Bangfauzi.com – Tidak terasa tahun 2019 akan segera tiba, tahun politik secara nasional, sebab di tahun 2019 akan dilaksanakan pemilu dan pilpres. Indonesia akan punya anggota DPR/DPRD baru dan pasangan Presiden / Wakil Presiden baru untuk periode 2019-2024. Maka kita sudah bisa menduga saat ini, begitu hiruk pikuknya tahun 2019 dengan banyak cerita dan dinamika, itulah tahun politik.
Tahun politik yang menentukan kepada siapa Rakyat menyerahkan mandatnya, kepada Caleg dan Partai Politik yang mana nantinya Rakyat memberikan kepercayaan “suaranya.”
Karena yang menentukan siapa yang terpilih adalah Rakyat, Caleg 2019 bersama Parpolnya harus menjadikan Rakyat sebagai objek utama untuk dipengaruhi.
Parpol dan Caleg 2019 harus bersinergi, saling menyatukan visi dan misi sehingga Rakyat tidak benci. Supaya Caleg 2019 adalah putra/i terbaik, kader yang handal, maka, Parpol sudah menetapkan kriteria yang harus diikuti para Caleg 2019.
Menjadi Caleg 2019 sesungguhnya adalah cita-cita mulia. Tidak sembarang orang bisa dengan kesadarannya yang tulus mengikrarkan diri untuk mengabdi dengan mendaftarkan dirinya menjadi Caleg.
Ada lima hal yang harus diperhatikan bagi kawan-kawan kita yang sudah bertekad menjadi Caleg 2019. Pertama, niat yang kuat. Saya katakan untuk menjadi Caleg 2019 kita butuh niat yang kuat. Niat yang setulus-tulusnya, niat yang sebenar-benar niat. Kekuatan niat akan menjadi ruh bagi kerja-kerja kampanye diri yang akan dilakukan berhari-hari nantinya. Kalau hanya sekedar ikut-ikutan dan tes nasib, pasti akan gagal.
Sebab, yang akan kita hadapi adalah orang-perorang, yang memiliki pikiran, punya hati nurani dan perasaan, memiliki penilaian yang ditentukannya sendiri, bahkan orang-perorang yang sudah profesional dengan berbagai latar belakang dan usia yang beragam.
Kalau seorang Caleg tidak punya niat yang kuat, baru dua atau tiga kali melakukan kampanye, Saya yakini dirinya akan lemah dan minder. Baru mengikuti dua atau tiga kegiatan dialog dan perdebatan dengan Rakyat yang akan memilihnya, akhirnya memilih apatis, kalah dan malas untuk berdialog kembali.
Maka itu, dengan niat yang kuat, secara vertikal kepada Tuhan YMK kita sudah berdialog, meminta kekuatan untuk ikut menjadi Caleg 2019 dengan keyakinan bahwa kita harus menang dengan didukung Rakyat. Dialog ini akan memengaruhi perjuangan kita. Sehingga kita tidak cepat lelah, pantang menyerah, selalu sabar dengan cacian, sindiran dan kritikan.
Satu lagi, dengan niat yang kuat, kita terhindar dari “kemarok politik,” ikut-ikutan tren. Sehingga kita bisa mengukur kekuatan yang kita miliki, melihat kenyataan apa adanya, menyusun strategi yang realistis dan mendapat dukungan keluarga.
Kedua, setelah niat yang kuat, bagi kawan-kawan yang akan menjadi Caleg 2019 perlu perhatikan kekuatan sosial. Daerah pemilihan sebaiknya adalah daerah asal kita, kampung ibu atau tempat kelahiran kita. Daerah pemilihan yang kita tidak mengenal dengan baik akan memengaruhi kekuatan sosial yang kita miliki.
Kekuatan sosial yang Saya maksud diantaranya, keluarga, tetangga, kawan kecil dan bermain. Kalau daerah pemilihan kita adalah kampung asal kita, maka, keluarga yang terdiri dari abang/adik dan terombo dekat semuanya, harus didatangi. Sanak famili yang jauh dan terhubung dari suku harus dikunjungi, agar semua keluarga dekat dan jauh mengetahui ada kerabatnya atau kemanakan atau adiknya yang maju menjadi Caleg 2019. Keluarga menurut pengalaman Saya yang ikut menjadi Caleg 2014 lalu adalah kekuatan sosial yang sangat diandalkan. Keluarga adalah modal sosial yang tak bisa dinilai dengan materi apapun besarnya. Jika kita sebagai Caleg 2019 sudah mampu merangkul keluarga menjadi kekuatan politik untuk mendukung kita, maka, mereka akan bergerak dengan sendirinya meyakinkan Rakyat untuk memilih kita.
Kawan kecil yang Saya maksud disini, bisa tetangga kita, bisa kawan sekolah kita, bisa kawan bermain kita, bisa kawan lama yang sudah jarang kita berkomunikasi dengan mereka. Ini juga kekuatan sosial yang tidak bisa diabaikan. Kawan kecil ini adalah kawan lama yang mengenal kita dengan apa adanya. Kawan kecil adalah kawan yang tidak membenci kita karena kepentingan. Kawan kecil adalah kawan yang suka dengan kita bukan karena “sesuatu.” Sehingga kawan kecil ini memang benar-benar kawan yang makan nasi bukan kawan yang makan kawan.
Kawan kecil harus kita tulis ulang namanya kembali, cari tahu dimana berada, walaupun sudah merantau tidak domisili di daerah pemilihan kita lagi, tetap hubungi lagi, karena, ada keluarganya disini. Ada kerabat-kerabat dan kawan-kawannya yang lain yang kita tidak kenal tetapi bisa diyakinkannya untuk memilih kita pada tahun 2019 nanti.
Ketiga, setelah niat dan kekuatan sosial, kawan-kawan Caleg 2019 harus memperhatikan kekuatan uang. Saya letakkan kekuatan uang diurutan ketiga untuk menegaskan bahwa kekuatan uang bukan yang utama, masih ada dua kekuatan diatasnya.
Sudah tidak bisa kita hindari, bahwa untuk menjadi Caleg 2019 kita harus melakukan sosialisasi diri, menjumpai kerabat dengan silaturahmi, berdialog dengan banyak orang dari satu tempat ke tempat lain. Kegiatan-kegiatan tersebut butuh menampilkan sosok kita sebagai Caleg 2019 yang “meyakinkan,” Rakyat. Kita butuh tampil elegan dengan kepatutan yang umum. Kita butuh kekuatan uang, untuk punya pakaian yang bersih sebagai ciri khas kita, sepatu yang bisa dipakai, rambut harus rapi, punya kendaraan dan suka traktir kalau dialog di warung nasi atau warung kopi. Kita butuh uang untuk mencetak balio, spanduk atau alat peraga lainnya yang menurut kita efektif guna meyakinkan rakyat untuk memilih kita. Mulailah dihitung dari sekarang, untuk kegiatan-kegiatan tersebut di atas, kita punya uang berapa banyak?
Selain itu, yang perlu kita perhatikan terkait kekuatan uang ini adalah kegiatan kita saat kampanye sampai pemungutan suara pada Pemilu 2019 nanti. Selain saksi dari Parpol kita, Saya sarankan kita juga harus punya saksi di TPS yang kita sudah yakini ada pemilih kita. Jika kekuatan uang kita cukup untuk membiayai satu TPS satu saksi, siapkanlah.
Pertanyaan yang menggelitik kita tentu soal jumlah berapa besar uang yang dibutuhkan untuk bisa menang pada tahun 2019 nanti? Jawaban Saya, hal itu tergantung dengan keyakinan para Caleg 2019 terhadap dua kekuatan sebelumnya, yaitu, Niat dan kekuatan sosial yang dimiliki. Pengalaman Saya di tahun 2014 lalu, ada yang sudah keluarkan uang sampai batas diatas satu miliar rupiah untuk menang dan terpilih menjadi anggota DPRD, akhirnya kalah dan gagal. Saya menghabiskan kurang lebih 800 juta rupiah, bersumber dari utang dari orang lain, lalu keluarga dan tabungan sendiri.
Keempat, kawan-kawan Caleg 2019 harus memperhatikan pemilih cerdas. Saat kita sudah ikrarkan diri menjadi Caleg 2019, maka, kita harus punya strategi untuk menang. Saya menawarkan kelompok pemilih cerdas harus kita kejar dan pikat hatinya. Sebagai orang baru yang akan maju menjadi Caleg 2019 kita tidak punya karya. Yang bisa kita jual adalah diri kita sendiri, mulai dari penampilan fisik, kecerdasan intelektual, gelar pendidikan, visi misi pribadi kita, sampai kejujuran yang kita punya. Sama kelompok pemilih yang sudah mengikuti peristiwa Pemilu dari tahun ke tahun, pasti kita akan menemukan kesan penolakan dengan bahasa-bahasa pesimis, “kalau udah jadi lupa juganya nanti,” ada juga, “kalau kampanye janji banyak kali udah jadi nanti mulut bisu kupingpun tuli,” macam-macamlah banyak kalimat pesimis yang akan kita terima nanti.
Kelompok pemilih cerdas itu banyak, ada di kalangan pemuda, ada di kelompok profesi, ada tetangga kita, ada juga pemilih pemula. Artinya kita bisa bertemu dengan pemilih cerdas, setelah kita turun bertemu dengan kekuatan sosial yang sudah kita inventarisasi sebelumnya tadi. Pasti kita temukan. Keunggulan kelompok ini tidak transaksional dan bisa memengaruhi orang lain.
Kelima, kompak dengan Parpol dan Caleg lainnya. Ini hal yang perlu kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Parpol dan pengurusnya adalah kawan kita. Kawan-kawan caleg yang satu daerah pemilihan adalah kawan kita. Saling sapa dan tidak menjelekkan satu sama lain adalah semangat baik yang perlu kita jaga. Jika kita saling menguatkan maka suara yang diperoleh bukan tidak mungkin bisa membawa dua atau tiga ke kursi DPRD. Saya saat mencalonkan di tahun 2014 lalu adalah Caleg yang banyak dibantu Caleg lainnya. Karena daerah pemilihan kita itu luas, tidak semuanya diantara kita bisa masuk dan bertemu dengan Rakyat. Melalui parpol kita kompak, melalu pemilu kita bersatu, Rakyat pun akan suka memilih kita.
Semoga catatan kecil dikolom opini bangfauzi ini bisa membantu memberikan semangat yang besar buat kawan-kawan yang sudah bercita-cita untuk menjadi Caleg 2019 melalui Parpolnya masing-masing. (MFH)