Hata sangkaba
(Sekapur sirih)

KALAU pengkritik itu dianggap musuh oleh teman seperjuangan, atau se-ARISAN, apalagi seorang yang menduduki jabatan tertinggi di sebuah Wilayah, maka kesuraman berpikir akan merajalela. Artinya, menjadi bisalah kita menyimpulkan, pada dasarnya si Pejabat tidak bisa membedakan mana KRITIK mana yang HUJATAN.

Di zaman mana ntah di negeri mana, kehidupan pengkritik tak terlalu disukai, bisa dipinggirkan, terutama oleh yang sedang berkuasa. Socrates pun harus berdiam di Penjara, dan pada akhirnya minum racun untuk mengakhiri hidupnya, karena tiada ladang lagi baginya, untuk menyampaikan kritiknya. Padahal sejujurnya, jika seorang pengkritik hadir di suatu tempat, pasti mendinamisasi keadaan, karena kadang-kadang, kritikannya membelalakkan mata, bahkan bisa membuka tabir tentang apa yang selama ini tak terpikirkan oleh orang banyak. Sayangnya, banyak yang beranggapan, seorang pengkritik hanya seorang The man of the word, atau yang keluar dari ucapannya hanya beromongkosong, tanpa pernah bisa melakukan apa yang dikritiknya. Padahal, kalau saja kita sedikit mau bertoleransi, bukankah  seharusnya dia disebut sebagai  PANDE TERANG “Sinar dalam kegelapan?”

Akan atau tidak akan, perlu atau tidak perlu, bahkan yang terjelek, kumpulan tulisan di Celoteh ini; apakah  berguna atau tidak, bahkan sebutlah TULISAN SAMPAH yang tidak berarti, termasuk jika cemoohan itu pun datang dari para cerdik pandai Jurusan Penulisan, saya tidak ambil pusing. Tidak peduli intinya. Enjoy saja. Toh, melempar masalah yang ada di Celoteh ini, tidak bermaksud untuk dipuji, bahkan sebenarnya penulis berharap, “harus dikritik”  atau “dihujat”, bila perlu, agar pembaca yang lain tahu dan menyadari, bahwa memang, atau sungguh-sunggulah semua tulisan yang ada di dalam berkategori : SAMPAH.

Tapi Ingatlah, hakekat dari sampah, mengambil contoh dari sampah dari  kandungan minyak yang bernama aspal, masih bisa digunakan dan berguna, yang bisa dipakai melapis jalan berbatu, sehingga menjadi rata, indah sehingga bisa  dilalui  Fortunermu, eh, Rubiconmu menjadi nyaman.
Hidup aspal.
***
Salam, dan selamat menikmati Celoteh ini.

Depok, Juni 2019
Buku ini sebagai persembahan  untuk putra-putriku terutama Obamaputralaris dan Hillary Putrilaris yang setia mengurut tubuhku yang mulai uzur di malam hari.

2 thoughts on “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *