[20/8 15:14] Prof Dr Iijan Ps: *GEJOLAK POLITIK SECARA SPORADIS TERJADI DI DAERAH*

Monas dan Jakarta “tidak lagi menjadi simbol perlawanan” ketidak-sukaan kepada Pemerintahan Jokowi.

Para bohir atau cukong politik mengalihkan gerakan perlawanan ke daerah yang dikemas secara halus, seperti tidak ada kaitan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya.
Masyarakat harus waspada dan cerdas dalam menyikapi gerakan sporadis jangan ikut terpancing menjadi panas dan gaduh, karena itu yang mereka inginkan.

Pada periode pertama pemerintahan Jokowi, tekanan politik dengan isu agama yang melibatkan jutaan massa turun ke Monas, bisa dilokalisir menjadi kecil dan tercerai-berai
Kejadian2 akhir2 ini sepertinya merupakan design yg sangat halus yg dimainkan oleh aktor yg piawai :

* Demo di Cianjur yang dilakukan mahasiswa dengan berakhir dgn pembakaran 4 putra bangsa (anggota polisi kita).
* Viralnya secara tiba tiba Video Ustad Somad yang entah kapan diucapkan
* Viralnya Video pendeta tentang air zam-zam.
* Penyerbuan oleh ormas ke asrama mahasiswa Papua, yang berujung penangkapan.
* Dan yang terjadi sekarang di Monokwari, Papua.
* Penyerangan kantor Polisi oleh pelaku tunggal. Penembakan prajurit Polisi dan Tentara oleh OPM.

Semua kejadian diatas intinya (katanya) menuntut Pemerintah agar menegakkan hukum secara Adil.
Kejadian diatas seolah-olah berdiri sendiri tidak ada kaitan satu sama lain. *Masyarakat sengaja digiring kepada kejadian-kejadian di daerah seolah-olah ada ketimpangan hukum antara mayoritas dan minoritas*, antara Papua dan luar Papua.
Kita harus waspada, karena ini merupakan jebakan. Sasaran utamanya tetap Jokowi dan pemerintahan barunya.

Saat persoalan keadilan dan hukum yang diangkat dengan melibatkan isu SARA, maka baik pendukung Jokowi maupun yang anti Jokowi akan bersatu menuntut (akhirnya memprotes) pemerintah.
Pada point ini petualang politik dan bohir berhasil membangun Narasi dan masyarakat percaya.

Pengikut ormas radikal mereka turunkan untuk saling berhadap hadapan dengan masyarakat berkait isu Agama seperti kasus UAS.
Disisi lain Mahasiswa akan digerakkan untuk berdemo yang bersifat lokal di daerah yang di desain dengan berakhir rusuh dan ini akan menjadi bola liar yg akan menggoyang pusat kekuasaan.

*Para Alumni  yang selama ini berdiri paling depan menentang Jokowi…………akan berdiri di belakang layar melalui ceramah ceramah provokatif.*

Utk itu, *Mari kita rapatkan barisan, jangan beri mereka sedikitpun celah untuk mengacaukan bangsa ini.*
*Waspada dan jeli agar persatuan dan kesatuan tetap terjaga. Jaga emosi dan jangan mudah terpancing.*
———

[20/8 15:16] D.M.Michler H Butarbutar: Kerusuhan di Papua hari ini, 19 Agustus 2019, tidak bisa dilepaskan dari provokasi dan fitnah FPI di Surabaya pada 16 Agustus 2019.

Hal itu terungkap dari liputan reporter CNN Indonesia.

Sejumlah antek-antek FPI telah dengan sengaja memprovokasi masyarakat dan aparat dengan menyebarkan fitnah adanya pembuangan bendera Merah Putih di Asrama Mahasiswa Papua.

Dengan hanya bermodalkan informasi yang beredar di media sosial, dari WhatsApp Grup tidak jelas, seorang antek-antek FPI bernama Muhammad sukses memprovokasi massa untuk menyerang membabi buta asrama mahasiswa papua.

Hal itu bermula saat salah satu perwakilan organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) yang bernama Muhammad mendatangi Asrama Mahasiswa Papua, Jumat, 16 Agustus 2019.

“Sang saka merah putih dipatah-patahkan di buang di selokan. Itu saya lihat di grup WhatsApp aliansi pecinta NKRI. Ini saya tunjukkan fotonya,” kata Muhammad.

Usai melihat foto tersebut, kata Muhammad, massa langsung beringas bergegas menuju Asrama Mahasiswa Papua sekitar pukul 14.00 WIB.

Namun setibanya di depan asrama, mereka mendapati bendera tersebut telah kembali terpasang.

Kendati demikian, Muhammad seolah tidak puas. Ia kemudian memprovokasi lagi.

“Pantaskah bendera kita dibuang di selokan,” tuturnya.

Usai mengabarkan fitnah barunya itu, Muhammad bersama gerombolannya yang memakai atribut FPI beserta masyarakat lainnya lantas mencoba menggeruduk asrama dua lantai tersebut.

Suasana ricuh akhirnya sempat terjadi.

“Bantai, bantai, bantai Papua, bantai Papua sekarang juga,” teriak mereka berulang-ulang di depan asrama Papua, Kalasan, Surabaya, Jumat, 16 Agustus 2016.

Sementara itu, juru bicara mahasiswa Papua Dorlince Iyowau mengatakan aparat keamanan dan Satpol PP mendatangi asrama pukul 15.20 WIB. Mereka merusak pagar asrama untuk masuk.

“Pukul 15.20 tentara masuk depan asrama, kemudian susul lagi Pol PP, lalu rusaki semua pagar. Mereka maki kami dengan kata-kata rasis,” kata Dorlince saat dihubungi.

Tak lama setelah itu, lanjut Dorlince, sekelompok ormas liar berbaju putih-putih datang dan melempari batu hingga mengakibatkan kaca asrama pecah.

Juru Bicara Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Dorlince Iyowau, yang saat itu tengah berada di asrama tersebut, membantah bahwa pihaknya melakukan perusakan bendera.

“Pengerusakan bendera itu tidak benar. Tapi opini yang digiring di luar sana itu kalau kami merusak bendera, itu kami tidak tahu menahu,” kata Dorlince kepada CNN Indonesia

Ia mengaku bahwa bendera tersebut sempat dilihatnya di depan asrama siang tadi.

Hingga pukul 21.00 WIB, suasana di depan Asrama Mahasiswa Papua masih mencekam.

Hingga malam, puluhan anggota ormas liar itu tetap memadati jalan Kalasan, arus kendaraan pun tersendat.

Salah satu masyarakat yang terprovokasi, Sulaiman, bahkan mendesak agar mahasiswa yang berada di dalam asrama untuk diusir dari asrama, dan dievakuasi oleh pihak kepolisian.

“Usir-usir AMP, usir AMP sekarang juga,” teriak dia.

Sejumlah cacian menggunakan nama hewan (monyet, red) pun sempat terdengar.

Akibat provokasi FPI itu, pada hari ini, 19 Agustus 2019, sebagian masyarakat Papua di Manokwari akhirnya tersulut.

Mereka turun ke jalan dan membakar ban untuk menumpahkan kemarahan mereka.

Sejumlah fasilitas umun dikabarkan telah ludes terbakar akibat provokasi antek-antek FPI bermodal foto abal-abal di WAG ini.

Siang pukul 13.00 WIB, Gubernur Jatim Khoffifah Indar Parawansa secara resmi meminta maaf atas ucapan warganya yang menyinggung hati orang papua.

Selain di Manokwari, di Jayapura ribuan orang juga melakukan long march turun ke jalan.

Hingga kini belum ada satupun para provokator dan antek-antek FPI di Jatim itu yang ditangkap aparat.

sumber: CNN Indonesia

#BubarkanFPI
#SekarangJuga!!

One thought on “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *