KOMPAS.com – Sejumlah ahli memprediksi pandemi virus corona Covid-19 bisa berlangsung lama. Seiring dengan belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona. Meskipun demikian, tentu tidak bisa selamanya masyarakat hidup dalam masa karantina atau kuncian. Ada ketentuan dimana sebuah negara dapat membuka kuncian physical distancing atau karantina tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan 6 panduan sebuah negara bisa membuka masa kuncian atau lockdown.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui Twitter-nya menyebutkan, setiap pemerintah yang ingin mulai mencabut batasan, harus terlebih dahulu memenuhi enam syarat:
1. Penularan penyakit terkendali
Meskipun nantinya waktu karantina bisa diakhiri, namun sampai vaksin atau obat virus corona Covid-19 bisa ditemukan, maka pola pencegahan seperti yang dilakukan saat ini harus terus dilakukan. New normal life Sejumlah ahli menyebut, kondisi itu dengan new normal life. “Pandemi akan berlangsung lama, harus mulai membiasakan dengan new normal life, pola hidup normal yang baru,” kata Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman.
Pola hidup baru itu adalah membiasakan pakai masker, personal hygiene dengan mencuci tangan dengan sabun, dan tetap menjaga jarak terutama di tempat dan transportasi umum. Hal itu tidak hanya untuk melindungi diri sendiri namun juga keluarga dan orang lain. “Tidak bisa kita terus berada di rumah, akan ada fase semua harus kembali berjalan sedikit normal, namun upaya pencegahan, pembatasan fisik harus dilakukan,” kata Dicky. Beberapa hal yang bisa dilakukan saat new normal life di antaranya restoran dan rumah makan menghindari makan di tempat yaitu bisa dengan take away. Kondisi itu menurut Dicky, bisa membuat roda ekonomi berjalan tanpa menutup usaha. Sementara apabila restoran dengan tempat besar bisa diatur posisi duduknya dengan jarak antara satu hingga dua meter. “Pola pencegahan harus mulai dibiasakan dan dipahami masyarakat. Tanpa itu penyakit ini akan terus menyebar untuk jangka waktu yang lama, sampai ditemukan obat atau vaksin,” jelas Dicky. Sedangkan untuk pihak pemerintah, Dicky mengatakan, tetap wajib mengutamakan strategi utama pandemi yaitu testing, tracing dan isolasi. Serta penguatan kapasitas layanan kesehatan seperti jumlah sarana prasarana, SDM, APD dan lainnya.
KOMPAS.com – Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization ( WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan setiap negara yang ingin mencabut atau melonggarkan penguncian (lockdown) agar melakukannya dengan hati-hati. Seperti diketahui, sejumlah negara menerapkan lockdown, bahkan lebih dari satu bulan, sebagai upaya menekan penyebaran dan penularan virus corona. Penguncian ini membuat adanya pembatasan terhadap aktivitas masyarakat di bidang sosial dan ekonomi. Setelah kasus Covid-19 di wilayahnya dinilai menurun, sejumlah negara bersiap melonggarkan penguncian. “Ini adalah sesuatu yang kita semua inginkan (pencabutan lonckdown), tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika dilakukan terlalu cepat, berisiko adanya peningkatan (kasus) yang bahkan bisa lebih buruk dari situasi kita saat ini,” ujar Tedros, dalam pidato mingguannya di Jenewa, Kamis, (16/4/2020), seperti dikutip dari situs WHO. Baca juga: Korea Selatan Laporkan Dugaan Infeksi Ulang Virus Corona, WHO: Kami Belum Tahu 6 syarat pencabutan lockdown Terkait hal tersebut, Tedros menyebutkan, ada 6 faktor yang harus dipertimbangkan jika suatu negara ingin mencabut kebijakan penguncian. Pertama, kemampuan untuk mengendalikan transmisi. “Kedua, kapasitas sistem kesehatan untuk mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan menangani setiap kasus, serta melacak setiap kontak,” ujar Tedros. Ketiga, lanjut dia, meminimalisasi risiko wabah khususnya di fasilitas kesehatan dan panti jompo. Keempat, melakukan langkah-langkah pencegahan di tempat kerja, sekolah, dan lokasi-lokasi lain yang dikunjungi masyarakat. Baca juga: Tidak Benar Virus Corona Bisa Menular Melalui Udara, Ini Pernyataan WHO dan Ahli Kelima, kemampuan untuk mengelola kasus impor. “Dan keenam, bahwa masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan dan diberdayakan untuk menyesuaikan diri dengan ‘norma baru’” ujar Tedros. Dalam pidatonya, Tedros juga menyebutkan, saat ini virus bergerak ke negara-negara dengan populasi yang padat sehingga physical distancing tidak mungkin dilakukan. “Pemerintah harus mempertimbangkan bahwa untuk beberapa negara dan masyarakat, perintah tinggal di rumah mungkin tidak praktis, dan bahkan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan,” kata dia. Tedros mengatakan, jutaan orang di seluruh dunia harus bekerja untuk memastikan asupannya setiap hari. Mereka tidak bisa tinggal di rumah untuk waktu yang lama tanpa adanya bantuan. WHO khawatir terjadi tindak kekerasan karena sejumlah pembatasan yang dilakukan. Ia juga menyebutkan, adanya peningkatan laporan tindak pelecehan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Baca juga: WHO Ingatkan Bersatu Lawan Virus Corona dan Hentikan Politisasi Covid-19 KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai
*NEW WORLD ORDER*
_Tatanan Baru, Norma Baru dan Equlibrium Baru #Covid19Indonesia_
Belajar dari sejarah di mana epidemi dan pandemi-pandemi di dunia sebelum ini yang rata-rata berlangsung selama dua tahun dengan kematian yang banyak dan berakhir sendiri karena sebagian besar masyarakat mendapatkan ‘herd immunity’ alami akibat terpapar virus penyebabnya.
Maka kemungkinan wabah Covid-19 ini juga akan begitu.
Sepanjang belum ditemukannya obat dan vaksinnya maka virus ini akan menyebar terus, yang bisa dilakukan hanya memperlambat penyebarannya sehingga jumlah pasien yang terinfeksi akan dapat ditampung oleh fasilitas kesehatan.
Diperkirakan vaksinnya baru akan didapatkan tahun depan dan baru dapat diproduksi massal dalam dua tahun kedepan.
Obat yang diakui oleh FDA, Remdesivir sampai sekarang masih dalam pengujian RCT di China oleh YenMing Wang yang dimuat di The Lancet pada tanggal 29 April, 2020, yang memperlihatkan hasilnya tidak berbeda makna antara kontrol dan perlakuan pada kasus kasus berat.
Sehingga sebetulnya hasilnya masih kontroversial, walaupun FDA sendiri sudah memberikan tanda ‘approved’ nya.
Selama dua tahun kedepan, akan terbentuk tatanan baru dan aturan aturan baru yang terbentuk sendirinya dengan tujuan memperlambat penyebaran penyakit ini.
Penggunaan masker akan berlanjut terus baik pada masyarakat awam maupun pada petugas kesehatan.
Penggunaan masker yang menutupi sebagian wajah, yang membuat wajah kurang begitu dikenali akan menjadi kebiasaan baru dan norma baru yang akan diterima dan ditoleransi oleh masyarakat.
Mungkin saja penggunaan masker di tempat umum dan transportasi umum akan menjadi suatu keharusan kedepannya, bukan lagi suatu anjuran.
Social Distancing dan Physical Distancing akan menjadi suatu aturan baru. Kotak-kotak penjual di pasar tradisional akan semakin berjarak.
Antrian akan semakin memanjang.
Pembatasan orang berbelanja di super market akan berlanjut terus. Semakin kecil super marketnya akan semakin ketat pembatasannya.
Belanja online akan meningkat.
Pengurangan pegawai di sektor swasta akibat penurunan ekonomi sedikit terbantu dengan dibutuhkannya banyak kurir untuk belanja online.
Pembatasan-pembatasan kegiatan berskala besar akan berlanjut terus.
Kegiatan kegiatan seperti simposium dan seminar yang mengumpulkan massa dalam jumlah besar akan susah diterima oleh masyarakat.
Masyarakat khawatir bahwa menghadiri kegiatan seperti itu akan berisiko terpapar Covid-19.
Pernikahan dan pesta perkawinan mungkin akan menjadi acara keluarga dan dihadiri oleh hanya keluarga dekat dan akan menjadi acara yang bersifat privat. Mungkin saja nanti undangan kehadirannya dalam bentuk online dan jika ingin memberikan sesuatu kepada pengantin juga dalam bentuk online.
_*(Quovadis Adat Batak*, Jawa, Sunda, Minang, dll)?_
Gedung-gedung besar seperti ‘Convention Center’ selama dua tahun ini mungkin akan mati suri, dan mungkin saja kedepannya juga tidak akan berguna lagi.
Hotel hotel yang mempunyai ruang pertemuan besar juga akan banyak menganggur.
Acara acara seperti konser, acara olah raga mungkin akan menjadi acara berbayar dalam bentuk tiket online. Nonton bersama yang selama ini diadakan di tempat-tempat tertentu dalam skala kecil dengan sekitar 10 sampai 20 orang mungkin akan lebih diterima.
Menonton filem di bioskop akan berubah menjadi menonton di rumah dengan keluarga-keluarga dekat.
Penjualan elektronik untuk pembuatan ‘home theatre’ akan meningkat pesat.
Aturan aturan berlalu lintas yang selama ini mempersyaratkan kelengkapan SIM, STNK, kemungkinan akan dirubah dalam bentuk aturan baru seperti kelengkapan masker, hand sanitizer, dan aturan duduk berjarak.
Terutama pada angkutan umum.
Aturan aturan yang sekarang berlaku semasa PSBB mungkin akan berlanjut terus.
Di bagian depan rumah yang selama ini tidak menyediakan tempat cuci tangan dan cuci kaki kemungkinan akan berubah. Akan semakin banyak yang menyediakan di beranda depan rumahnya tempat cuci tangan dan cuci kaki lengkap dengan sabunnya.
Bertamu ke rumah tetangga yang selama ini merupakan bagian dari kegiatan bersosialisasi mungkin akan dianggap sebagai kegiatan yang kurang sopan, tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada tuan rumah.
Cafe, Pub, Diskotik, dan tempat-tempat ngopi mungkin bukan dianggap lagi sebagai suatu kekinian dan trendi, ngopi bersama keluarga mungkin akan lebih disukai dan menjadi trend kedepannya.
Pariwisata dalam dua tahun kedepan belum akan berkembang, kekhawatiran orang akan menonjol.
Bukan hanya khawatir terkena virus di perjalanan atau di negeri orang.
Yang lebih mengkhawatirkan orang adalah jika sakit demam saat berada di negeri orang tidak akan bisa balik pulang ke negara asal, karena syarat transportasi akan semakin ketat bagi orang yang sakit atau terlihat sakit.
Di sisi kesehatan akan sangat banyak perubahan, pembiayaan kesehatan akan semakin besar, rumah sakit dan klinik akan membelanjakan biaya yang lebih besar untuk keselamatan dokter, tenaga kesehatan, dan para karyawannya.
Ujung ujung pembiayaan itu akan dibebankan kepada pembayar biaya kesehatan, baik asuransi, perusahaan, ataupun orang pribadi.
Pengangguran akan semakin banyak.
Perubahan pola pekerjaan menjadi online akan mengurangi tenaga kerja yang diperlukan.
Tidak usah jauh jauh.
Kita sudah melihat dan menyaksikan bahwa perubahan pembayaran biaya tol dari tunai menjadi sistem elektronik menyebabkan keperluan tenaga kerja berkurang di jalan tol.
Gardu tol yang biasa diisi oleh beberapa orang menjadi hanya satu orang, apalagi jika semakin banyak pekerjaan online.
Akan semakin banyak pengangguran yang akan meningkatkan masalah-masalah sosial dan ekonomi di tengah masyarakat.
Kriminalitas akan meningkat.
Itulah sebagian aturan-aturan baru yang mungkin akan menjadi suatu yang normal baru di tengah masyarakat.
Mudah-mudahan wabah Covid-19 ini cepat berlalu dan kita bisa beraktivitas seperti biasa kembali.
Jakarta, 07 Mei, 2020
Patrianef Darwis, Dokter Spesialis-Subspesialis
Dosen Fakultas Kedokteran.
Penulis, serta Aktivis.
edited by: *#partopitaolaguboti.com*
Thank you very much for sharing, I learned a lot from your article. Very cool. Thanks. nimabi