dari kolong mobil dan membawanya ke instalasi kesehatan terdekat (Puskesmas Ambarita) menyusul pengendara sepeda motor dibawa ke Puskesmas, sementara pengemudi angkot plat kuning dan pengemudi mobil plat NR menyelematkan diri melapor ke Polsek terdekat,
Informasi yang dapat dikumpulkan, bahwa pengendara sepeda motor  sebut saja XS  dan boncengannya XT  masih duduk di bangku SMP di Ambarita. XS yang merupakan anak kedua pada keluar ADS. usai pulang sekolah kembali ke rumah, lalu oleh ibunya disuruh untuk membeli ikan-lauk untuk makan siang ke kedai di kawasan Tomok, entah bagaimana justru dengan naik sepeda motor bersama rekannya XT penduduk huta Lumban Dolok desa yang sama berpacu menuju Ambarita  (mungkin ada yang tertinggal di Sekolah) lalu kemudian kembali menuju Tomok. Menurut saksi mata yang juga menjadi saksi di Polres, korban XS  dengan kecepatan tinggi melintasi keramaian lalu lintas, hingga seakan kejaran dengan angkot dan berusaha untuk melewatinya. Tanpa disadari, angkot yang membawa anak sekolah melambatkan laju kenderaan dan berbelokmenghindari bahan material yang ditumpuk dipinggir jalan, detik itulah sepeda motor langsung menubruk angkot dari belakang, XS terlempar kedepan menubruk angkot dengan kepala, sementara boncengannya XT terlempar ke kanan dan jatuh ke aspal disambut kenderaan yang melintas hingga tewas ditempat.
Masyarakat di kawasan Ambarita, Tomok dan Tuktuk  merasakan kejadian kecelakaan lalu lintas di jalan lurus kawasan persawahan Galung Nabolak ini seakan peristiwa  rutin yang terjadi setiap tahun.  Seminggu sebelumnya (minggu keempat bulan Juli), seorang siswa SMK, penduduk Lontung juga mengalami kecelakaan di kawasan Binanga Jambu, 1 km dari Tomok. Siswa ini mengendarai sepeda motor berboncengan tanpa helm, menabrak dyk pengaman jalan, dia terlempar ke balik dyik jalan dan tewas sementara temannya yang dibonceng tidak mengalami luka yang berarti.  Hampir tiap tahun kecelakaan lalu lintas terjadi di sepanjang jalan Tomok-Tuktuk-Ambarita, yang mengambil korban para anak remaja dan pemuda/I (anak Sekolah).
Fenomena ini perlu mendapat perhatian dari pihak berwenang terutama pihak Pemda (cq. Sekolah) dan Polisi Lalu Lintas, karena hal ini murni sebagai persoalan lalu lintas (human error).  Anak sekolah yang datang dari Lontung-Tomok-Tuktuk, dari Simanindo-Sangkal-Batubatu menuju Ambarita sebagai ibukota Kecamatan yang memiliki  unit Sekolah SMA, SMK, SMP, selain memakai angkot pergi/pulang Sekolah, kebanyakan mereka menggunakan sepeda motor  tanpa menggunakan helm. Penduduk Ambarita selalu waswas pada pagi hari dan siang hari terutama di musim belajar, karena pelajar yang mengendarai roda dua selalu melintas dengan kecepatan tinggi,mereka  seakan memiliki nafas/jantung cadangan. 
Sesungguhnya pihak Kepolisian harus mengambil langkah-langkah pencegahan, melarang mereka menggunakan kenderaan sepeda motor karena mereka belum pantas memiliki  SIM, masih bersifat emosional dan menunjukkan rasa bangga (jago), Pihak Sekolah juga dapat mengambil peran untuk menertibkan pelajar yang memakai sepeda motor ke sekolah. Pemerintah setempat perlu melakukan pembinaan kepada pelajar tentang aturan berlalu lintas, kapasitas jalan untuk dilintasi dengan kecepatan tertentu serta rambu-rambu lalu lintas. Apalagi jalan provinsi  Tomok – Ambarita – Pangururan, merupakan jalan utama yang selalu ramai dan padat dilalui kenderaan lokal dan kenderaan wisatawan yang berkunjung ke Samosir.

Kita berharap, para pihak terkait memberi perhatian atas fenomena ini, sehingga tidak akan terjadi lagi kecelakaan lalu lintas yang mengambil korban jiwa terutama dari kalangan generasi muda.  Tegakkan aturan dan disiplin berlalu lintas, tingkatkan kualitas dan kapasitas jalan Provinsi  yang akan mendukung Samosir sebagai destinasi wisata internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *