KASAK KUSUK CABUP 2020
Di hampir semua daerah yang ada di Indonesia, anjuran ini hidup sejak dulu. Tak terkecuali di hutatta, “Jangan beli kucing dalam karung”. Tentu yang dimaksudkan ialah, agar terjadi kehati-hatian, supaya tidak tertipu. Karena di mana pun, belum ada perilaku penjual kucing secara karungan. Juga belum pernah ditemukan pembeli kucing karungan. Kalau untuk gadong judur-ubi rambat atau attirha-singkong, biasa itu. Jamak ada satu dua yang rusak atau tak lagi layak untuk di masak.
Kehati-hatian perlu di zaman yang berkilau dengan kemasan. Semboyan salah satu pembasmi ketiak, “Mulanya begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.” Agak bau-bau romantis memang. Yang dimaksudkan, tentu saja, ada keengganan seorang pemuda melanjutkan godaannya terhadap gadis yang ditemuinya itu billokon. Apalagi dengan bau ketiak. Namun, jika si gadis tak billokon dan memancarkan harum mewangi, masuklah rayuan pulau kelapa, “Boleh kenalan, dek?”
Di zaman 4 G ini, kemasan menduduki tempat teratas. Baru diikuti dengan kwalitas. Tapi secara apriori, kita sebut saja, kemasan itu sudah menyatu dengan kwalitas. Bayangkan jika sebuah Restoran di hutatta, yang menyajikan bepeka dan arsik ikan mas, enak secara rasa, tapi bau pesing dari toilet dan lanok berdansa ria di meja, Amang tahe! Bagi yang datang dari kota yang sudah menempatkan kebersihan menjadi yang utama, tentu akan ngacir. Maka tak heran, ada seorang pengusaha minuman, yang kini menguasai pangsa pasar di Indonesia, merasa perlu memesan kemasannya dari Korea Selatan. Selain indah, bagus, juga memenuhi stantar Internasional. Botolnya itu jika, menjadi sampahpun akan busuk dan berfungsi sebagai pupuk tanah.
***
Jelang 2020, banyak sosok yang mulai “Jual tampang”. Kemasan-kemasan yang ditampilkan ke masyarakat, bolehlah. Cukup aduhai. Mereka itu, ada yang dari pengusaha, artis gagal, tak ketinggalan dari pensiunan ANS maupun yang pundaknya pernah ada bintang. “Jabatan Bupati memang menggiurkan,” ujar seorang, ketika kami bincang ria sambil ngopi di samping sebuah Gedung pesta. Kami memilih ke luar dari Gedung, karena tak sanggup di dalam mendengar suara yang mingor karena pertarungan mic paranak dan parboru. “Fasilitas yang Bupati yang didapat Bupati pun penghargaan dari masyarakat sangat luarbiasa,” katanya. “Bahkan ada sebagian masyarakat, merasa, pestanya akan menjadi sangat luarbiasa dan dianggap bermartabat kalau dihadiri Bupati. Padahal holan pesta tardidi do…” sambungnya.
Soal tampang atau kemasan inilah menjadi masalah. Apakah semua kemasan-kemasan yang mereka tampilkan adalah tidak hanya sekedar memperindah, atau memang mencerminkan isi, dengan maksud agar terpilih? Atau hnya sekedar daya tarik untuk mengecoh rakyat, , tanpa dirinya tahu, apa sih yang menjadi pekerjaan seorang Bupati? Soalnya, pada diskusi lain, seorang artis yang dulu sangat terkenal menyebutkan, “Yang penting terpilih dulu. Jadi Bupati itu tidak sulit. Setelah terpilih, kita tinggal delegasikan semua tugas ke Kadis. Tinggal minta laporan ini dan itu, karena pada dasarnya, apa-apa yang mau dilakukan atau dikerjakan di Kabupaten itu, ada di tangan Kadis. Sebagai seorang yang terpilih jadi Bupati, dan kita sebut saja itu sebagai jabatan Politis, tinggal ongkang-ongkang saja, dan perintah ini itu serta minta laporan, selesai,” paparnya.
Pernyataan artis ini, agak-agak ada benarnya, jika dihubung-hubungkan dengan Kabupaten -1 yang lalu dan yang kini sedang menjabat. Lihatlah misalnya, bahkan ini sangat memprihatinkan, sebuah kejadian, sengaja atau pura-pura, ada bawahannya yang membuat Surat Keputusan (SK) yang melebihi kewenangannya, sementara si Bupati tak tahu atau tidak menyadari itu keliru, dan keluarlah statemen dari Pejabat itu : Saya Akan Melakukan PERLAWANAN TERHADAP SI ANU…***
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.