Pendidikan kepada masyarakat tentang:
TERJADINYA DANAU TOBA DAN PULAU SAMOSIR
(Hajadi ni Danau Toba; Hajajadi ni Pulau Samosir)
Tinjauan dari sudut pandang iman Kristiani
1. Terjadinya Danau Toba dan Pulau Samosir tidak lepas dari Penciptaan Langit dan Bumi serta segala Isinya yang diberitakan dalam Alkitab (Kitab Suci Umat Kristen). Allah menciptakan Hikmat sebagai “anak kesayangan-Nya”, dan menjadi teman-Nya untuk menciptakan langit dan bumi serta segala isinya (Amsal 8:22dyb). TUHAN menciptakan langit dan bumi dari yang tidak ada menjadi ada (creatio ex nihilo). TUHAN memberikan kekuatan kepada setiap ciptaan-Nya untuk mengerjakan hal-hal yang ada dalam batas-batas kemampuan masing-masing. Dengan demikian TUHAN telah menganugerahkan kepada ciptaan-Nya untuk “penciptaan berkelanjutan” (creatio continua). Terang dicipta untuk benda-benda penerang, dan planet dan bulan menghasilkan terang. Air (samudera raya) diberi kemampuan menjadi danau, laut, bahkan menjadi lautan; dan dengan menggunakan cakrawala, menjadi ada air di atas permukaan bumi dan di permukaan bumi (berupa air sungai-sungai) maupun di bawah permukaan bumi. Laut diberi kemampuan untuk menghasilkan segala macam ikan dan binatang yang bergerak di laut (dalam air). Tanah yang sebelumnya berada di permukaan air, muncul menjadi daratan luas bahkan menjadi benua. Kepada tanah diberi kemampuan untuk memunculkan tumbuh-tumbuhan berbagai macam. Dan kepada tumbuh-tumbuhan diberi kemampuan untuk mereproduksi diri masing-masing untuk kelanjutannya. Hewan-hewan dibuat dari tanah, dan TUHAN memberi kepada setiap hewan untuk mereproduksi (melahirkan keturunan masing-masing), agar berkelanjutan, sesuai dengan iklim dan daerah di mana hewan itu berada dan beradaptasi. TUHAN menciptakan manusia (Ibrani: ’adam; Batak: Ijolma) dari debu tanah, dan perempuan dari rusuk Adam. Mereka diinginkan untuk mengusahakan dan memelihara bumi (Kej.2:5.15), dan diberi kemampuan beranakcucu dan bertambah banyak; memenuhi bumi dan menaklukkan itu, berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kej.1:28). Tugas itu meliputi tugas memelihara semua geopoint (Taman Indah Bumi) yang ada di Toba/Samosir.
2. Gunung Toba merupakan bagian dari bumi yang diciptakan oleh Jahowa Elohim, yang menyelamatkan umat manusia dalam Yesus Kristus dan bersama dengan umat-Nya dalam Roh Kudus dan Firman-Nya. Bumi yang “hidup” dan punya kekuatan “api dahsyat” dalam “perut”-nya, meletus beberapa kali dalam sejarah bumi. Sembilan ratus ribu tahun yang lalu, gunung Toba menjadi jalan keluar bagi magma bumi, yang sangat dahsyat dimuntahkan. Terjadilah yang dikenal sekarang sebagai kaldera (kawah) Porsea di Toba. Kedua kali gunung Toba meletus lagi dengan dahsyat, kira-kira limaratus ribu tahun yang lalu, lalu terbentuklah kaldera (kawah) Haranggaol. Lalu tujuhpuluh lima ribu tahun yang lalu, terjadi lagi letusan gunung Toba yang lebih dahsyat lagi dari dua letusan sebelumnya, dan terjadilah Kaldera (kawah) Sibandang dan Kaldera (kawah) Samosir, yang kemudian menyatu dengan kawah Porsea dan Kawah Haranggaol, menjadi Kaldera Toba.
Begitu banyaknya dan begitu tingginya debu vulkanik dilemparkan ke angkasa, hingga menutupi setengah dari permukaan bumi, sehingga belahan bumi itu gelap ratusan hari, lalu duapertiga dari fauna, flora, dan manusia, yang ada di daerah yang mengalami debu vulkanik ini musnah. Kemudian apa yang dikenal sebagai Pulau Samosir yang ada sekarang, muncul ke permukaan Danau Toba, dan tingginya terus menerus mengalami kenaikan, dan sebenarnya Pulau Samosir ini adalah Anak Gunung Toba. Atas kemampuan yang dianugerahkan TUHAN, alam mendatangkan hujan untuk membersihkan seluruh debu vulkanik Gunung Toba yang menutupi sebagian permukaan bumi. Alam juga yang membuat, bahwa kawah (kaldera) Toba itu menjadi tempat menampung air. Jalan air keluar dari tampungan air Kaldera Toba ada di daerah yang dikenal sekarang sebagai Siguragura. Tembok penahan air itu terdiri dari bebatuan yang luar biasa kekuatannya, dan sungai sempit yang mengalirkan air dari kawah (kaldera) Toba menjadi air terjun dahsyat, yang dikenal sebagai air terjun si Harimau (karena aumannya seperti auman Harimau), dan air terjun Siguragura.
Belum dapat diprediksi, kapan Gunung Toba (Anak Gunung Toba) akan meledak lagi. Diharapkan gempa-gempa yang terjadi di daerah Toba sekitarnya tidak membuat retak dinding-dinding Danau Toba, agar Danau Toba tidak menjadi kering. Air Danau Toba dijadikan TUHAN melalui proses alamiahnya, sebagai pendingin untuk Anak Gunung Toba yang magmanya di bagian bawahnya sangat giat. Kejernihan air Danau Toba juga sangat berguna sebagai alat pendingin Anak Gunung Toba. Pengotoran air Danau Toba menjadi perbuatan manusia (yang tidak disadari) mempercepat meletusnya kembali Gunung Toba yang maha dahsyat itu. Alam juga menjadi marah kalau diri alam itu dikotori. Tanda-tanda akan terjadinya bencana alam dahsyat, dapat dibaca dari situasi manusia yang hidup di daerah itu, yang tidak peduli alam, yang selalu keranjingan ribut, berkelahi bahkan berperang, tiada damai, disertai perbuatan-perbuatan amoral. Hati-hati dan waspadalah penghuni dataran tinggi Toba, agar tidak jatuh kepada situasi yang demikian, dan tidak menjadi pihak yang mempercepat terjadinya bencana di TOBA berikutnya. Mencintai Danau Toba dan semua situs-situsnya dan Taman-taman Indah Bumi yang terjadi karena letusan-letusan Gunung Toba, merupakan bagian dari mencintai TUHAN. Kepada manusia sekarang diberi kesempatan, untuk menunaikan tugasnya mengusahakan dan memelihara Taman Alam yang dianugerahkan TUHAN itu.
Pendidikan kepada masyarakat tentang:
TERJADINYA DANAU TOBA DAN PULAU SAMOSIR
(Hajadi ni Danau Toba; Hajajadi ni Pulau Samosir)
dari sudut pandang Dongeng yang hidup dikalangan Bangso Batak Toba
1. Dongeng Batak merajut cerita penciptaan yang ada di kalangan bangsa-bangsa, lalu membuat cerita kontekstual Batak tentang penciptaan manusia. TUHAN menciptakan Adam dan Hawa, dan menempatkannya di Taman Yang ada di Eden. Waktu itu, daratan Afrika, Asia, India, Sumatera, masih rapat. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka diusir dari Taman di Eden. Tempat mereka setelah diusir dari Eden adalah Pusuk Buhit. Adam bernama Raja Ijolma. Dari Pusuk Buhit keturunannya berserak ke seluruh bumi (Asia terus ke Eropa, Afrika, Australia, dan terus ke Amerika). Penduduk Pusuk Buhit musnah sewaktu terjadi letusan-letusan gunung Toba yang mahadahsyat itu. Salah satu dari keturunannya bernama Noak, yang merantau ke Timur Jauh, dan yang selamat dari air bah bersama keluarganya. Anaknya ada tiga. (Alkitab menamainya: Sem, Ham, Jafet. Batak menamainya: Mangalabulan, Bataraguru, Balasori. Mereka menjadi awal dari kekerabatan Dalihan Natolu (setelah putera Mangalabulan menikahi putri Bataraguru; putera Bataraguru menikahi puteri Balasori; dan putera Balasori menikahi puteri Mangalabulan). Paska ledakan gunung Toba yang terakhir, salah seorang dari keturunan Mangalabulan (yang di Timur Tengah dikenal sebagai Sem), datang ke Pusuk Buhit dan memulai suatu kehidupan baru di daerah yang kemudian dia sebut TOBA. Sewaktu dia tiba di dataran tinggi berbukit di Sumatera, dengan sungai yang sangat jernih, banyak ikan, hutan yang sangat perawan, dia menyebut TOBA (yang artinya: INDAH). Keturunan Sem ini sangat luar biasa menunggang kuda, yang kalau dia membatak kudanya, maka kudanya akan melejit berlari, dan tidak ada yang bisa mengejar. Karena kemahiran dan kebolehannya tersebut, dia diberi nama si BATAK. Yang menjadi kakek moyang bangso Batak ini membangun perkampungannya di Sigulatti, Pusuk Buhit.
2. Salah seorang dari keturunan si Raja Batak berpindah dari Sigulatti ke lembah kaki gunung Toba, di mana ada sungai yang sangat jernih dan di dalamnya banyak ikan Batak (ihan). Biasanya ihan (ikan Batak) berwarna perak di bagian perut, dan agak kelabu di bagian punggung. Walaupun dia masih pemuda, dia ingin membangun perkampungannya sendiri di tepi sungai itu, di kaki gunung Toba. Waktu itu Anak Gunung Toba (Yang sekarang dikenal sebagai Pulau Samosir) sudah mulai tinggi. Gelar anak muda ini “Raja Panghail-hail” (yang kerjanya memancing ikan). Suatu hari, sewaktu dia pergi memancing ke sungai, Panghailhail mendapat seekor ihan Batak yang perutnya dan punggungnya berwarna keemasan.
Ikan itu tampaknya jinak, dan setelah Panghailhail membawanya ke darat, ikan itu berbicara kepada pemuda itu, dan meminta agar dia ditaruh di soposopo (pondok) yang ada di pinggir sungai itu di dalam temayan tanah yang besar. Ikan itu meminta si Panghailhail datang esok harinya sewaktu matahari naik ke atas (pagipagi menjelang jam sepuluh) ke soposopo (pondok) itu, untuk melihat apa yang terjadi. Disertai dengan kaheranannya, bahwa ikan dapat berbicara, dan itu dianggapnya sebagai suara dewa sembahannya (Mulajadi Nabolon), pemuda Panghailhail melakukan permintaan yang didengarnya tersebut. Esok harinya dia datang ke soposopo (pondok) itu, dan dia menemui seorang gadis cantik berada di pondok itu. Lalu mereka berbicara dan saling memperkenalkan diri. Perempuan cantik itu mengajak si Pemuda agar membawanya ke kampungnya dan menjadikannya isterinya. Satu syarat dibawah padan, si Pemuda tidak boleh mengatakan anak mereka kelak sebagai “tubu ni dekke” (yang dilahirkan ikan). Permintaan itu dikabulkan si pemuda, dan mereka dipestakan menjadi pasangan suami-isteri. Pasangan rumahtangga ini sangat bahagia. Mereka ulet bekerja. Ternak dan tanaman mereka memberi keuntungan yang luar biasa.
Tahun berikutnya, pasangan suami-isteri ini mempunyai seorang putera, yang diberi nama si SAMO (artinya: milik bersama; hatopan). Perangai si Samo sangat baik. Dia penurut kepada ayah dan ibunya. Anak itu sangat pandai, dan cekatan, serta selalu menyelesaikan tugas dengan baik, bahkan sangat baik. Si Samo, walaupun masih kecil atau anak-anak, kelihatannya menjadi pendoa kepada TUHAN, dan permohonannya selalu dikabulkan TUHAN. Tetapi satu hal yang menjadi keheranan bagi ibunya, bahwa dia sangat lahap makan, dan lekas-lekas lapar, serta selalu ingin makan, demi mengatasi kelaparannya. Anak itu cepat besar. Dalam umur enam tahun dia sudah bisa disuruh oleh ibunya mengantar nasi makan siang ayahnya yang bekerja di sawah. Suatu hari, ibunya menyuruh si Samo mengatar makan siang ayahnya ke sawah. Tetapi karena laparnya, sebelum si Samo tiba ke tempat ayahnya, dia memakan makan siang ayahnya, dan hanya tinggal sepotong tulang berdaging tipis dan sesuap nasi. Ayahnya menyambut anaknya dengan gembira, dan saking laparnya, dia segera ingin melahap makanan yang dibawa oleh puteranya. Tetapi tiba-tiba dia meledak marah karena melihat nasi dalam ampang itu hanya sesuap dan sepotong tulang, ditutupi daun pisang. Dia marah dan bersungut-sungut sambil mengomel-ngomel mengatakan: “Siruak butuha on, parbutuha rojan on, botul-botul do ho tubu ni dekke, parbutuha na so hagokan.” (Yang berperut selalu kosong ini. Yang punya perut ber-ruang, benar-benar yang dilahirkan dari ikan; pemilik perut yang tidak bisa penuh). Si Samo terkejut mendengar kemarahan ayahnya. Dia minta maaf. Lalu dia pulang ke rumah. Tanpa ada prasangka buruk, dia memberitahu apa yang dikatakan ayahnya kepadanya sewaktu marah. Mendengar itu, ibunda Samo segera mendekap puteranya, dan menyuruh puteranya segera berlari ke puncak bukit Anak Gunung Toba. Lalu ibu Samo duduk bersila, dan berdoa kepada TUHAN: “Kuserahkan hidup saya dan hidup suamiku yang telah “mangose padan”(melanggar sumpah)-nya dan saya mohon selamatkanlah puteraku Samo, dari bencana yang akan Engkau timpakan.” Suaminya tiba di rumah, dan sang isteri mendekap suaminya, seraya berkata: “Karena kau sudah “mangose padan” (melanggar sumpah), marilah kita pasrah kepada apa yang akan dilakukan TUHAN kepada kita. Putera kita sudah berlari ke puncak gunung, dan TUHANlah yang menyelamatkannya.” Tidak berapa detik dari itu, terjadilah banjir besar, menenggelamkan mereka, dan air itu semakin membahana mengisi lembah Gunung Toba. Jalan Sungai Toba di Siguragura juga tertutup. Air itu semakin meninggi, hingga hendak mencapai tempat si Samo menyelamatkan diri. Si Samo berdoa kepada TUHAN agar TUHAN meninggikan tanah tempatnya berpijak. Doanya dikabulkan oleh TUHAN. Tanah tempat Samo berdiri menjadi sangat tinggi dari permukaan air yang menjadi danau itu. Onggokan tanah yang sangat luas itu dan yang dikelilingi oleh air yang membahana itu, diberi oleh keturunan si Raja Batak atau oleh penduduk di Sigulatti nama: Pulau SAMOSIR (Pebukitan yang menyelamatkan si Samo), dan kumpulan air itu disebut Tao Toba. Konon roh Samo menjadi penghuni Pulau Anak Gunung Toba tersebut. Pulau Samosir menjadi milik bersama (hatopan = parsamoan) seluruh orang Batak, dan mereka harus hidup dalam damai di sana. Kalau ada yang selalu recok memperebutkan tanah, dan tidak bisa dengan penuh damai untuk menggunakan tanah itu di kalangan sesama Batak, maka roh Samo selalu siar. Peristiwa-peristiwa surupnya roh si Samo, selalu disebut peristiwa: si Samo siar! ………> perubahan kata-lafal menjadi Samosir
3. Roh Panghailhail dan isterinya dipercayai menjadi roh Penghuni Danau (Tao) Toba. Secara fisik mereka menjadi ihan Batak besar di Danau Toba, yang jarang memperlihatkan dirinya. Tetapi dipercayai, bahwa penghuni Danau ini menginginkan agar tidak ada orang yang membuat danau itu kotor, dan mengucapkan kata-kata kotor selagi berada di Danau (dalam kapal atau sedang berenang atau mandi). Manusia harus mengucapkan “Santabi!” (= Permisi!) dalam menggunakan air Danau Toba. Penghuni Danau ini membenci orang yang buang hajat begitu saja ke danau, tanpa peduli kebersihan; atau yang buang sampah begitu saja ke danau tanpa memperhatikan perusakan danau. Roh penghuni danau ini berdoa kepada Mulajadi, agar menghukum siapapun yang merusak Danau Toba. Kapan hukuman itu akan terjadi? Bisa saja hukuman itu terjadi berupa bencana alam yang tak terperikan oleh manusia. Kalau tidak, bisa juga terjadi malapetaka yang tiba-tiba terhadap yang mengotori Danau Toba atau berperilaku kotor.
Dongeng ini dibangun oleh orang Batak, sebagai peringatan kepada siapapun, agar setia kepada padan (sumpah) yang telah diucapkan, dan takut kepada TUHAN yang menciptakan Danau Toba dan Pulau Samosir melalui letusan-letusan gunung TOBA, dan terjadinya Danau TOBA dan Pulau Samosir, di mana manusia terpanggil untuk merawat dan memeliharanya, agar airnya tetap jernih, hutannya tetap lebat, dan menjadi taman sorgawi bagi manusia dan hewan.
Pendidikan masyarakat tentang :
TANGGUNGJAWAB/KEWAJIBAN PENDUDUK TOBA MENGURUS, MEMELIHARA GEOPARK/GEOSITE/GEOPOINT
1. DARI SUDUT PANDANG ADAT DAN PERADABAN BATAK
Beberapa filosofi Batak yang mendorong orang Batak untuk memelihara alam, dan Taman Alam (Geopark) atau Geosite (Situs Taman Alam); Taman Indah Bumi (Geopoint) di Kaldera Danau Toba atau Geo Area Samosir.
Ø Sai tubu ma anak sisuan hau (Kiranya lahir di tengah-tengah kita putera yang menanam pohon).
Sudah dari zaman si Raja Batak, orang Batak sudah mengetahui betapa pentingnya pohon-pohonan, enau, rotan, untuk pembangunan rumah mereka. Mereka tahu, pohon (tanaman) yang ditanam “sekarang” barulah dapat digunakan setelah tigapuluh tahun berikutnya. Makanya keluarga-keluarga Batak mewajibkan putera-puteranya untuk menanam pohon dan tanaman yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah dan untuk peralatan-peralatan hidup.
Ø Tarulang do ngolu ni jolma na pasombu tanona tarulang
Bagi orang Batak adalah dosa kalau membiarkan tanah miliknya tidak diolah dan tidak produktif. Maka kalau pemilik tanah tidak sempat mengolah tanah miliknya, dia akan meminta familinya untuk mengolah tanah tersebut, agar menjadi sumber nafkah. Orang Batak akan dibayangi oleh kehidupan yang gersang, apabila tanah-tanah yang dimilikinya tidak diolah dan tidak dibuat produktif. Orang Batak harus berhikmat, agar tanah-tanah miliknya dapat diolah dan memberi hasil, untuknya dan untuk orang lain.
Ø Ula Tanom Unang Dibuat Deba (di zaman Belanda dikatakan: Ula Tanom Unang Dibuat Ulando)
Di tanah Batak, kalau tanah itu dibiarkan kosong bertahun-tahun, tanah itu dianggap tidak punya tuan. Maka orang asing akan datang mengambil tanah itu menjadi miliknya. Bagi orang Batak, bahwa sebidang tanah dikatakan sebagai milik seseorang, kalau di atas tanah itu ada tanda-tanda bahwa pemiliknya pernah mengerjakannya. Paling sedikit tanah itu harus ditanami dengan pohon-pohonan dan tanaman-tanaman keras berumur panjang dan berguna bagi kehidupan. Pohon berumur panjang seperti Pokki, sering ditanam di perbatasan tanah, disaksikan oleh tua-tua, bahwa tanah itu adalah milik penanam pokki tersebut.
Ø Khusus untuk orang Batak di Samosir: Semangat Nyanyian Nahum Situmorang terus dibuat menjadi kenyataan hidup:
“Pulau Samosir do, haroroanku Samosir, Ido asalhu sai tong ingotonhu saleleng ngolukku, Hupuji ho. Disi do pusokki, pardekkeanku haumaki, gok disi hansang nang eme nang bawang, rarak do pinahan di dolok i. ….dst ”
Penduduk Samosir harus mengurus situs-situs geopark di Samosir demi pencapaian cita-cita mereka itu “serba surplus”.
2. DARI SUDUT AJARAN KITAB SUCI
Dari Kitab Suci umat Kristen (Alkitab) banyak sekali Firman TUHAN yang menyuruh umat manusia mengusahai sambil merawat dan memelihara ciptaan TUHAN yang ada di negeri tempat tinggal mereka.
Ø Usahakan dan Peliharalah
Alkitab dengan tegas mengatakan, bahwa TUHAN menciptakan manusia (Adam dan Hawa) agar ada mengusahakan dan memelihara taman yang diciptakan oleh TUHAN, tempat mereka berada (bd.Kej.2:15). Dalam pemahaman ini Adam dan Hawa melakukan perintah TUHAN yang mengatakan: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej.1:28). Anak-cucu manusia adalah untuk melanjutkan pelaksanaan tugas kakeknya: Mengusahakan dan memelihara taman yang diserahkan TUHAN bagi mereka. Memenuhi bumi juga dalam rangka melanjutkan pelaksanaan tugas kakek moyang manusia. Menaklukkan bumi, berkuasa atas segala macam hewan, juga dalam rangka melanjutkan pelaksanaan tugas kakek moyang manusia: mengusahakan dan memelihara taman yang diberikan TUHAN untuk ditempati. Mengurus, merawat, mengusahai dan memelihara Taman Indah Bumi juga dalam rangka memenuhi tugas ini.
Ø Usahakan kesejahteraan penduduk daerah di mana kamu berada
Yeremia mengajak umat Israel di pembuangan Babel: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer.29:7). Israel diajak mensejahterakan penduduk negeri yang bukan sebangsa dengan mereka. Mendahulukan kesejahteraan bangsa yang menjajah mereka akan membuat mereka juga sejahtera. Orang Batak disuruh untuk mensejahterakan diri mereka sendiri di daerah mereka sendiri, dan kesejahteraan orang Batak akan menjadi kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.
Mengurus daerah Toba secara terpadu menjadi cara terbaik untuk mensejahterakan orang Batak yang ada di mantan Keresidenan Tapanuli (7 kabupaten sekitar danau Toba yang sekarang):
(1) Mengurus dan memelihara situs-situs kawah (Kaldera) Gunung Toba,
(2) memelihara dan melebatkan kembali hutan-hutan tangkapan air Danau Toba,
(3) mengamankan sampah-sampah sebaik mungkin dan tidak membiarkan sampah mengotori lingkungan dan Danau Toba,
(4) meningkatkan produksi-produksi yang dapat dihasilkan penduduk tujuh Kabupaten sekitar Danau Toba,
(5) memperbaiki mentalitas dan keramahtamahan rakyat tujuh kabupaten sekitar Danau Toba, akan mendatangkan berkat yang luar biasa bagi penduduk di sekitar Danau Toba, bahkan kepada seluruh penduduk Republik Indonesia.
Lima langkah itu merupakan cara terpadu mengusahakan kesejahterakan penduduk daerah Batak (7 Kabupaten sekitar Danau Toba). Dengan demikian bangsa-bangsa di dunia akan menghantar uang yang akan menjadi kekayaan penduduk setempat dan kekayaan bagi NKRI (peningkatan devisa negara).
Ø Rancangan TUHAN adalah rancangan damai sejahtera, memberi masa depan yang penuh harapan
Yeremia melanjutkan kepastian keyakinannya, yang dia terima dari TUHAN, dengan menubuatkan: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer.29:11). Rancangan TUHAN sejak adanya Gunung Toba, meletusnya Gunung Toba beberapa kali, terciptanya Danau Toba, terjadinya Pulau Samosir, terjadinya hutan-hutan di pegunungan sekitar Danau Toba dan di Samosir, terciptanya situs-situs kaldera Danau Toba, terciptanya lahan-lahan yang dapat digunakan untuk pertanian, perusahaan-perusahaan, perhotelan/pariwisata, pendidikan dan lain-lain, semuanya untuk kesejahteraan seluruh penduduk Toba (7 Kabupaten sekitar Danau Toba) dan Indonesia. Semua itu disediakan TUHAN untuk masa depan yang penuh harapan bagi seluruh penduduk di 7 Kabupaten sekitar Danau Toba dan penduduk Indonesia. Sekarang tiba waktunya untuk merealisasikan masa depan yang penuh harapan itu, dan sekarang masanya meraih kesejahteraan (lahir batin) yang dirancang TUHAN tersebut di TOBA (Tanah Orang Batak Asli). Kiranya tidak seorang pun penduduk eks keresidenan Tapanuli yang ketinggalan.
Ø TOBA menjadi penampakan Taman sorgawi
Kepada Rasul Yohanes diungkapkan penglihatan tentang rancangan TUHAN membuat suatu taman yang sangat indah dan sangat berguna bagi seluruh umat manusia. Dari berita di Kitab Suci dapat dikatakan bahwa: di Taman Sorgawi itu ada sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, yang mengalir dari tempat tahta TUHAN, dan mensupplai air bagi umat manusia. Di dua sisi tanggul sungai itu (seberang menyeberang) ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah teratur setiap bulan hingga duabelas kali dalam setahun, dan terus menerus demikian. Buah-buah pohon – pohon itu menjadi makanan yang cukup bagi seluruh penduduk. Daun-daun pohon itu menjadi obat untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Di negeri itu, semua hamba TUHAN (bangsa-bangsa) dapat beribadah dengan baik (baca Wahyu 22:1-4).
Sebenarnya TUHAN menciptakan Daerah TOBA, Danau Toba, Pulau Samosir agar umat manusia dapat menikmati daerah yang lebih indah dan kehidupan yang melebihi kehidupan, yang digambarkan dalam taman sorgawi yang dirilis di atas. TUHAN telah memberi air Danau Toba yang sangat jernih seperti kristal. Sangat disayangkan, bahwa manusia sekarang membuatnya menjadi kotor. Itu terjadi karena kebodohan manusia, dan karena kemalasan manusia membersihkan kotoran yang dibuat manusia itu sendiri. Setiap manusia/perusahaan yang mengotori Danau Toba wajib harus membersihkan kotoran yang dibuatnya mengotori Danau Toba.
Tugas Pemerintah untuk memaksa pihak-pihak yang mengotori danau itu melakukan kewajibanmereka, membersihkan air Danau Toba. TUHAN telah menciptakan semua tanah yang mengitari Danau Toba (sedikitnya seratus kilometer dari semua pinggir Danau Toba) menjadi tempat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang menjadi “obat” bagi semua “penyakit” (= kebutuhan) umat manusia.
Pemerintah dan rakyat tingggal hanya mengatur dan melakukan agar segala yang ditanam di atas tanah itu tidak ada yang merusak alam dan semua mensejahterakan kehidupan umat manusia, dan semuanya memberikan kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat di daerah itu dan di seluruh Indonesia. Pemerintah yang baik harus memaksa orang dan pengusaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama itu. Sangat lucu, apabila pemerintah hanya bertaji untuk rakyat lemah; tetapi lumpuh mengatur perusahaan asing atau perusahaan miliknya berbuat baik, demi mendapat uang yang menjadi devisa yang besar bagi negara.
Orang Toba sangat yakin, bahwa orang atau pengusaha yang sangat peduli kesejahteraan rakyat atau kesejahteraan bersama, akan mendapat kekayaan dan berkat yang semakin berlipat-lipat; dan orang atau pengusaha yang pelit, dan untuk kesejahteraan bersama selalu berkelit, hidupnya akan semakin sulit. (“Bagot na marhalto, naniagatan di robean; horas ma hami namanjalo, lam tu gandana ma di hamu na mangalean”, demikian doa orang Batak melalui umpasanya).
Ø Hormatilah ayah dan ibumu…
Kitab Suci memberitahu perintah TUHAN agar setiap orang menghormati ayah dan ibunya. (Baca: Kel.20:12//Ul.5:16). Dalam menghormati ayah dan ibu, seharusnya tidak melupakan bahwa manusia diciptakan dari tanah. Ayah dan ibu manusia yang pertama sekali adalah tanah. Menghormati ayah dan ibu, tidak lepas dari mengurus tanah (termasuk tanah leluhur, tanah air, tanah pekuburan, tanah tempat tinggal dan tanah-tanah lainnya yang berkaitan dengan hidup manusia). Menghormati ayah dan ibu berarti melanjutkan keimanan ayah dan ibu tersebut dalam kehidupan keturunan-keturunannya.
Generasi berikut membuat kehidupan beriman mereka lebih atraktif dan lebih bermakna dibanding dengan kehidupan beriman yang dilakukan oleh ayah dan ibu mereka. Menghormati ayah dan ibu berarti juga melakukan dengan sebaik-baiknya amanah yang diberikan ayah dan ibu itu kepada putera-puterinya atau keturunan-keturunannya.
Menghormati ayah dan ibu berarti juga meningkatkan (panakkokkon) mutu kehidupan yang telah dirintis oleh ayah dan ibu, sehingga keturunan-keturunannya mengalami mutu kehidupan yang lebih baik dalam segala segi kehidupan (lebih baik, lebih berhikmat, lebih kaya, lebih terampil, lebih bahagia, lebih sejahtera dan kelebihan-kelebihan lainnya; tetapi tidak boleh lebih jahat, lebih jelek, lebih miskin). Menghormati ayah dan ibu berarti juga mengurus negara, provinsi, kabupaten, kota, desa, lingkungan, dusun, lorong, tempat tinggal lebih baik; mengurus alam dan lingkungan hidup lebih baik. Menghormati ayah dan ibu berarti juga berperilaku lebih baik dibanding perilaku ayah dan ibunya (lebih jujur, lebih rajin, lebih semangat, lebih ramah, lebih sayang, lebih mengasihi, lebih dalam perangai-perangai lainnya yang baik).
Orang Batak sangat menghormati ayah dan ibunya, termasuk kakek-nenek moyangnya. Demi menunjukkan hormat itu, orang Batak memberikan tempat yang sangat terhormat bagi ayah dan ibunya atau kakek-nenek moyangnya, dengan membangun “lagelage simin” dan “halangulu batu” (dalam berbagai cantik, mutu dan kemewahan: berupa tugu, monumen, tambak dari semen) sebagai tempat tulang-belulang ayah dan ibunya atau kakek-nenek moyangnya.
Dalam rangka menghormati ayah dan ibu itu, satu hal yang perlu diintensifkan di kalangan orang Batak adalah “melaksanakan pesan dari ayah dan ibu orang Batak dalam kehidupan sehari-hari mereka”. Tulang belulang ayah dan ibu dihormati, tetapi juga pesan ayah dan ibu juga harus dihormati. Agar pesan ayah dan ibu itu tidak dilupakan dan agar semua orang tahu dan kalau bisa ikut melakukan pesan itu, sangat baik apabila di setiap tugu, monument atau tambak semen setiap orangtua orang Batak dituliskan apa pesan dari orang yang dihormati dengan tugu, monumen dan tambak semen tersebut. Apabila pesan itu merupakan kutipan dari Firman TUHAN di Kitab Suci, itu sangat baik. Semua keturunan mengamalkan pesan – pesan indah tersebut. Dengan demikian, Batak semakin cepat maju, makmur dan hidup penuh kedamaian dan kesejahteraan lahir dan batin.
3. DARI SUDUT PEMBANGUNAN INDONESIA TERPADU
Tujuan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berpemerintahan Negara Indonesia adalah untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. NKRI terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Rumusan dalam Pembukaan UUD 1945 ini membuat semua warga negara Indonesia yang cinta NKRI semakin kagum kepada founding father NKRI. Bangsa Indonesia akan sangat sejahtera apabila bangsa Indonesia benar-benar dapat melaksanakan kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama dalam rangka merealisasikan cita-cita bangsa Indonesia ini. Mengusahakan kemajuan pariwisata, pelestarian lingkungan, pembangunan industri, pemeliharaan situs-situs kaldera Toba, pemeliharaan Danau Toba, penghutanan kembali gunung-gunung tangkapan air Danau Toba, adalah bagian dari usaha bangsa Indonesia “mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Untuk itu seluruh orang Toba, bersama dengan seluruh bangsa Indonesia, harus menunjukkan kedaulatannya dalam rangka melakukan semua usaha pewujudan keadilan sosial tersebut. NKRI mengharapkan semua penduduk Toba benar-benar berdaulat dalam segala gerak pembangunan dan perbaikan kehidupan dan lingkungan di Toba khususnya dan di Indonesia umumnya. Mari tunjukkan Batak itu sanggup berdaulat dalam bidang permodalan, dalam demokrasi, dalam berusaha, membangun industri, melestarikan lingkungan, memelihara danau Toba, mengurus situs-situs kaldera Toba, membangun peradaban Batak yang bermutu tinggi, dalam membangun kerukunan, dan lain-lain. Ini waktunya, Batak dapat menunjukkan kedaulatannya dalam lingkup NKRI, yang ber-Pancasila, berbhinneka tunggal ika dan ber-UUD1945.
Pendidikan bagi Penduduk/Masyarakat Toba-Samosir
MEMAJUKAN PARIWISATA
Pengurusan dan pemeliharaan situs-situs kaldera Toba (khususnya di Samosir) merupakan bagian dari pembangunan pariwisata di Toba (Samosir) yang diharapkan dapat menambah pendapatan (income) penduduk Toba/Samosir secara langsung dan pendapatan (devisa) negara. Pariwisata sangat berkaitan erat dengan usaha membuat manusia setempat dan juga tamu-tamu yang berkunjung ke daerah itu senang dan bersukacita. Senang karena uang berkecukupan (uang dihasilkan dengan jalan dan cara yang baik), dan imbalan uang yang dibelanjakan berkecukupan (memuaskan). Bersukacita karena ada suasana, perasaan-perasaan penduduk setempat dan pendatang yang menyenangkan. Hal-hal seperti itu harus diusahakan dalam rangka pembangunan pariwisata. Untuk itu masyarakat Toba/Samosir harus terdidik dalam segala hal yang berhubungan dengan pembangunan pariwisata. Beberapa hal yang perlu dimiliki masyarakat Toba/Samosir melalui pendidikan sehubungan dengan pariwisata, sebagai berikut: Mentalitas; Keterampilan dan Kecerdasan; Pencaharian; Produksi, Peradaban.
Perbaikan Mentalitas
Mental adalah watak. Mentalitas adalah “keadaan dan aktivitas jiwa (batin), cara berpikir dan berperasaan” (KBBI). Mentalitas bukan suatu yang dibawa lahir, melainkan hasil bentukan melalui pendidikan yang dialami seseorang dalam pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pergaulan.
Presiden Joko Widodo dengan Nawa Cita-nya menyeru kepada seluruh bangsa Indonesia agar melakukan revolusi mental, yakni perubahan mental kepada mentalitas yang lebih baik, yakni mentalitas yang sesuai dengan pembangunan masyarakat sejahtera, modern, maju, dan beradab. Mental baja itu sangat perlu, tetapi bajanya harus berguna untuk memberhasilkan pembangunan yang lebih berat-berat. Sebesar dan seberat apapun masalah yang dihadapi bangsa, tidak ada bangsa Indonesia yang mentalnya menjadi loyo, tetapi akan terus kuat mengatasi semua tantangan dan sampai berhasil. Mental orang Batak selalu didambakan melalui ungkapan yang mengatakan: “Pir pokki, bahul-bahul pansalongan. Pir ma tondinta, jala sai lujuluju ma akka panamotan.” Tanpa tekad dan mental yang membaja, tak mungkin orang Batak meraih kesejahteraan yang dicita-citakannya. Kesejahteraan itu ialah meraih: apa yang disebut Batak dengan 5H: Hagabeon, Hamoraon, Hasangapon, Habisukon, Hasonangon. Mentalitas yang harus dimiliki orang Batak adalah kemampuan untuk memadukan IQ, EQ, SQ, AQ yang dimiliki, sehingga menjadi orang yang benar-benar tangguh, gesit, ramah, kompak, solutif, cermat, cekatan, saleh, rendah hati.
Perbaikan Keterampilan dan Kecerdasan
Pendidikan berhasil apabila para murid tidak hanya pintar, tetapi juga cerdas. Setiap orang Batak harus benar-benar pintar, bukan hanya teori-teorian, tetapi juga dalam mempraktekkan teori yang dipelajari. Orang Batak harus membuat dirinya terampil. Target yang harus dicapai, bahwa setiap orang Batak mampu mengatasi dan mengadai setiap kebutuhannya, dan kebutuhan orang lain. Setiap orang Batak harus cerdas dalam menggunakan ilmu dan keahlian/keterampilan yang dimilikinya. Semua keterampilan yang dimiliki orang Batak dimanfaatkan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan mereka dan kebutuhan orang lain; dan penterapannya harus dilakukan dengan cerdas.
Semua orang Batak harus topang-menopang agar keterampilan apapun yang dibutuhkan untuk kehidupan sejahtera itu dapat dimiliki oleh orang Batak. Benda-benda yang dibutuhkan, yang tidak bisa dikerjakan dengan tangan, Batak harus mendirikan pabrik-pabrik untuk pengadaan benda-benda itu. Orang Batak harus rajin membuat benda-benda yang dibutuhkannya, yang masih bisa dikerjakan dengan tangan. Orang Batak tidak perlu membiasakan diri menggunakan benda buatan orang lain, kalau Batak sendiri masih dapat membuatnya. Kecerdasan menggunakan benda buatan sendiri harus terus digalakkan.
Perbaikan Mata-Pencaharian
Kemampuan orang Batak memperbaiki matapencahariannya ternyata sudah sangat rendah. Karena selama Indonesia merdeka, hampir tidak ada kemajuan dan peningkatan dalam matapencaharian yang digeluti orang Batak di Toba/Tapanuli/Samosir , bahkan dapat dikatakan justru semakin merosot. Beberapa contoh matapencaharian itu misalnya: berjualan, berkedai nasi dan minuman, beternak, bersawah, berkebun, menangkap ikan, memungut hasil hutan, berkerajinan tangan.
Cara berjualan orang Batak yang membuat kurang simpatik masih terus bertahan sampai sekarang. “Keramah-tamahan” sangat kurang. Tempat-tempat jualan yang digunakan orang Batak masih terus seperti dulu: asal ada. Maka matapencaharian “berjualan” yang dilakukan orang Batak kurang memberi keuntungan. Berkedai nasi dan minuman yang dilakukan orang Batak kebanyakan semakin merosot. Kedai masih kelihatan jorok. Nasi dan lauk yang dijual juga tidak meningkat enaknya. Minuman (misalnya tuak) menjadi sumber penyakit, karena tuak yang dijual tidak ada yang asli. Kopi yang dijual pun masih belum lebih enak dari kopi yang dijual di kedai non-Batak.
Barang-barang atau benda-benda maupun makanan-makanan yang diproduksi orang Batak, tampaknya juga semakin merosot dan tidak ada peningkatan mutu dan pengembangan. Misalnya: tipatipa, lampet, ombusombus, masih tetap begitu-begitu saja. Sekarang orang tidak lagi mencarinya. Masakan naniura, napinadar, nanitombur, nanipanggang, naniarsik, nasi, bagot ni horbo, natinutung, juga rasanya semakin merosot, dan ternyata tetap sebagai makanan lokal saja, dan tidak go nasionalatau go internasional. Justru orang asing yang membuat jenis makanan ini lebih enak, seperti terjadi di Medan dan Jakarta.
Masih sangat mengejutkan, bahwa orang Batak tidak memproduksi barang atau benda-benda yang dapat mereka gunakan meraih uang yang semakin banyak. Kerajinan sortali yang ada justru tidak membuat lebih semarak penggunaannya. Imitasi atau benang yang dibuat itu tidak mirip dengan yang aslinya yang penuh makna. Kalau dulu sortali dari emas murni, sekarang bisa dibuat dari kuningan, atau dari baja tipis yang dicat kuning-emas, tetapi bentuk-bentuk hiasan sortali itu harus seperti aslinya, yang penuh makna. (Harus ada orang yang mampu menerangkan makna sortali).
Kerajinan ulosjustru bukan orang Batak yang mengerjakan. Perlu dilatih gadis-gadis dan putera-putera Batak menenun ulos yang setiapnya punya makna. Kerajinan ulos itu dapat dialihkan juga memproduksi ulos mini dengan penjelasan maknanya sebagai souvenir.
Kerajinan “peralatan masak yang terbuat dari tanah” sudah hilang lenyap. Ini perlu dihidupkan kembali, dan ditingkatkan membuat peralatan-peralatan keramik.
Kerajinan pembuatan amak/tikar juga sudah lenyap. Kerajinan ini dapat ditingkatkan dengan memproduksi “tikar sholat dari pandan”, lengkap dengan gambar-gambarnya.
Kerajinan “penempa besi” sudah hampir punah karena tidak ada peningkatan model dan mutu. Para penempa diarahkan dan dididik untuk menempa “piso halasan”, “hujur siringis”, “podang partahanan”.
Para pengrajin pembuat “parhalaan” harus diarahkan agar dibuat “parhalaan yang benar, tidak asal-asalan; dan mereka juga membuat ruas-ruas “bulu suraton” itu menjadi kitab bacaan, yang bisa berisi ayat-ayat suci. Banyak lagi yang dapat dikatakan.
Semuanya ini kalau ditingkatkan mutu dan diperluas juga merupakan penunjang majunya pariwisata. Apabila makanan itu sangat mengesankan enaknya, para touris akan mendapat kesan yang tidak terlupakan, dan akan datang berulang-ulang. Kalau benda-benda yang diproduksi itu dapat menjadi souvenir, maka mereka akan membelinya tanpa merasa rugi walaupun mahal.
Membuat Batak berperadaban lebih tinggi lagi dan menghormati peradaban bangsa lain
Sebenarnya peradaban yang asli dari orang Batak sungguh sangat mulia dan sangat tinggi. Sebagai Raja dan sebagai Soripada, mereka wajib sangat saling menghormati. Batak memiliki perdaban yang dibangun atas apa yang disebut Dalihan Natolu (Manat mardongan tubu, elek marboru, somba marhulahula). Tetapi sering lupa prinsip “paopat sihalsihal”.
Dalihan Natolu tanpa Paopat sihal-sihal, membuat Batak menjadi orang-orang yang eksklusif, dan kurang bersikap baik kepada orang di luar tiga kerabat itu. Demi tumbuhnya sikap baik kepada para pendatang dan para tamu (yang diundang dan terutama yang tidak diundang), Batak harus memperkuat peradabannya dengan prinsip Dalihan Natolu Paopat Sihalsihal. Tetapi itu pun harus ditingkatkan lagi dengan peradaban : Lima Pinardalihan (Manat mardongan tubu, elek marboru, somba marhulahula, denggan mardongan sahuta/tu halak naro, jala biar mar-TUHAN). Makanya Pancasila juga adalah peradaban orang Batak. Dengan adanya lima batu sebagai tungku, sebesar apapun kuali masak di atasnya, kuali itu tidak akan pernah oleng dan semua yang dibutuhkan sebagai tungku serba cukup.
Lima pilar kehidupan orang Batak sungguh cukup membuat hidupnya berperadaban yang lebih tinggi dari peradaban kakek-moyangnya. Lima pilar itu adalah: (1) Na ikkon, na unang; (2) Hasadaon; (3) Parriaon; (4) Dame-Hasonangan; (5) Hasatiaon. Pancasila dan lima pilar hidup orang Batak, bila dihayati dan diamalkan, akan sendirinya orang Batak sangat menghormati peradaban bangsa lain, dalam memajukan pariwisata di Tanah Batak.
Batak itu Unggul dalam hal Bertamu (Partamueon)
Orang Batak paham bahwa orang terbaik di kalangan mereka adalah orang: “Parlage so ra balunon, Parsakkalan so ra mahiang, Parpustaha di tolonan; Sitambori natarida urat; Sitonui naung mahiang arilogoon; Sisihorsihori namasuak.” Parlage/paramak so balunon: Tikar duduk tamunya tak kunjung digulung; Parsakkalan so ra mahiang: Talenan/ Pencincangan lauknya tak sempat kering; Parpustaha di tolonan, Orang yang pustakanya ada di lengannya(?) adalah orang yang tidak pernah putus keterangan yang akan diberikannya kepada tamunya hingga tamunya merasa puas. Sitambori natarida urat: Yang menutupkan tanah ke akar yang tampak; Sitonui naung mahiang arilogoon: yang membasahi tanaman yang kekeringan; Sisihorsihori namasuak: Yang menyambungkan dahan yang patah). Keluarga yang tikarnya tidak sempat-sempat digulung, berarti keluarga itu selalu menerima tamu silih berganti, dari pagi hingga malam. Keluarga yang talenannya tak pernah kering, berarti keluarga itu selalu menggunakan sakkalannya tempat memotongi daging yang akan dimasak untuk kebutuhan tamunya sepanjang hari. Orang yang pustakanya ada di lengannya adalah orang yang tidak pernah putus keterangan yang akan diberikannya kepada tamunya hingga tamunya merasa puas. Orang yang selalu bersedia menutupkan tanah ke akar tanaman yang tampak di permukaan tanah, adalah orang yang selalu siap membantu akan pertumbuhan orang lain itu sempurna. Orang yang sedia menyiram tanaman yang layu karena tak ada air, adalah orang yang selalu bersedia memberi jalan hidup bagi orang lain. Orang yang menyambungkan dahan yang patah dengan mengikatkan kayu lurus sebagai pegangan ikatannya, adalah orang yang selalu siap membantu orang lain tidak kehilangan bagian dari hidupnya. Cita-cita orang Batak menjadi orang terbaik seperti ini, mendorong orang Batak menjadi pramuwisata yang paling baik. Mereka akan memperlakukan tamu-tamu (para tourist) sebagai tamu agung, dengan penuh hormat, penuh keramahan, ketulusan hati, dan kejujuran; selalu siap membantu, dan membuat para tourist itu memperoleh kesenangan yang tak terduga mereka sebelumnya. Dengan sikap orang Batak tersebut, para tourist akan merasa at home di setiap home stay, yang disediakan oleh orang Batak. Hospitalitas orang Batak yang sangat menyenangkan sudah terkenal ke manca negara. Sekarang tinggal mempertahankan dan meningkatkannya lagi. Memang ada satu atau dua orang penjual pisang dan mangga di Parapat yang selalu keranjingan menipu orang yang membeli kepadanya, dan oleh karena perilakunya orang Batak sempat mendapat nilai jelek di kalangan para tourist. Itu harus diimbangi dengan menunjukkan citra Batak yang sebenarnya.
MENDORONG BATAK UNTUK MEMPERBAIKI EKO-WISATA DAN
AGRO-WISATA DI DAERAHNYA
Perhatian orang Batak masih jauh dari memikirkan apalagi membuat lingkungan atau daerahnya dan pertaniannya menjadi penunjang untuk pariwisata. Mereka masih menganggap bahwa pariwisata itu tidak urusan mereka, dan bukan bagian dari kehidupan mereka.
Dengan ditetapkannya TOBA /Tapanuli menjadi destinasi wisata, Batak harus dihardik agar mereka pariwisata ninded. Kebanyakan penduduk kampung –kampung tidak tahu, apa yang harus mereka perbuat, agar pariwisata itu memberi keuntungan bagi mereka. Mereka pikir, pariwisata hanyalah urusan pembangunan hotel, kapal pesiar, dan mereka menganggap bahwa hal-hal itu hanya urusan para orang kaya, para pemilik modal. Pemikiran-pemikiran seperti itu harus dihapus dari benak orang Batak. Mereka harus diwajibkan membuat perkampungan mereka menjadi eko-wisata, dan persawahan mereka menjadi agro-wisata, sehingga perkampungan mereka dikunjungi para touris yang membawa uang bagi mereka.
Kampung yang eko-wisata: bersih, sampah tidak berserakan dan benar-benar diamankan dengan baik. Halaman rumah ditata dengan bunga yang indah, dan bersih. Hewan yang berkeliaran tidak dibiarkan mengotori pekarangan rumah/kampung. Jalan ke kampung itu dibangun dengan baik, tidak berlumpur, tapi berhotmix. Rumah harus bersih, dicat dengan cantik. Peralatan-peralatan rumah harus bersih. Dapur terutama harus bersih dan meyakinkan bahwa di sana tidak ada makanan yang tidak menyehatkan. Semua bahan makanan harus sehat. Toilet harus sangat bersih dan harum (kalau tidak ada pengharum dari toko, cukup dengan jeruk purut yang dibelah ditaruh di kamar mandi). Rumah harus diatur sedemikian, sehingga tamu merasa at home duduk atau tinggal di rumah itu. Keramah-tamahan pemilik rumah dan seluruh penghuni kampung harus “kelas tinggi”.
Kampung itu bisa menawarkan tiga hal kepada touris: (1) makanan atau minuman yang khas bagi tourist. (2) Penataan hutan kampung yang indah, menyejukkan dan memberi buah-buahan yang sangat disukai tourist. (4) Atraksi penghuni kampung, yang dapat ditonton para tamu/tourist yang sangat mengesankan. Untuk itu perlu dibangun bersama semacam panggung yang memadai untuk atraksi-atraksi yang akan dipertontonkan. Dan atraksi diisi dengan permainan musik yang hanya di kampung itu dapat ditemukan dan dinikmati. Juga dapat dikategorikan sebagai atraksi, apabila di satu kampung ada misalnya kegiatan “mangitom bonang” untuk pembuatan ulos; pembuatan taganing; pembuatan garantung; pembuatan hasapi, pembuatan sarune, pembuatan peralatan rumah dari tanah (hudon, balanga, sakkop, galas panginuman; parbasuan semua dari tanah); pembuatan solu, pembuatan kapal, pembatik Batak, atau hal-hal lain. Satu kampung sedikitnya satu produksi.
Di Toba dan di Samosir, para petani diharuskan membuat pertanian mereka menjadi agro-wisata, yang oleh pengunjung akan dihargai dengan memberikan uang (diatur melalui pandu wisata/travel). Misalnya, kalau petani menanami kebunnya dengan kopi, dia dibantu dan dibimbing membuat kebunnya kebun agro-wisata yang dapat dikampanyekan oleh travel sebagai objek yang perlu dilihat, sambil menikmati kopi yang terenak di dunia. Pemilik kebun kopi harus mengusahakan adanya keunikan kebun kopinya yang perlu dilihat oleh wisatawan. Mungkin bisa kebun kopinya dibuat semacam kebun kopi labyrinth. Petani sawah yang tanahnya “taga hambing” (terrasse) dibantu membuat sawahnya menjadi sawah yang dirindukan wisatawan untuk berfoto, bahkan membuat filem. Sekali berfoto di sana tentu saja pasti dibayar. Kalau ternyata petani membuat tananam (padi) yang dia tanam di sawahnya berbuah lebat luar biasa (satu tangkai duaratus bulir), hal itu akan mengundang wisatawan dari seluruh dunia untuk melihatnya. Kalau petani menanam semangka dan dapat membuat buah semangka secara alami punya berat hingga tigapuluh kilogram. Itupun akan mengundang wisatawan. Penduduk yang berhasil membuat eko-wisata dan agro-wisata akan lebih sukses mendatangkan wisatawan ke Toba/Samosir dibanding dengan usaha pariwisata lainnya.
Dalam rangka memajukan eko-wisata, pemerintah mewajibkan setiap penduduk Kabupaten harus menanam pohon di belakang rumahnya, bukan di depan rumahnya. Pohon-pohon yang ditanam di belakang rumah akan memberikan kesejukan kepada penghuni rumah dan lingkungannya dan tidak menjadi korban apabila ada perluasan jalan.
Pemerintah harus mampu mewajibkan pengusaha hutan tanaman industri untuk mereboisasi kawasan hutan yang sudah habis ditebanginya dengan pohon yang cocok dengan lingkungan TOBA/SAMOSIR, demi pembangunan eko-wisata. Pemerintah Kabupaten harus tegas menghentikan setiap penebangan pohon di hutan Samosir/Toba. Pemerintah melarang penggunaan kayu sebagai bahan bakar dan menggantinya dengan penggunaan bahan bakar minyak atau gas.
Agar ada kayu-kayu yang akan diolah para pengusaha bahan bangunan dari kayu, pemerintah menyediakannya dengan mendatangkan kayu dari luar Toba/Samosir.
Pemerintah Kabupaten harus mampu memerintahkan setiap perusahaan Keramba Jaring Apung membersihkan dasar danau dari semua kotoran dan sisa makanan ikan yang di bawah KJA-nya. Penyedotan itu dapat dilakukan dengan mewajibkan setiap pengusaha itu menyediakan kapal bertangki penyedot endapan kotoran dan sisa makanan, seperti mobil penyedot kotoran dari wc dan toilet di kota-kota. Yang disedot dari dasar danau itu, dibuang ke lembah tertentu, yang sekaligus sebagai tempat pengolahan kotoran tersebut menjadi pupuk organik. Pengusaha KJA tidak boleh hanya mengambil keuntungan dari air Danau Toba. Mereka harus bertanggungjawab untuk amdal dan kebersihan air Danau Toba.
BEBERAPA ATRAKSI YANG DAPAT DIKEMBANGKAN DI KAMPUNG-KAMPUNG UNTUK DILIHAT PARA WISMAN
Banyak atraksi yang dapat dikembangkan orang Batak dengan menghidupkan kembali keterampilan kakek moyang mereka. Misalnya:
Moncak(mossak):
Ada berbagai mossak (silat), seperti: mossak babiat, mossak ni begu manoro, dan lain-lain.
Tari (Tortor) Batak
Ada lebih duapuluh gaya manortor bagi orang Batak. Dari tortor ritual, hingga tortor samba, tortor bebas.
Permainan Batak
Ada puluhan permainan rakyat yang dikenal oleh orang Batak: marsitekka, marsiada, martaligoyang, marjalekkat, marjakkop, marpis, marbola unte, marhonong, marpatuk lele, margala, marguli, markwaci, maralep, marpince, mangkatapel, marultop. Semua permainan ini bisa dibuat go pariwisata, untuk menghibur para wisatawan.
Musik Batak
Batak terkenal sebagai bangsa penyanyi dan pemain musik. Sekarang musik Batak sudah ada yang dikolaborasi gabungan tradisional dan yang modern. Namun demikian musik tradisional dengan alat musik tradisonal masih perlu dihidupkan kembali. Untuk itu harus ada pusat pendidikan dan pelatihan memainkan musik Batak, yang ditunjang dengan usaha membuat alat-alat musik Batak.
Kuliner Batak
Banyak orang menyangka masakan Batak itu tidak halal. Walaupun demikian, Batak harus terus giat mengembangkan usaha kuliner di seluruh Indonesia. Untuk menggiatkan pengembangan kuliner Batak, perlu diadakan perlombaan-perlombaan kuliner di kampung-kampung dan di kota-kota. Dalam pendidikan dan pelatihan itu, peserta juga dididik tentang keahlian entertainment dalam berusaha.
Lomba solu bolon, lomba solu marsada-sada, lomba kanu, lomba Formula 1 balapan air
Permainan-permainan ini, yang paling mengasikkan di danau Toba, adalah perlombaan-perlombaan solu/kanu/balap air, yang dapat dilakukan pemerintah kabupaten di danau Toba. Tidak perlu menunggu diadakannya Pesta Danau Toba, Pesta Rondang Bintang, baru perlombaan-perlombaan ini diadakan. Pihak swasta dapat diajak melakukan perlombaan-perlombaan itu.
Tour de’Samosir
TUHAN sudah menciptakan Pulau Samosir menjadi tempat bermain yang paling mengasikkan, yang lebih asik dari tour de‘Singkarak dan tour de‘France. Lomba balap sepeda ini dapat dimulai start di Pangururan, menuju Tomok, naik ke gunung, lintas jalan tengah Samosir yang lengkap dengan dakian dan kelokan-kelokannya menuju Danau Sidihoni, dan dari Sidihoni menyusur jalan yang masih di atas gunung menuju kota Nainggolan, lalu dari Nainggolan menyusur jalan tepi pantai, terus ke Pangururan, melewati jembatan Dalihan Natolu, naik ke Pusuk Buhit, lalu turun dan terus hingga finish di Tele. Infra struktur jalan untuk itu di atas gunung sudah ada, yakni mantan jalan pengambilan kayu oleh pengusaha TPL. Rute itu sudah sangat menantang bagi olahragawan pacu sepeda, walau pendek, tetapi sudah mengasikkan.
Lomba Lama Menyelam dan Lomba Berenang jarak pendek dan jarak jauh
Perlombaan ini pasti mengasikkan. Permainan ini juga sekaligus mempersiapkan putera-puteri Samosir menjadi juara menyelam dan juara berenang di tingkat propinsi, tingkat nasional dan tingkat internasional. Masih sangat mengherankan, bahwa tidak ada juara nasional berasal dari putera/puteri Samosir, walaupun mereka hidup dengan danau yang harus direnangi.
TEKAD PEMERINTAH TOBA/SAMOSIR MEMAJUKAN PARIWISATA SANGAT MENENTUKAN
Pembangunan Geopark (Taman Alam) Kaldera Toba, khususnya Geo Area Samosir dengan semua Geopoint (Taman Indah Bumi)nya dalam rangka memajukan industri pariwisata di Toba /Samosir, sangat ditentukan oleh kebulatan tekad pemerintah di tujuh Kabupaten sekitar Danau Toba. Tekad Pemerintah Kabupaten Samosir untuk mengkombinasi pembangunan setiap Geopoint di Samosir dan pembangunan pariwisata di Samosir sangat menentukan. Tanpa tekad itu semua pekerjaan itu tidak akan maju dan tidak berhasil. Pemerintah Kabupaten Samosir tidak perlu menunggu kabupaten-kabupaten lain dalam pelaksanaan tugas pembangunan ini.
Kemajuan pembangunan Geoarea Samosir yang dikombinasi dengan pembangunan pariwisata di Samosir akan menarik kabupaten-kabupaten lain memajukan hal seperti itu di kabupaten masing-masing.
Hal-hal yang sangat perlu dilakukan pemerintah dengan konsisten:
– Mengawasi agar pembangunan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan desa benar-benar sangat baik, demi memajukan pariwisata dan kemajuan perekonomian rakyat sekabupaten.
– Menata kota dan desa, dan mewajibkan semua lapisan masyarakat (penghuni kota dan penghuni setiap desa) menjalankan penataan yang dilakukan pemerintah. Penataan itu dalam rangka menopang pembangunan dan kemajuan industri pariwisata di Kabupaten, dan juga dalam rangka menunjukkan mentalitas masyarakat Batak yang ramah, bersih, tertib, bersahabat, sehat rohani dan jasmani.
– Meningkatkan usaha-usaha yang dapat meningkatkan pendapatan rakyat kabupaten.
– Mendatangkan investor ke kabupaten untuk membangun perusahaan-perusahaan yang tidak mematikan usaha-usaha rakyat.
– Menunjukkan sikap dan perilaku: “Pemeritah bersama Rakyat membangun kabupaten.”
PEMBORONG DAN PENGERJAAN PROYEK HARUS BEKERJA PATEN
DAN MENUNJUKKAN CITRA PEMERINTAH TIDAK KORUPSI
Berdasarkan pengamatan di lapangan selama puluhan tahun yang lalu, pekerjaan pemborongan dan pengerjaan proyek oleh orang Batak belum menghasilkan hasil kerja yang lebih baik dari apa yang dikerjakan oleh orang yang bukan Batak. Yang dikerjakan orang Batak selalu memberi kesan “asal ada” dan hanya ingin mengeruk keuntungan untuk diri pemborong saja.
Kalau borongan dan pekerjaan itu berasal dari pemerintah, masyarakat menuduh pemerintah bersekongkol dengan pemborong bekerjasama mengkorupsikan biaya pengerjaan proyek itu, untuk memperkaya diri masing-masing.
Masih kenyataan di lapangan, bahwa yang selesai dikerjakan (misalnya: pembangunan jalan, bendungan, gorong-gorong, paret saluran air, irigasi, bendungan, reboisasi, dll.) tidak beratahan kebaikannya hingga dua tahun. Setelah dua tahun yang dikerjakan itu sudah hancur lebih parah dari yang semula. Pengerjaan-pengerjaan seperti itu menunjukkan bahwa Batak sudah lupa pada prinsipnya yang mengatakan: “Nakkok si puti, tuat si Deak. Dia ma naummuli, ikkon ima tabahen jala tapareak.” Orang Batak harus selalu menghasilkan “yang terbaik”. “Sihikkit sinalenggan. Tabahen ma nadumenggan.” Pemerintah harus membersihkan diri dari kesan-kesan sedemikian, apalagi dari praktek korupsi berjemaah bersama para pemborong dan pengerja proyek. Pemerintah harus melakukan pendidikan kepada para pemborong, bagaimana bekerja menghasilkan karya terbaik, dan mengharumkan bangsa Batak. Ahok telah memberi contoh agar Bupati tegas menindak para pemborong dan pengerja proyek yang bekerja tak bermutu. Hubungan kekerabatan antara pemborong dan bupati harus demi karya yang terbaik, bukan dalam rangka kerjasama menipu rakyat dan bekerja asal-asalan. Semua kerabat Bupati harus turut menjaga agar Bupati tidak memalukan dalam bekerja sebagai bupati.
Penutup
Tulisan singkat ini masih jauh dari target yang diharapkan. Tulisan ini hanya merupakan garis-garis besar tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan demi memajukan pembangunan Geopark/ Geopoint di Area Samosir khususnya dan di Toba umumnya. Untuk memperkayanya, sangat dibutuhkan saran, kritikan dan bahan-bahan.
Samosir, tgl. 22 Pebruari 2017.
Pdt. Langsung Maruli Sitorus.
(Tenaga Ahli/Pemerhati Pembangunan Lingkungan Hidup).