Pdt Dr Deonal Sinaga, Praeses Banten, minggu 7 juli 2019
“HIKMAT MEMBERITAKAN INJIL…!” Sahabat yg baik hati, selamat hari Minggu & Salam dari Serang – Banten! Firman Tuhan pada Minggu III Setelah Trinitatis hari ini (Kisah Para Rasul 17: 22-30) adalah khabar baik tentang tugas dan panggilan setiap orang percaya untuk memberitakan Injil.
Tidak diragukan bahwa Paulus adalah pemberita Injil paling jenius, paling efektif dan paling legendaris sepanjang sejarah. Belum ada seorang pun yang melampaui kemampuan Paulus dalam memberitakan berita keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus. Dia menembus batas-batas budaya, batas wilayah, batas keyakinan.
Paulus keluar dari “Zona Aman” untuk menjangkau orang dari berbagai latar-belakang agama, suku, bahasa dan wilayah bangsa. Semenjak Dia “ditangkap” oleh Yesus dalam perjalanan ke Damsyik sewaktu membawa misi mengejar dan menganiaya kaum nasrani, sewaktu dia mendengar kata-kata “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Dan ia bertanya, “Siapakah Engkau Tuhan?” “Akulah Yesus yang engkau aniaya itu,” dia berubah total.
Pribadi lama yang keras, pintar, licik dan berpikir sempit, kini berubah menjadi pribadi yang baru, bijak dan berhati mulia. Yang lama telah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Saulus manusia lama sudah mati, kini lahir manusia baru bernama Paulus dengan kepribadian yang luar biasa: tampil tangguh dan percaya diri: kuat, eastis dan tahan uji.
Dia tetap keras dan kuat tak tergoyahkan, tapi bukan lagi dalam hal Tuarat dan Keyahudian, melaikan dalam kasih dan kekristenan. Dia elastis, bukan dalam hal prinsip, melainkan dalam metode dan pendekatan terhadap orang-orang yang akan dijangkau. Sewaktu dia ditolak dan dianiaya, sepertinya dia terpental dan semakin berpengaruh. Istilah populernya, “semakin dibabat – semakin merambat.”
Dia tahan uji dalam segala hal. Situasi dan kondisi apapun diperhadapkan kepadanya, dia tidak pernah menyerah. Dia tidak cengeng dan suka menggerutu. Dia tidak suka menyalahkan orang lain, diri sendiri apalagi Tuhan, melainkan dia terus berusaha mencapai tujuan yang sudah terpatri di dada – membawa berita Injil kepada sebanyak mungkin orang & membawa sebanyak mungkin orang kepada Yesus.
Paulus adalah pribadi yang benar-benar memiliki “inner beauty” dan “inner strength,” karena Kristus telah berdiam di dalam dirinya. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidup yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi Aku dan menyerahkan diriNya untuk Aku” (Gal. 2: 20).
Kepribadian dan keyakinan yang seperti inilah yang membawa Paulus kemana pun dia melangkah. Dia melangkah bersama Yesus. Dia dituntun oleh Roh Kudus. Dia dilindungi oleh Sang Pencipta. Karena itu dia tidak pernah takut dan khawatir. Dia memiliki seribu satu metode dan pendekatan menghadapi berbagai jenis manusia. Setiap ada kesempatan bicara, dia pergunakan untuk membagikan iman keyakinannya.
Peristiwa di Athena, hanyalah salah satu contoh dari pengalaman iman Paulus. Memang ini adalah kisah penginjilan paling terkenal yang dicatat di dalam Alkitab. Mungkin karena peristiwanya unik, terjadi di kota Atena – salah satu kota yang paling terkenal sejak dahulu kala – pusat budaya dan hikmat dunia apalagi dengan filsafat Yunani. Mendengar kata Atena saja, asosiasi pikiran orang langsung ke “Filsafat, filsuf, hikmat dunia.”
Orang yang namanya tercatat di sana bukanlah orang-orang biasa, melainkan orang-orang yang cerdas, bahkan jenius. Bayangkan setiap hari orang berdebat: membagikan hal-hal yang baru dan mempertanyakan hal-hal baru. “Adapun orang-orang Atena dan orang-orang yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau ,mendengar sesuati yang baru” (ay. 21).
Kini datang Paulus membawa sesuatu yang baru. Suatu ajaran yang belum pernah mereka dengar atau terlintas di pikiran mereka. Mereka tertarik, memang itulah kesukaan mereka – sesuatu yang baru. Lepas dari apakah mereka percaya atau tidak. Tentunya, itulah kesukaaan mereka. Itu jualah kesukaan Paulus, sehingga terjadi tanya-jawab, terjadi debat di pasar-pasar, di kuil-kuil dan tempat ibadah. Bahkan mereka mengajak mereka ke tempat yang paling sakral Areopagus. Terjadilah “perjumpaan kreatif.”
Di sana Paulus dengan leluasanya memberikan pengajaran kepada mereka tentang yang “baru” itu. Dia bahkan menguliti hikmat, kebijakan, keyakinan dan kehebatan filsuf-filsuf apakah itu dari mazhab Stoa, Epikirus atau mashab-mashab lain. Dia tahu betul, bahwa semua itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hikmat sorgawi dalam Yesus Kristus. Dari pengalaman pribadinya, dia tahu betul bahwa kemampuan menguasai Taurat dan segala pengetahuan yang dipelajarinya sepanjang hidup tidak ada apa-apanya dibanding dengan hikmat yang diterimanya dari Kristus. Bahkan semua itu dianggapnya “sampah.”
Dia melihat pintu masuk untuk “menakhlukkan” orang-orang pintar itu. Inskripsi “Kepada Allah yang tidak dikenal” yang dia baca di sebuah mezbah. Paulus mengatakan, Allah yang tidak dikenal itulah yang kuberitakan kepada kamu. Kemudian dia menjelaskan tentang Yesus Kristus – Anak Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, disalibkan, mati dan bangkit dari antar orang mati. Dia yang menghakimi kita semua dan memberikan keselamatan dan hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya.
Apakah mereka semua percaya akan pemberitaan Paulus? TIDAK. Tetapi ada dari antara mereka yang percaya, seperti Dionisius dari petinggi di Areopagus, artinya orang yang sangat terhormat dan berpengaruh di Atena. Bukan hanya dia, ada juga perempuan bernama Damaris. DAN orang-orang yang bersama-sama dengan mereka. Bisa banyak, bisa sedikit. Yang pasti misi Paulus di Atena berbuah manis.
Saudaraku, ini adalah inspirasi bagi kita, supaya kita tidak enggan, bahkan harus merasa terpanggil memberitakan sukacita dalam diri kita karena Kristus. “Are you happy?” “Please show it, say it, share it!” “Apakah saudara bahagia?” “Tunjukkanlah itu, katakan itu, bagikan itu!” Kebahagiaan kita karena Kristus tidak mungkin kita diamkan untuk diri sendiri, tetapi kita terpanggil untuk menyaksikannya.
Seribu satu cara sesuai dengan konteks yang diperhadapkan kepada kita. Apakah itu di Desa, di Kota, bahkan dimana pun di dunia ini, kita bisa menyaksikan Kristus yang adalah hikmat sorgawi demi kebaikan semua. Karena itu saudaraku, jangan enggan membagikan imanmu kepada siapa pun. Jika kita memiliki niat baik, maka Tuhan akan menunjukkan caranya, bahkan Dia melalui Roh Kudus akan mengajari kita tentang apa yang akan kita katakan, JIKA KITA MAU!
Buahnya? Hanya Tuhan yang tahu. Urusan buahnya adalah urusan Tuhan. Tugas kita adalah setia dan taat pada panggilan kita itu. Tuhan memberangkatkan dan menyertai saudara dalam bersaksi akan kasih Kristus hari ini, besok dan ke depannya. Tuhan memberkati dan memberikan kebahagiaan kepada sahabatku!
Dear friends, we are called to witness our joy, hope and faith in Christ. We are happy and blessed people. Therefore, let us share this good news! I wish you a happy Sunday! BE BLESSED & SMILE!
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks! https://www.binance.com/uk-UA/register?ref=B4EPR6J0