Antara Pemilihan dan Pemulihan

Kata kata dalam foto ini, adalah teks salah satu lagu di Buku Ende HKBP yang berjudul Tung na muba rohangku, yang  kira kira bermakna : ‘Hatiku benar benar berubah’.

Syair lagu ini menjadi lagu pengantar kotbah dalam Ibadah di Gereja HKBP Resort Kayu Tinggi.

Sambil musik pengiring lagu ini berjalan, Pendetapun berjalan menuju altar untuk berkotbah.

Tapi sebelum sampai di altar, yang pada awal Rumah Ibadah itu berdiri, disebut sebagai ‘ruang maha kudus’ yang hanya boleh dimasuki oleh ‘Imam Besar’, tiba tiba salah seorang penatua naik juga menuju altar dan terjadilah keributan,  saling berebutan altar, saling berebutan mik di ruangan ‘maha kudus’ itu.

Ya, tak ubahnya seperti pertengkaran banyak orang yang berebutan ‘hak’, atau seperti anjing yang sedang berebutan tulang belulang.

Saya jadi ingat pasca kejadian pertengkaran hebat tahun 1993 dimana terjadi dualisme kepemimpinan di organisasi HKBP, Gereja berusia hampir 200 tahun dengan jutaan anggota jemaat itu, seorang teman memberi ilustrasi yang sangat pedas dan menyakitkan.

Katanya begini, saat ada anjing bertengkar rebutan tulang belulang, si pemilik anjing lalu marah dan bilang, Hei…kalian kog berantam terus…kayak Pendeta aja.

Perumpamaan itu sangat pahit dan menyakitkan memang, tapi melihat kejadian demi kejadian pertengkaran di banyak tubuh organisasi Gereja ini, yang mayoritas selalu diakibatkan urusan ‘uang dan hak’, membuat kita berpikir, benarkah Tuhan masih ada disana?

Saya jadi ingat Yesus yang adalah Tuhan yang sangat lemah lembut dalam sepanjang hidupNYA yang singkat, selama mengambil rupa menjadi manusia di bumi, ternyata juga pernah marah secara luar biasa.

Ia, Yesus yang sangat lemah lembut kepada orang yang kecil, papa, terbuang dan terhina, bahkan begitu marah dan harus membawa cambuk dan lalu membalikkan meja meja para penukar uang di depan tempat ibadah yang kala itu, oleh beberapa oknum, juga sudah mulai bergeser karena urusan mamon dan uang.

Ya, Yesus bisa sangat marah semarah marahnya bukan kepada orang kecil yang tidak tau Firman Tuhan.

Ia sangat marah justru kepada para Iman Yahudi yang tau detail akan Firman Tuhan, mengajarkannya kepada banyak orang, tetapi tidak melakukannya dalam kehidupannya.

Yesus berkata kepada mereka sebagai ‘ular beludak’, dan  memberi ilustrasi seperti kuburan yang dicat putih bersih tapi dalamnya hanya tulang belulang yang sudah membusuk.

Kembali ke kisah pertengkaran di Gereja ini, berita di media menyebutkan pertengkaran ini sebagai akibat dari kelalaian Ephorus, Pemimpin tertinggi di organisasi HKBP yang sering juga dipanggil sebagai ‘ompu i’ melebihi gelar Yesus yang memanggil Yang Maha Pencipta sebagai ‘Bapa’,  yang membiarkan gejolak terjadi, sekalipun hasil audit dari eksternal Gereja telah menemukan beberapa uang yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Katanya oleh Ephorus diminta agar jemaat bersabar dulu, dan berjanji akan segera memindahkan Pendeta dimaksud.

Tapi sampai waktu yang dijanjikan, sang Pendeta belum juga dipindah hingga membuat banyak penatua dan jemaat kehilangan kesabaran dan melampiaskan kemarahannya.

Salah satu penatua berkata, karena Pendeta ini dulu tim sukses pemilihan Ephorus terpilih, ya seperti balas jasa dalam sebuah pemilihan organisasi.

Nah lalu sesuai judul tulisan ini, sebenarnya kita sebagai jemaat, sebagai warga biasa masih membutuhkan aneka ‘pemilihan’ yang sering berujung pada perang kepentingan dan hak?

Atau kita sebenarnya dan seungguhnya lebih membutuhkan ‘pemulihan’, seperti makna syair demi syair  dalam lagu Buku Ende HKBP ini?

Tahun 1993, tengah malam, saat menjadi Ketua Naposo Bulung di HKBP Badung Wijk Cipaganti, saat hati dan pikiran mengalami kesedihan dan kelelahan yang luar biasa, saya berpikir, jangan jangan Yesuspun sedih dan ikut menangis melihat kejadian demi kejadian ini.

Subuh itu juga, lahirlah lukisan hitam putih Yesus mengetuk pintu yang hanya tinggal huruf  BPnya saja. HK yang merupakan singkatan dari Huria Kristen entah sudah dimana.

Dalam kisah lain, pengembangan cerita lukisan itu, seorang Ibu juga menangis menemui Yesus karena Ia baru dikeluarkan dari Gereja besar itu setelah ia ketahuan hamil sebelum menikah di Gereja.

Bahasa Gerejanya, di ban atau diberi sangsi, untuk sementara dikeluarkan dari Gereja, untuk dibimbing, begitu logika dan teorinya.

Yesus lalu dengan lembut menjawab, ya Inang, nasib kita sama, sayapun, anak satu satunya pemilik sorga dan gereja ini, juga masih belum dibukakan pintu oleh mereka.

Yesuspun akhirnya lebih banyak tinggal bersama sahabat sahabatNYA orang orang yang haus dan lapar, orang orang miskin, menderita, orang yang diberi sanksi oleh Gereja dan orang orang yang ‘tertolak’ lainnya.

Sedangkan organisasi gereja, masih saja lebih sibuk dengan urusan pemilihan demi pemilihan, urusan persembahan, pembangunan fisik gereja, organisasi,  dan urusan remeh temeh lainnya.

Hal apa sebenarnya paling kita butuhkan dalam hidup yang super singkat ini?

Apa yang sebenarnya juga menjadi kehendakNYA dalam hidup kita?

‘pemilihan’ ? atau ‘pemulihan’?

Balige, Senin 1 July 2019
Sebastian Hutabarat.

2 thoughts on “

  1. Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *