Penyakit Bawaan Lahir
(Revolusi Mental)

By Babo EJB (Eko Jatmiko Utomo)

Ada tiga penyakit saya sejak kecil. Pertama tidak bisa mengingat secara baik soal detail, seperti nama orang, tanggal lahir, alamat, kalimat demi kalimat, ya samacam penyakit disleksia.

Kedua, saya tidak pernah sakit gigi seumur hidup saya. Jadi jangan tanya kepada saya apa rasanya sakit gigi. Ketiga, saya tidak bisa membenci orang, apalagi mendendam. Ini mungkin berkaitan dengan keterbatasan memori otak saya menyimpan informasi soal kebencian. Makanya saya terkesan lugu bagi sebagian teman.

Di facebook gelar saya lengkap “kafir, sesat, munafik, babon, tua bangka, bau tanah, perayu wanita, syiah, HTI, agen ganda, menipu, entah apalagi. Ada teman bertanya kepada saya lewat Inbox, mengapa saya bisa tahan dicomment dengan cara tidak santun di FB.

Putri saya, sempat bilang, papa engga ngaruh ya dibilang apa aja di FB. Kadang keluarga  saya sempat kesal dengan orang orang yang comment kasar. Saya hanya tersenyum. Tak akan saya block mereka kalau hanya mem bully saya. Block hanya saya lakukan untur menghindari lapak saya dari perang Comment sesama pembaca yang kasar amoral.

Dalam bisnis bila sengketa saya selalu menggunakan jalur hukum, itupun dengan sangat terpaksa dan berdimensi moral, bukan niat menghabisi orang. Tetapi kalau masalah personal seperti hutang yang tak dibayar, saya memilih menghindari komplik daripada berkata kasar menghujat yang berhutang.

Bahkan saya mendoakan agar dia mudahkan rezeki dan sehat. Kalau sudah tak mungkin lagi dibayar, saya akan lupa begitu saja. Kalau ketemu, saya bisa bersikap normal tanpa bertanya soal hutangnya.

Dalam bisnis saya bersikap sangat keras. Itupun kalau orang tidak commit. Keras pun bukan berati saya membenci tapi rasional tanpa emosional. Dan cepat lupa setelah itu. Makanya tidak ada istilah blackList dalam pertemanan maupun kemitraan. Mungkin dalam GEN saya tidak ada memori benci karena sakit hati, atau paranoid sehingga saya mudah jadi mangsa orang yang modus.

Mungkin juga karena sedari kecil saya tidak pernah dibentak atau dimarahi dengan kata kata kasar oleh ibu saya. Dan ibu saya tidak pernah bohong dengan saya walau itu tujuannya membujuk saya. Kalau saya salah, ibu saya akan memeluk saya sambil menasehati saya.

Dalam pergaulan, saya sering dan bahkan tak terbilang orang membully , baik di depan saya maupun di belakang saya. Tapi tidak saya tanggapi karena saya memang tidak merasa dirugikan apapun. Saya tidak berminat mendapatkan untung karena pujian dan juga tidak kawatir bangkrut karena di bully. Saya hanya focus terhadap masalah saya, tanpa punya waktu memikirkan sikap orang lain. Kalau mitra memutuskan keluar, saya pun tidak kecewa atau rugi.

Kalau senang bersama saya, itu bukan karena emosional tapi lebih karena faktor rasional. Engga baperan. Karena memang dari awal saya tidak terlalu tergantung dengan orang lain.  Jadi ada atau tidak ada , sama saja. Lugu! Dengan adanya tiga penyakit itu, saya tetap bersyukur.

Di usia mendekati 60, saya mudah tidur, engga ada penyakit serius dan makan lahap, BAB lancar.

5 thoughts on “

  1. Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *