NEW NORMAL LIFE

Apa itu the new normal?
Hidup kita tidak lagi sama sejak pertengahan Maret lalu. Banyak rutinitas yang tidak bisa kita lakukan, namun tidak sedikit juga hal-hal yang menjadi kebiasaan baru, orang menyebutnya denganthe new normal. Apa yang menjadi kebiasaan baru Brothers di tengah pandemi COVID-19 ini?
Bukan hanya dari sisi kesehatan saja, tetapi perekonomian, kehidupan sosial dan keseharian kita, juga ikut terdampak. Ketakutan akan virus ini, ‘memaksa’ masyarakat untuk beradaptasi dan memiliki kebiasaan baru. Pola hidup sehat, seperti berjemur, rajin olahraga, dan mengkonsumsi makanan bergizi, serta minum vitamin, dilakukan untuk meningkatkan kekuatan imunitas diri. Dulu yang masih gaptek akhirnya menjadi fasih menggunakan alat elektronik yang dimiliki untuk konferensi video,work from home (WFH), atau sekolah dari rumah. Saat kita harus keluar dari rumah, membawa dompet bukan hal yang esensial lagi. Selain handphone, hand sanitizer dan masker menjadi barang wajib untuk kita miliki.
Kenapa masker menjadi esensial?
Di saat ketidakpastian bagaimana virus baru ini berkembang dan cara penyembuhannya, roda perekonomian harus tetap berputar. Sebagian memang sudah disiplin menjalani swa karantina karena bisa WFH, tetapi  tetap sesekali  harus keluar rumah juga untuk berbelanja kebutuhan dasar. Selain itu, yang pekerjaannya tidak memungkinkan untuk WFH, harus bekerja seperti biasa untuk tetap bertahan hidup. Bagaimana saat kita sedang belanja di pasar atau saat perjalanan ke tempat kerja, kita terinfeksi virus dan menyebarkannya ke orang di rumah?. Itulah mengapa menggunakan masker menjadi sangat penting dan esensial.
Cara paling efektif untuk melindungi diri dari COVID-19, sejauh ini adalah rajin mencuci tangan dan disiplin menjalani swa karantina. Lalu, kenapa masker menjadi hal yang sangat esensial? Sebenarnya, dengan menggunakan masker saja tidak 100% melindungi kita dari virus COVID-19. Akan tetapi, penggunaan masker menjadi salah satu pencegahan yang efektif karena mengurangi transmisi virus yang menyebar melalui droplets yang dihasilkan ketika kita berbicara, bernafas, bersin, dan batuk. Untuk jangka panjang, penggunaan masker saat berkegiatan di luar rumah bisa membantu meratakan kurva penularan virus.
Alone you go fast,together we go far.
Selalu ada hikmah di balik sebuah musibah. Di masa-masa sulit inilah kesolidan kita sebagai tim, keluarga, dan warga negara diuji.The new normal bagi Om Bro dan seluruh tim Brodo adalah belajar menjadi lebih adaptif dengan situasi dan lebih berempati dengan sesama. COVID-19 berdampak ke kehidupan kita pribadi memang berbeda-beda, namun untuk bertahan melalui perjuangan ini adalah dengan bersama-sama. Rajin cuci tangan dan menerapkan pola hidup sehat untuk diri sendiri, menggunakan masker saat di luar rumah untuk orang lain di sekitar kita dan keluarga di rumah.
Respons:
Karena aktifitas dijalananlah masker itu sangat dibutuhkan om Bro sebelum adanya covid-19 dan apa lagi saat ini dibutuhkan agar semua lebih aman dan nyaman semoga masker produksi dari om Bro juga bisa membantu mencegah penyebaran virus covid-19 lebih meluas.
Memiliki afeksi menjadi kunci untuk membuat masker semakin esensial… Afeksi membuat aku harus memakainya demi diriku dan demi orang di sekitarku… Tetap berinovasi dan berkreasi Tim Brodo 
Dgn kondisi sperti ini, disamping pysical distancing tentu perlu ada nya APD walaupun tidak secara menyeluruh setidaknya masker mewakili untk melindungi diri, apalagi didunia konstruksi yg tidak bisa WFH karena pemerataan pembangunan harus terus berjalan.. salam hormat saya ENGINEER
Masker merupakan suatu hal yg dianjurkan untuk pemutus rantai Penyebaran virus covid 19 dan cuci tangan dengan sabun di air mengalir .


KOMPAS.com – Sejumlah ahli memprediksi pandemi virus corona Covid-19 bisa berlangsung lama. Seiring dengan belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona. Meskipun demikian, tentu tidak bisa selamanya masyarakat hidup dalam masa karantina atau kuncian. Ada ketentuan dimana sebuah negara dapat membuka kuncian physical distancing atau karantina tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan 6 panduan sebuah negara bisa membuka masa kuncian atau lockdown. 

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui Twitter-nya menyebutkan, setiap pemerintah yang ingin mulai mencabut batasan, harus terlebih dahulu memenuhi enam syarat: 

1. Penularan penyakit terkendali
2. Sistem kesehatan dapat “mendeteksi, menguji, mengisolasi dan menangani setiap kasus dan melacak setiap kontak” 
3. Risiko hot spot diminimalkan di tempat-tempat rentan, seperti panti jompo
4. Sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat penting lainnya telah menetapkan langkah-langkah pencegahan 
5. Risiko mengimpor kasus baru “dapat dikelola” 
6. Masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan dan diberdayakan untuk hidup di bawah normal baru.

Meskipun nantinya waktu karantina bisa diakhiri, namun sampai vaksin atau obat virus corona Covid-19 bisa ditemukan, maka pola pencegahan seperti yang dilakukan saat ini harus terus dilakukan. New normal life Sejumlah ahli menyebut, kondisi itu dengan new normal life. “Pandemi akan berlangsung lama, harus mulai membiasakan dengan new normal life, pola hidup normal yang baru,” kata Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman.

Pola hidup baru itu adalah membiasakan pakai masker, personal hygiene dengan mencuci tangan dengan sabun, dan tetap menjaga jarak terutama di tempat dan transportasi umum. Hal itu tidak hanya untuk melindungi diri sendiri namun juga keluarga dan orang lain. “Tidak bisa kita terus berada di rumah, akan ada fase semua harus kembali berjalan sedikit normal, namun upaya pencegahan, pembatasan fisik harus dilakukan,” kata Dicky. Beberapa hal yang bisa dilakukan saat new normal life di antaranya restoran dan rumah makan menghindari makan di tempat yaitu bisa dengan take away. Kondisi itu menurut Dicky, bisa membuat roda ekonomi berjalan tanpa menutup usaha. Sementara apabila restoran dengan tempat besar bisa diatur posisi duduknya dengan jarak antara satu hingga dua meter. “Pola pencegahan harus mulai dibiasakan dan dipahami masyarakat. Tanpa itu penyakit ini akan terus menyebar untuk jangka waktu yang lama, sampai ditemukan obat atau vaksin,” jelas Dicky. Sedangkan untuk pihak pemerintah, Dicky mengatakan, tetap wajib mengutamakan strategi utama pandemi yaitu testing, tracing dan isolasi. Serta penguatan kapasitas layanan kesehatan seperti jumlah sarana prasarana, SDM, APD dan lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Bersiap Hadapi New Normal Life Saat Karantina Covid-19 Berakhir, Seperti Apa?”, https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/06/150000465/bersiap-hadapi-new-normal-life-saat-karantina-covid-19-berakhir-seperti-apa
Penulis : Rizal Setyo Nugroho
Editor : Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization ( WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan setiap negara yang ingin mencabut atau melonggarkan penguncian (lockdown) agar melakukannya dengan hati-hati. Seperti diketahui, sejumlah negara menerapkan lockdown, bahkan lebih dari satu bulan, sebagai upaya menekan penyebaran dan penularan virus corona. Penguncian ini membuat adanya pembatasan terhadap aktivitas masyarakat di bidang sosial dan ekonomi. Setelah kasus Covid-19 di wilayahnya dinilai menurun, sejumlah negara bersiap melonggarkan penguncian. “Ini adalah sesuatu yang kita semua inginkan (pencabutan lonckdown), tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika dilakukan terlalu cepat, berisiko adanya peningkatan (kasus) yang bahkan bisa lebih buruk dari situasi kita saat ini,” ujar Tedros, dalam pidato mingguannya di Jenewa, Kamis, (16/4/2020), seperti dikutip dari situs WHO. Baca juga: Korea Selatan Laporkan Dugaan Infeksi Ulang Virus Corona, WHO: Kami Belum Tahu 6 syarat pencabutan lockdown Terkait hal tersebut, Tedros menyebutkan, ada 6 faktor yang harus dipertimbangkan jika suatu negara ingin mencabut kebijakan penguncian. Pertama, kemampuan untuk mengendalikan transmisi. “Kedua, kapasitas sistem kesehatan untuk mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan menangani setiap kasus, serta melacak setiap kontak,” ujar Tedros. Ketiga, lanjut dia, meminimalisasi risiko wabah khususnya di fasilitas kesehatan dan panti jompo. Keempat, melakukan langkah-langkah pencegahan di tempat kerja, sekolah, dan lokasi-lokasi lain yang dikunjungi masyarakat. Baca juga: Tidak Benar Virus Corona Bisa Menular Melalui Udara, Ini Pernyataan WHO dan Ahli Kelima, kemampuan untuk mengelola kasus impor. “Dan keenam, bahwa masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan dan diberdayakan untuk menyesuaikan diri dengan ‘norma baru’” ujar Tedros. Dalam pidatonya, Tedros juga menyebutkan, saat ini virus bergerak ke negara-negara dengan populasi yang padat sehingga physical distancing tidak mungkin dilakukan. “Pemerintah harus mempertimbangkan bahwa untuk beberapa negara dan masyarakat, perintah tinggal di rumah mungkin tidak praktis, dan bahkan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan,” kata dia. Tedros mengatakan, jutaan orang di seluruh dunia harus bekerja untuk memastikan asupannya setiap hari. Mereka tidak bisa tinggal di rumah untuk waktu yang lama tanpa adanya bantuan. WHO khawatir terjadi tindak kekerasan karena sejumlah pembatasan yang dilakukan. Ia juga menyebutkan, adanya peningkatan laporan tindak pelecehan dan kekerasan dalam rumah tangga. 

Baca juga: WHO Ingatkan Bersatu Lawan Virus Corona dan Hentikan Politisasi Covid-19 KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “WHO Sebut 6 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan jika Suatu Negara Cabut Lockdown”, https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/17/094040365/who-sebut-6-faktor-yang-perlu-dipertimbangkan-jika-suatu-negara-cabut?page=all#page3
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

*NEW WORLD ORDER*

_Tatanan Baru, Norma Baru dan Equlibrium Baru #Covid19Indonesia_

Belajar dari sejarah di mana epidemi dan pandemi-pandemi di dunia sebelum ini yang rata-rata berlangsung selama dua tahun dengan kematian yang banyak dan berakhir sendiri karena sebagian besar masyarakat mendapatkan ‘herd immunity’ alami akibat terpapar virus penyebabnya. 

Maka kemungkinan wabah Covid-19 ini juga akan begitu.

Sepanjang belum ditemukannya obat dan vaksinnya maka virus ini akan menyebar terus, yang bisa dilakukan hanya memperlambat penyebarannya sehingga jumlah pasien yang terinfeksi akan dapat ditampung oleh fasilitas kesehatan. 
Diperkirakan vaksinnya baru akan didapatkan tahun depan dan baru dapat diproduksi massal dalam dua tahun kedepan. 

Obat yang diakui oleh FDA, Remdesivir sampai sekarang masih dalam pengujian RCT di China oleh YenMing Wang yang dimuat di The Lancet pada tanggal 29 April, 2020, yang memperlihatkan hasilnya tidak berbeda makna antara kontrol dan perlakuan pada kasus kasus berat. 
Sehingga sebetulnya hasilnya masih kontroversial, walaupun FDA sendiri sudah memberikan tanda ‘approved’ nya.

Selama dua tahun kedepan, akan terbentuk tatanan baru dan aturan aturan baru yang terbentuk sendirinya dengan tujuan memperlambat penyebaran penyakit ini.

Penggunaan masker akan berlanjut terus baik pada masyarakat awam maupun pada petugas kesehatan. 

Penggunaan masker yang menutupi sebagian wajah, yang membuat wajah kurang begitu dikenali akan menjadi kebiasaan baru dan norma baru yang akan diterima dan ditoleransi oleh masyarakat. 

Mungkin saja penggunaan masker di tempat umum dan transportasi umum akan menjadi suatu keharusan kedepannya, bukan lagi suatu anjuran.

Social Distancing dan Physical Distancing akan menjadi suatu aturan baru. Kotak-kotak penjual di pasar tradisional akan semakin berjarak. 
Antrian akan semakin memanjang. 
Pembatasan orang berbelanja di super market akan berlanjut terus. Semakin kecil super marketnya akan semakin ketat pembatasannya.

Belanja online akan meningkat. 
Pengurangan pegawai di sektor swasta akibat penurunan ekonomi sedikit terbantu dengan dibutuhkannya banyak kurir untuk belanja online.

Pembatasan-pembatasan kegiatan berskala besar akan berlanjut terus. 
Kegiatan kegiatan seperti simposium dan seminar yang mengumpulkan massa dalam jumlah besar akan susah diterima oleh masyarakat. 
Masyarakat khawatir bahwa menghadiri kegiatan seperti itu akan berisiko terpapar Covid-19.

Pernikahan dan pesta perkawinan mungkin akan menjadi acara keluarga dan dihadiri oleh hanya keluarga dekat dan akan menjadi acara yang bersifat privat. Mungkin saja nanti undangan kehadirannya dalam bentuk online dan jika ingin memberikan sesuatu kepada pengantin juga dalam bentuk online.
_*(Quovadis Adat Batak*, Jawa, Sunda, Minang, dll)?_

Gedung-gedung besar seperti ‘Convention Center’ selama dua tahun ini mungkin akan mati suri, dan mungkin saja kedepannya juga tidak akan berguna lagi. 

Hotel hotel yang mempunyai ruang pertemuan besar juga akan banyak menganggur.

Acara acara seperti konser, acara olah raga mungkin akan menjadi acara berbayar dalam bentuk tiket online. Nonton bersama yang selama ini diadakan di tempat-tempat tertentu dalam skala kecil dengan sekitar 10 sampai 20 orang mungkin akan lebih diterima.

Menonton filem di bioskop akan berubah menjadi menonton di rumah dengan keluarga-keluarga dekat. 

Penjualan elektronik untuk pembuatan ‘home theatre’ akan meningkat pesat.

Aturan aturan berlalu lintas yang selama ini mempersyaratkan kelengkapan SIM, STNK, kemungkinan akan dirubah dalam bentuk aturan baru seperti kelengkapan masker, hand sanitizer, dan aturan duduk berjarak. 
Terutama pada angkutan umum. 

Aturan aturan yang sekarang berlaku semasa PSBB mungkin akan berlanjut terus.

Di bagian depan rumah yang selama ini tidak menyediakan tempat cuci tangan dan cuci kaki kemungkinan akan berubah. Akan semakin banyak yang menyediakan di beranda depan rumahnya tempat cuci tangan dan cuci kaki lengkap dengan sabunnya.

Bertamu ke rumah tetangga yang selama ini merupakan bagian dari kegiatan bersosialisasi mungkin akan dianggap sebagai kegiatan yang kurang sopan, tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada tuan rumah. 

Cafe, Pub, Diskotik, dan tempat-tempat ngopi mungkin bukan dianggap lagi sebagai suatu kekinian dan trendi, ngopi bersama keluarga mungkin akan lebih disukai dan menjadi trend kedepannya.

Pariwisata dalam dua tahun kedepan belum akan berkembang, kekhawatiran orang akan menonjol. 
Bukan hanya khawatir terkena virus di perjalanan atau di negeri orang. 
Yang lebih mengkhawatirkan orang adalah jika sakit demam saat berada di negeri orang tidak akan bisa balik pulang ke negara asal, karena syarat transportasi akan semakin ketat bagi orang yang sakit atau terlihat sakit.

Di sisi kesehatan akan sangat banyak perubahan, pembiayaan kesehatan akan semakin besar, rumah sakit dan klinik akan membelanjakan biaya yang lebih besar untuk keselamatan dokter, tenaga kesehatan, dan para karyawannya. 
Ujung ujung pembiayaan itu akan dibebankan kepada pembayar biaya kesehatan, baik asuransi, perusahaan, ataupun orang pribadi.

Pengangguran akan semakin banyak. 
Perubahan pola pekerjaan menjadi online akan mengurangi tenaga kerja yang diperlukan. 
Tidak usah jauh jauh. 
Kita sudah melihat dan menyaksikan bahwa perubahan pembayaran biaya tol dari tunai menjadi sistem elektronik menyebabkan keperluan tenaga kerja berkurang di jalan tol. 
Gardu tol yang biasa diisi oleh beberapa orang menjadi hanya satu orang, apalagi jika semakin banyak pekerjaan online. 

Akan semakin banyak pengangguran yang akan meningkatkan masalah-masalah sosial dan  ekonomi di tengah masyarakat. 
Kriminalitas akan meningkat.

Itulah sebagian aturan-aturan baru yang mungkin akan menjadi suatu yang normal baru di tengah masyarakat. 

Mudah-mudahan wabah Covid-19 ini cepat berlalu dan kita bisa beraktivitas seperti biasa kembali.

Jakarta, 07 Mei, 2020

Patrianef Darwis, Dokter Spesialis-Subspesialis
Dosen Fakultas Kedokteran. 
Penulis, serta Aktivis.


edited by: *#partopitaolaguboti.com*

One thought on “NEW NORMAL LIFE

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *