Virus corona: Gejala Covid-19, penyebaran, penanganan, pengobatan dan penyembuhan

Raja Eben LumbanrauBBC News Indonesia
uji Covid-19Hak atas fotoAFP
Image captionPemeriksaan Covid-19 di Surabaya Senin (04/05), yang sejauh ini secara nasional mencapai lebih dari 116.800.
Italia, negara pertama di dunia yang menerapkan locakdown atau karantina nasional, melonggarkan sejumlah pembatasan di tengah angka infeksi gloal, menurut data dari Universitas Johns Hopkins mencapai lebih dari 3,5 juta dengan kematian sekitar 250.000.
Italia mencatat angka kematian paling rendah sejak karantina wilayah diterapkan dua bulan lalu.
Sementara di Indonesia, kasus infeksi dalam 24 jam terakhir bertambah 395 dan menjadi 11.587, dengan 18 provinsi tidak mencatat adanya kasus infeksi baru sampai Senin (04/05), menurut Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto. Jumlah pasien sembuh mencapai 1.954 dan meninggal 864 orang.
Pada Jumat (24/04) lalu, Indonesia mencatat lonjakan angka penularan terbesar dalam satu hari sebesar 436 infeksi menjadi total 8.211 kasus dan angka kematian 689.
Untuk menekan angka penyebaran, pemerintah Indonesia menerapkan larangan mudik, serta melarang pesawat komersial dan carter beroperasi mulai Jumat (24/04) sampai tanggal 1 Juni, dengan perkecualian pejabat negara dan untuk pengangkutan warga negara Indonesia yang dipulangkan karena terkena imbas Covid-19.
Seperti apa gejala serta penyebaran penyakit ini dan bagaimana upaya penyembuhannya? BBC Indonesia merangkum penjelasan dokter di seputar wabah Covid-19.

Bagaimana gejala Covid-19

pemeriksaan pekerja migran yang tiba di Medan pada 10 April.Hak atas fotoEPA
Image captionPekerja migran Indonesia yang tiba dari Malaysia diperiksa petugas.
Gejala virus corona dimulai dengan batuk kering dan diikuti dengan gangguan pernafasan.
Batuk ini adalah batuk yang terus menerus selama lebih dari satu jam, atau mengalami batuk rejan selama tiga kali dalam periode 24 jam.
Biasanya lima hari secara rata-rata bagi orang untuk menunjukkan gejala, kata para ilmuwan, namun bagi sebagian orang gejalanya lebih lambat terjadi.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mengatakan masa inkubasi sampai sekitar 14 hari.
Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan di Inggris mengatakan mereka mendengar ada gejala lain dari banyak pasien termasuk kehilangan indera penciuman dan perasa.
Sejumlah orang – melalui media sosial – melaporkan kehilangan indera perasa dan penciuman, dan sebagian dites positif terinfeksi virus corona.
Namun, sebagian yang mengalami batuk pilek juga merasakan hal yang sama, sehingga belum cukup bukti Covid-19 juga mempengaruhi indera perasa.
Bagaimana penyebarannya?
coronaHak atas fotoEPA
Image captionSejumlah petugas Palang Merah Indonesia menmyemprotkan cairan disinfektan ke sejumlah sekolah di Jakarta, pada Senin (16/03).
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Diah Handayani menjelaskan bahwa 2019-nCoV adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia.
Bedanya dengan virus lain, ujar Diah, virus corona ini memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal.
Menurut Diah, virus ini berbahaya jika telah masuk dan merusak fungsi paru-paru, atau dikenal dengan sebutan pneumonia, yaitu infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh virus dan berbagai mikroorganisme lain, seperti bakteri, parasit, jamur, dan lainnya.
“Pertukaran oksigen tidak bisa terjadi sehingga orang mengalami kegagalan pernafasan. Itulah mengapa virus ini berat karena bukan lagi hanya menyebabkan flu atau influensa tapi dia menyebabkan Pneumonia,” kata Diah saat dihubungi BBC Indonesia.
Diah melanjutkan proses penyebaran virus ini melalui udara yang terinhalasi atau terhirup lewat hidung dan mulut sehingga masuk dalam saluran pernafasan.
Virus ini masuk melalui saluran nafas atas, lalu ke tenggorokan hingga paru-paru.
“Sebenarnya belum 100 persen. Tapi dilihat dari sekian ratus kasus yang dipelajari, dan sifat dasar virus, maka inkubasi virus ini dua sampai 14 hari. Itu mengapa kita mewaspadai periode dua minggu itu,” kata Diah.

Gejala virus corona: Batuk, flu, demam hingga sesak napas

Corona IndonesiaHak atas fotoTIMUR MATAHARI/AFP
Image captionDua orang warga Indonesia mengenakan masker di Stasiun Kereta Api Bandung, 5 Maret 2020.
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menjelaskan virus corona 2019-nCoV memiliki gejala yang sama dengan infeksi virus pernafasan lainnya.
Diah mengatakan gejala ringan yaitu flu disertai batuk. Kemudian, jika memberat, akan menyebabkan demam dan infeksi radang tenggorokan.
coronavirus, virus corona
Image captionGejala virus corona
Kemudian jika masuk ke saluran nafas, kata Diah akan menyebabkan bronkitis.
“Yang berat ketika semakin jauh infeksi ke saluran nafas bawah, itu Pneumonia lengkap. Selain itu, bisa juga disertai gejala infeksi virus ke organ lain, yaitu diare,” katanya.
virus corona
TIPS TERLINDUNG DARI COVID-19: Dari cuci tangan sampai jaga jarak
virus corona

Apakah virus corona bisa disembuhkan?

Pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermo scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara.Hak atas fotoANTARA FOTO/ANINDIRA KINTARA
Image captionPada akhir Januari lalu, pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermo scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara.
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menegaskan bahwa semua virus corona, termasuk virus corona 2019-nCoV belum ada obatnya.
Diah menambahkan, walaupun virus ini memiliki risiko kematian, namun angkanya masih rendah dibandingkan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh.
“Tapi bisa (disembuhkan), terbukti yang sakit sudah ribuan tapi yang meninggal kan sedikit. Jadi dia tetap sebuah virus yang bisa disembuhkan,” katanya.
Jadi, kata Diah, proses pengobatan yang dilakukan adalah terapi pendukung dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.
“Boleh obat flu biasa kalau masih ringan, kalau demam diberi obat anti demam,” katanya.
Diah menegaskan, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh 2019-nCoV, namun juga dipengaruhi faktor kerentanan seperti usia yang sudah tua sehingga daya tahan tubuh lemah dan juga penyakin lain yang sudah ada.

Bagaimana penanganannya jika terkena virus corona?

Para pasien virus corona dirawat di Rumah Sakit Jinyintan.Hak atas fotoEPA
Image captionPara pasien virus corona dirawat di Rumah Sakit Jinyintan.
Diah menjelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien terduga mengidap virus corona adalah dengan menempatkannya dalam ruang isolasi. Tujuannya, katanya, agar penularan ke orang lain dapat dicegah.
Jika terduga masih menunjukkan gejala awal, kata Diah, maka pasien akan mendapatkan obat demam, batuk dan flu, disertai dukungan makanan yang sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan virus tersebut.
virus corona
Image captionProses rumah sakit
Jika, gejalanya hilang dan hasil telah negatif, ujar Diah, pasien kemudian akan dipulangkan. Pemeriksaan pembuktian pun kata Diah dapat dilakukan dengan cepat.
“Tapi kalau pasien sudah pneumonia, dan biasanya demam tinggi maka diinfus karena butuh cairan banyak, dan diberikan obat lainnya tergantung derajatnya,” kata Diah.
“Kemudian, kalau benar-benar sembuh, batuk dan semua gejala hilang, kita pantau, terus kita pulangkan. Tidak perlu khawatir (menular) karena berarti badannya telah sukses melawan virus dengan sendirinya. Jadi tidak menular lagi,” ujar Diah.

Cara mencegah: jalani pola hidup sehat dan etika batuk

Komisi Kesehatan Kotamadya Wuhan mengatakan sedikitnya 15 petugas medis di Wuhan terinfeksi virus tersebut.Hak atas fotoREUTERS
Image captionKomisi Kesehatan Kotamadya Wuhan mengatakan sedikitnya 15 petugas medis di Wuhan terinfeksi virus tersebut.
Diah menjelaskan terdapat beberapa cara untuk mencegah tertular virus corona ini.
Pertama adalah dengan menjalani pola hidup yang sehat dengan cara memberikan asupan makan yang sehat dan sempurna.
Imbauan WHO agar mengurangi resiko terpapar virus corona.Hak atas fotoWHO
Image captionImbauan WHO agar mengurangi resiko terpapar virus corona.
Lalu, katanya, istirahat cukup dan mengimbau perokok untuk berhenti merokok.
“Berada di cuaca sekarang ini (hujan), kita tidak perlu terlalu lama di keramaian,” katanya.
Kemudian, kata Diah adalah selalu cuci tangan usai ke tempat umum atau menyentuh alat-alat publik karena berpotensi mengandung virus yang disentuh oleh pengidap virus corona.
Tidak lupa juga, kata Diah, untuk menggunakan masker saat di ruang publik.
“Lalu bagi yang sakit flu dan batuk, tanamkan etika batuk. Jadi ketika batuk ditutup dengan tisu. Lalu jangan meludah sembarangan, buang dahak sembarangan, juga hindari kerumunan dan lekas periksa ke dokter. Itu tips kita.” katanya.

Apakah Indonesia memiliki fasilitas memadai?

Petugas medis saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah virus corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/01).Hak atas fotoANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI
Image captionPetugas medis saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah virus corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/01).
Diah mengatakan Indonesia memiliki kemampuan dari kapasitas pencegahan dan pengendalian, hingga diagnosis virus dan terapi penanganan.
“Ada tiga RS, yaitu RS Persahabatan, Sulianti Saroso dan RSPAD. Semua memiliki kemampuan bahkan saat pasien mengalami kondisi pneumonia, ada alat-alat. Jadi kapasitas pelayanan kesehatan kita siap,” katanya.
Katanya, fasilitas kesehatan telah memadai untuk melakukan terapi pendukung bagi korban terinfeksi virus corona.
“Dari pintu masuk penyaringan dengan thermo scanner, lalu evakuasi jika terindikasi dan isolasi. Jadi fasilitas kesehatan di Indonesia mampu,” ujarnya.
Pada Jumat. 20 Maret 2020, pemerintah Indonesia menyatakan akan menyiagakan lebih banyak rumah sakit rujukan, termasuk rumah sakit milik TNI, rumah sakit milik Polri, rumah sakit milik BUMN, serta membangun tempat penanganan darurat di Wisma Atlet dan hotel-hotel.

Sosialisasi tentang virus corona

Dua orang mengenakan masker di Jakarta, di tengah kepastian soal dua kasus virus corona.Hak atas fotoEPA
Image captionDua orang mengenakan masker di Jakarta, di tengah kepastian soal dua kasus virus corona.
Beberapa warga di Jakarta dan Bali yang dihubungi BBC pada akhir Januari 2020 mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dan memadai dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
Jakarta dan Bali adalah dua kota besar yang mayoritas dikunjungi oleh warga negara China baik untuk berwisata ataupun berbisnis.
Seorang warga Jakarta yang bernama Fuad mengatakan mengetahui virus corona dari media massa. Ia mengungkapkan belum mendengar sosialisasi dari pemerintah mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
“Jadi sementara waktu, saya dan keluarga akan menghindari tempat umum dan keramaian seperti mallkarena hingga kita belum ada info pasti tentang langkah pencegahan supaya tidak terkena dan jika sudah terpapar,” kata Fuad saat dihubungi BBC Indonesia, Jumat (24/01).
Senada dengan itu, beberapa warga Bali seperti Kadek dan Wayan Martadana mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dari pemerintah.
“Belum (ada info dari pemerintah), tidak tahu yang lainnya. Saya tahu hanya dari berita,” kata Kadek.
Walaupun demikian, mereka tidak merasakan kekhwatiran seperti yang dirasakan Fuad.
Wayan menjelaskan saat ini situasi di Bali tetap berjalan normal, walaupun ada penurunan penyewaan mobil yang dilakukan oleh turis China di Bali.
“Belum Pak (ada sosialisasi). tidak sama sekali (khawatir),” kata Wayan.
Apa yang dilakukan negara lain?
Amerika Serikat tetapkan kondisi darurat
Di tengah meningkatnya infeksi virus corona, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyatakan darurat nasional untuk membantu menangani wabah virus corona yang terus meningkat.
Pengumuman – “dua kata yang sangat besar”, menurut Trump – memungkinkan pemerintah federal untuk menambahkan US$50 miliar, atau sekitar Rp732 triliiun dalam dana bantuan darurat.
Langkah ini melonggarkan peraturan tentang penyediaan layanan kesehatan dan dapat mempercepat pengujian – langkah yang telah dikritik secara luas karena dianggap terlalu lambat.
Hingga kini ada 1.701 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di AS, dan setidaknya menyebabkan 40 kematian.
“Delapan minggu ke depan sangat penting,” kata Trump.

Presiden AS Donald Trump menyatakan darurat nasional atas wabah virus corona
Di antara langkah-langkah yang dipertimbangkan sebagai bagian dari tanggap darurat adalah:
  • Sekretaris Kesehatan AS Alex Azar dan pejabat kesehatan dapat mengesampingkan undang-undang dan persyaratan lisensi tertentu, memberikan lebih banyak fleksibilitas kepada penyedia layanan kesehatan
  • Rumah sakit diminta untuk mengaktifkan rencana kesiapsiagaan darurat mereka
  • Sekitar 500.000 alat tes virus corona tambahan akan tersedia awal minggu depan, meskipun pihak berwenang tidak merekomendasikan tes tanpa kebutuhan yang jelas; laboratorium swasta dan pengembang vaksin akan dapat memberikan lima juta alat tes virus corona dalam sebulan, meskipun pihak berwenang tidak merekomendasikan tes untuk mereka yang tidak memiliki gejala
  • Bunga atas semua pinjaman siswa harus dihapuskan sampai pemberitahuan lebih lanjut, sebagai langkah untuk meringankan beban bagi siswa karena universitas dan perguruan tinggi di seluruh negeri meliburkan aktivitas belajar-mengajar
Pada hari Jumat (13/03), Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengumumkan dia telah mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih tentang sebuah paket untuk membantu orang yang terkena dampak wabah.
Ini termasuk cuti sakit yang dibayar dengan periode dua minggu, cuti medis hingga hingga tiga bulan, pengujian virus gratis untuk mereka yang tidak memiliki asuransi dan bantuan makanan.
Beberapa negara bagian AS telah mengambil langkah-langkah untuk membendung tingkat infeksi, termasuk melarang pertemuan besar, acara olahraga dan menutup sekolah.
Di sisi lain, larangan perjalanan Presiden Donald Trump pada 26 negara Eropa telah mulai berlaku di AS, sebagai bagian dari rencana darurat untuk mengatasi krisis virus corona.
Passengers at New York's JFK airport. Photo: 13 March 2020Hak atas fotoREUTERS
Image captionPenumpang pesawat di bandara JFK di New York, Amerika Serikat, Jumat (13/03)

Eropa jadi pusat pandemi global

Virus yang awalnya menyebar di China Desember lalu, kini menyerang Eropa, menyebabkan benua itu menjadi “pusat” pandemi global, kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat (13/03).
Sebab, beberapa negara Eropa melaporkan peningkatan tajam dalam jumlah infeksi dan kematian.
Italia telah mencatat korban harian tertinggi – 250 korban jiwa selama 24 jam terakhir, menjadikan totalnya menjadi 1.266 orang.
Sementara, dilaporkan ada 17.660 orang terinfeksi corona di negara itu.
Sementara itu, Perdana Menteri Pedro Sánchez memperingatkan minggu-minggu ke depan akan sulit bagi negara itu dan ia memperkirakan jumlah infeksi kemungkinan naik menjadi 10.000 minggu depan. Pasien meninggal di Spanyol naik 50% dalam sehari menjadi 120 orang, dan jumlah kasus mencapai 4.200.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghendaki agar pemerintah daerah dapat melakukan pendeteksian lebih cepat lagi. Sebab, penyebaran virus ini didapat melalui kontak langsung.
“Bila kita mengetahui siapa terdeteksi membawa virus covid-19 kita bisa langsung hubungi, kita bisa langsung hubungi keluarganya, koleganya, tetangganya, dalam posisi aman,” kata dia.
“Oleh karena itu kecepatan menjadi penting, dan transparansi menjadi penting.”

4 thoughts on “

  1. Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *