CURAHAN HATI SEORANG PRAMUWISATA (1)
Seandainya Pariwisata Diistirahatkan Sejenak.
Banyak pihak yang mengharapkan kalau kegiatan Pariwisata di Indonesia diistirahatkan dulu untuk mencegah agar penyebaran Covid-19 tidak semakin membahayakan masyarakat Indonesia.
Sebagai seorang Pramuwisata (TOUR GUIDE) yang memang hidupku banyak berinteraksi dengan wisatawan dalam maupun luar negeri sebenarnya aku pun merasa was was juga dengan kondisi kesehatan orang yang kubawa, selain itu aku juga memikirkan kesehatan keluarga juga masyarakat di lingkunganku. Jadi kalau ditanya setuju atau tidak setuju, demi kepentingan dan keselamatan bersama ya aku monggo2 saja.
Aku sempat membayangkan dan berandai-andai, katakanlah seandainya ada salah seorang tamu yang kubawa ini terinfeksi Covid-19 dan kemudian menularkan wabah itu kepada salah seorang diantara kami yaitu, aku dan Driver, tak terbayangkan betapa ngeri akibatnya kepada keluarga kami di rumah, kepada orang yang kami jumpai, kepada tempat yang pernah kami singgahi.
Kepada orang yang pernah kami jumpai sudah pasti akan dikarantinakan, untuk bus yang kami tumpangi harus disterilkan dengan menyemprotkan disinfektan begitu juga dengan tempat yang pernah kami datangi dan kami singgahi pasti dikasih garis ‘Police Line’ untuk ‘Locked Down’ bisa bisa kami yang terinfeksi dianggap manusia *terkutuk* yang harus diusir dari lingkungan kami karena telah dianggap sebagai penyebab terjadinya sebuah bencana. Jadi membayangkan kengerian itu aku hanya pasrah apabila sektor pariwisata diistirahatkan sejenak sampai keadaan betul-betul pulih. Toh, kan bukan aku saja yang mengalami dampaknya tapi juga hampir semua masyarakat dunia ikut merasakannya.
HARUSLAH KITA MENINGGALKAN DUNIA GUIDING ??? 😷
🤗🤗
CURAHAN HATI PRAMUWISATA JILID 2
Maju mundurnya sektor pariwisata tidak terlepas dari peran Pramuwisata salah satunya, sebagai frontliner pada bidang Promosi pariwisata nasional dan daerah yang berhadapan langsung dengan berbagai karakter wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri, Pramuwisata dituntut situasi saat menjalankan tugasnya untuk tetap melayani mereka sebaik mungkin dalam segala hal.
Harapan diatas sering kudengar ketika mengikuti acara-acara di bidang pariwisata, yang disampaikan oleh pemerintah melalui instansi terkait, baik dalam sosialisasi program Sadar wisata atau pun yang berhubungan dengan topik Pariwisata di daerah. Salah satu yang tidak banyak diketahui masyarakat umum bahwa yang menjadi perhatian serius dari Pramuwisata adalah mempunyai jiwa besar ketika di lapangan yang siap membela negara, pemerintah dan nama baik mitra kerjanya.
Namun, ditengah kondisi pariwisata yang telah terpuruk akibat bencana non alam ini, Pramuwisata harus gigit jari sambil menatap masa depan pariwisata tanpa kepastian, kapan bencana ini akan berakhir. Ini bukanlah kejadian yang pertama kualami sejak jatuh hati kepada pekerjaanku, tetapi yang pasti bencana ini lebih kejam dibanding kejadian sebelumnya. Bayangkan saja “kerja mati, tidak kerja pun mati karena harus tetap dirumah saja” untuk mendukung Himbauan pemerintah.
Disaat kesendirianku pikiran tentang dimana “keadilan” itu pun datang melintas, mengapa dijuluki sebagai “ujung tombak pariwisata” tapi disisi lain seakan perhatian yang menyangkut kemanusiaan kepada Pramuwisata sama sekali tidak bergeming dari kaum Birokrat diatas. Apakah Pramuwisata itu hanya sebagai “sapi perah” di sektor pariwisata? Tapi justru sebaliknya, aku senang melihat teman-teman di Sulawesi Utara dengan wajah bersemangat menerima bantuan sosial yang diserahkan oleh Kadis Pariwisatanya langsung. Acara diatas kiranya dapat menjadi motivasi bagi Provinsi lain untuk menganggarkan dana bantuan sosial kepada Ujung Tombak Pariwisatanya yang telah sekuat tenaga mempromosikan pariwisata daerahnya.
Mengapa perlu Pramuwisata diperhatikan?
Sejak diterbitkannya Kep.Men.ParPosTel no. 82/PW.01/MPPT/1988 tentang Pramuwisata dan Pengatur Wisata, sejak saat itu pulalah status Pramuwisata di Indonesia berubah menjadi status “freelance”, tidak seperti sebelumnya, sebagian besar Pramuwisata merupakan staf karyawan di Biro Perjalanan Wisata, artinya Pramuwisata masuk kedalam kategori Pekerja harian tidak berpenghasilan sampai sekarang. Namun, mampu bertahan untuk menghidupi keluarga karena kondisi Pariwisata sebelum wabah ini muncul sangat bagus dan prospek kedepan.
Kondisi saat ini bukanlah direncanakan dan tidak seorang pun menginginkannya, apalagi Pramuwisata. Jika harus mengacu kepada UU no. 10 tahun 2009 pasal 29 huruf h dan pasal 30 huruf k, ada baiknya jika dihibahkan kepada pekerja Pariwisata didaerah masing-masing, khususnya kepada Pramuwisata karena Ujung Tombak Pariwisata ini tidak masuk kedalam kategori penerima Kartu Prakerja. Tapi, semua ini adalah kebijakan dari Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif yang berkordinasi dengan Gubernur masing-masing Provinsi, Bupati/Walikota.
Ketidakpastian kondisi covid-19 berakhir dan sektor Pariwisata, khususnya Provinsi Sumatera Utara saat ini, Bapak Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Gubernur dan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara dapat memberikan perhatian khusus kepada Pramuwisata guna meringankan beban keluarganya ditengah amukan covid-19 ini.
Gairah, Semangat untuk tetap memegang teguh julukan “UJUNG TOMBAK PARIWISATA” negeri ini tidak akan sia-sia di hati kami masing-masing, jika Kepedulian dan Perhatian dari Pemerintah bisa menyentuh tangan kami saat ini dan jika boleh jangan ditambah lagi julukan kepada kami sebagai “PAHLAWAN TANPA TANDA JASA” dibidang Pariwisata.
Ulasan ini bisa tertuang disini karena aku terinspirasi dari keluhan teman-teman yang telah berjuang mempromosikan Pariwisata Indonesia umumnya, khususnya daerah ini.
Salam Pariwisata
#stayathome
Kepada Yth :
Bp. Presiden Jokowi
Bp.Ganjar Pranowo
Dinas Dinas terkait
Nitip unek – unek
Apakah profesi yang saya sebutkan di bawah ini tidak terpikirkan :
– Driver & Kernet Bus Pariwisata
– Jasa Biro Perjalanan Wisata
– Karyawan Tempat Pariwisata
– Jasa Rental Mobil
– Driver + Kernet Rental Mobil
– Tour Leader
– Pelaku Pariwisata
– Dll
Apakah tidak terlihat dimata pemerintah, target pemerintah untuk bantuan terdampak covid 19 hanya meliputi :
Ojol > ojol masih bisa bekerja walaupun orderan berkurang
Buruh > buruh tani masih kesawah
Karyawan pabrik sebagian masih ada yang masuk kerja.
Coba liat profesi yang saya sebutkan diatas secara nyata pendapatan mereka karena terdampak covid 19 menjadi 0% bandingkan dengan ojol, buruh, karyawan pabrik2 mereka masih ada penghasilan walaupun turun tapi tidak separah profesi yang saya sebutkan diatas.
Bayangkan berapa banyak jadwal mereka ter cancel karena adanya covid 19
Usulan untuk PEMKOT/PEMDA masing – masing wilayah monggo dipikirkan nasib orang – orang tersebut karena didalamnya bukan cuma segelintir orang tetapi puluhan, ratusan bahkan ribuan pekerja yang penghasilannya jadi 0%. Dan mereka mereka juga punya keluarga/ anak istri yang perlu untuk dinafkahi…
Nb : OH IYA KAMI ( PELAKU PARIWISATA ) TERCATAT SEBAGAI DEVISA NEGARA TERBESAR NOMER 2
CC TEMBUSAN :
#disnakerpusat
#presidenrepublikindonesia
#Biroperjalananwisata
#Wonderfulindonesia
#Pesonaindonesia
#PresidenRI
#DinasPariwisata
#PelakuPariwisata
#Drivermudapunyacerita
#Travel
#TourLeader
#WisataIndonesia
#Indonesiaku
#Wisata Samosir
#Negeri Indah Kepingan Surga
#Wonderfull Indonesia
#PesonaPariwisata
MONGGO DI SHARE :
#covidkejam
#coviddatangeventhilang
#pekerjaeventngandang
#CORONAharusenyah
#dirumahsaja
#Indonesiasehat
Reading your article helped me a lot and I agree with you. But I still have some doubts, can you clarify for me? I’ll keep an eye out for your answers.
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.