_Secangkir kopi di manogot bersama Dakka Hutagalung_
*SAVE PENGARANG/PENCIPTA LAGU BATAK IDEALIS*
Banyak karangan Dakka Hutagalung yang melegenda di antaranya: Didia Rongkap Hi, Anakkonku, Inang, dan ratusan karya Dakka Hutagalung setiap hari dinyanyikan di pesta, kafe, dan acara-acara penting lainnya.
Tapi, sama seperti banyak kehidupan pencipta lagu lainnya, kehidupan kesehariannya tak sebanding dengan nama besarnya.
Sekitar 40 lagu dari sekitar 400-an lagu ciptaannya yang pernah hits, tetapi tidak juga membawa dampak pada pundi-pundi Dakka.
Padahal, di blantika musik nasional, lagu-lagunya, dilantunkan oleh Joy Tobing, Jelita Tobing, Amigos, Dipo Pardede, Maria Calista Pasaribu, Silaen Sisters, Trio Lamtama, dan sejumlah pelantun lagu Batak lainnya.
Beberapa karyanya juga telah diaransir ulang oleh musisi Viky Sianipar dan bahkan musisi nasional.
Di antara lagu yang dilantunkan dalam Pagelaran 40 Tahun Dakka Hutagalung Berkarya, beberapa tahun lalu, di antaranya, Sonata Yang Indah pernah dipopulerkan Emilia Contessa, Syair dan Melodi, Didia Rongkap Hi, Anakkonku, Inang, Gareja Bolon, O Tuhan.
Itu sebagian lagu-lagu ciptaan Dakka.
“Apakah arti sebuah nama?” demikian William Shakespeare pujangga terkenal dari Eropa itu pernah berkata.
Iya, apalah arti sebuah nama. Tetapi, nama dalam dunia pesohor amat penting, dan sudah menjadi pembawa berkah tersendiri bagi penyandang nama.
Hampir semua pesohor, aktris, nama populer mereka punya sejarah sendiri-sendiri.
Contoh saja, Iwan Fals nama aslinya Virgiawan Listianto. Oleh ibunya memanggilnya Iwan, sementara Fals karena merasa suaranya fals, yang kemudian digabung menjadi Iwan Fals. Atau, nama Remy Silado, sastrawan yang terkenal itu. Nama itu diambil dari angka 23761, tanggal 23, bulan 7, tahun 61 adalah kisah yang yang meninggalkan sejarah dalam kehidupannya.
Nama aslinya: Yapi Panda Abdiel Tambayong, Remy Silado.
Memberi nama, selalu karena ada sejarahnya.
Nama Dakka juga diambil dari kenyataan, ketika dia lahir satu jari tangannya bercabang, atau disebut hiperdaktili (hiperdaktili disebut bila jumlah jarinya enam).
Dalam bahasa Batak, bercabang diartikan Dakka. Tatkala lahir dalam kondisi hiperdaktili itu, oleh orangtuanya memberi nama, Dakka. Maka jadilah tersemat nama itu, dan membawanya kesohor.
Sebagai senior pengarang lagu Batak, Dakka sendiri meyakini, lagu-lagu Batak disenangi lintas suku di Tanah Air.
“Tak jarang, lagu-lagu Batak diperdendangkan dalam ajang-ajang nasional maupun internasional. Jangan anggap remeh lagu Batak. Lagu Batak sudah go internasional,” jelas suami Irma Sumaya itu.
Kini, Dakka dengan setia menjalani hari-harinya sebagai seniman, walau pun tidak membawanya dalam kemewahan, dia menjalaninya dengan bahagia. Sikap yang dijaganya, idealisme yang harus dijaga dan dipertahankan. Independen demi karya-karya yang bukan hanya untuk laku di pasar saja. Tetapi bagaimana karya itu memberikan inspirasi dan pesan, nasihat bagi yang mendengar, demi karya yang abadi.
Sebagai seorang seniman, maestro musik Batak yang telah menciptakan hampir limaratusan lagu, hingga kini Dakka masih tinggal di rumah sewaan. Inilah kenyataan yang ada.
Nama beken, tidak jua membawa kehidupan Dakka sepadan dengan nama besarnya. Masih menempati sebuah rumah kontrakan di Tangerang, Banten.
Seharusnya dia tidak hidup dalam keadaan demikian, jika Dakka mendapat royalti dari karya-karyanya. Sepatutnya dia milliuner. Pantas menikmati kemewahan dari karya-karyanya.
Seandainya di negeri ini ada kejujuran, dan menghormati hak cipta orang lain.
Namun kenyataan, nasib mujur untuk berpihak kepada para seniman yang telah menorehkan banyak kemanfaatan pada jagat musik Tanah Air, muskil, sepertinya hanya basa-basi.
Nyatanya, keberpihakan terhadap seniman, seperti Dakka, nihil adanya.
Nasib mereka tetap melarat. Para seniman idealis ini tak dipedulikan oleh industri musik. Padahal, para seniman-seniman seperti Dakka inilah yang membuat roda ekonomi, di industri musik berputar.
Tetapi apa yang terjadi?
Hasil keuntungan bisnis musik hanya dinikmati oleh segelintir pihak saja.
Para pencipta, pengarang miskin. Tetapi pemilik industri musik dan penyanyinya kaya-raya.
Mereka, para korporat bisnis musik, dan para seniman tak pernah peduli atas hak royalti para pencipta lagu.
Dan, yang paling menyakitkan, sudah didendangkan lagu-lagu mereka, tetapi tidak disebut nama pengarangnya.
Nama mereka acapkali dilupakan.
Melihat kenyataan yang ada di industri musik, Dakka merasa miris.
“Sepertinya kehidupan tidak adil. Banyak orang yang tidak pernah memeras keringat, kerja keras, menikmati hasil. Melihat kenyataan di lapangan, banyak orang yang memanfaatkan karya-karya kita, menjadi kaya, tetapi pengarangnya miskin. Yang berkarya tidak mendapat apresiasi. Sementara yang menikmati hasil justru para pembajak musik dan pengelola tempat hiburan yang terus mendulang rupiah berkat lagu karya-karya kita.” ujarnya tanpa tendeng aling-aling.
Karena itu, Dakka berharap: para artis, pengelola bar, pengelola cafe-cafe, siaran radio, siaran tv, hotel-hotel dan juga rumah-rumah hiburan yang menggunakan karya-karyanya, menghargai dan memberi royalti atas karyanya itu.
Tak disangkal, atas lagu-lagu ciptaan Dakka, telah banyak memberi berkah bagi banyak musisi.
“Bandingkan dengan pemain keyboard yang menyanyikan lagunya di pesta, kafe dan tempat-tempat hiburan. Hanya beberapa jam sudah mendapat honor sekian ratus ribu. Beberapa kali show, maka penyanyinya dapat duit jauh lebih banyak dari penciptanya.”
Lalu, bagaimana dia menyikapi hidup dengan bahagia, walau orang lain kaya dari memanfaatkan karyanya, sementara dia tetap melarat?
Bagi Dakka, terus berkarya. Ikhlas menjalani hari-harinya. Berkarya berarti adalah mengarang lagu, menggoreskan cinta, dengan keikhlasan.
“Cara yang saya tempuh dengan tetap mengarang, menggoreskan cinta akan musik. Menghilangkan rasa cemas akan kehidupan. Bagi saya, seni merupakan bagian dari hidup. Karena itu, saya tak akan berhenti mencipta lagu selama saya masih diberi Tuhan kekuatan mencipta lagu, hingga ajal menjemput.” ujar Dakka yang sekarang usianya sudah mencapai 72 tahun itu.
Bagi Dakka, sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai. Sekali pilihan sebagai pengarang dia tetapkan. Dia tetap memilih setia, menjadi seniman untuk jalan hidupnya. Dan tidak akan menyesal, walau tidak sebanding rupiah yang dia dapatkan.
“Saya tidak menyesal memilih berkarya sebagai pencipta lagu.” ujarnya.
“Tetapi jujur, saya heran melihat kondisi sekarang ini banyak seniman instan, baru muncul langsung terkenal. Tidak ada reputasi, tidak ada track record yang dibangun, tetapi langsung terkenal. Tidak melalui proses, sukses luar biasa. Sementara kita sudah lebih 40 tahun berkarya tak mendapat apresiasi. Tetapi saya tidak pusingkan itu, yang penting saya tetap berkarya. Saya berkarya menggoreskan cinta dan membawa kasih, berkah bagi para penikmat lagu.” ujarnya menyentil.
Mudah-mudahan apa yang sudah dilakukan Dakka, sinyalnya ditangkap oleh para seniman Batak.
Jangan hanya memikirkan uang, lupa menjaga nama baik, dan karya yang utama.
Dan yang terpenting menghargai karya orang lain.
Akhirnya, kita berharap ada bayak lagi seniman yang melanjutkan jejak dari bang Dakka. Apakah ada dari antara kita, atau Anda barangkali yang mau melanjutkan reputasi yang ditorehkan bang Dakka…?
😷
*#partopitaolaguboti* 31072020
You’ve mde some decent ppoints there. I looked on the net too learn mkre agout the issue and found mkst people will go
along with yor views oon thyis wweb site.
I don’t know iff it’s just me orr if perhaps everyone else experiencing issues with your blog.
It appears aas iif sone of thhe text in your ontent
aree running off thhe screen.Cann soimebody else please comment aand let me kmow iff
this is happening to them as well? Thhis may be
a problem wiyh myy browser becasuse I’ve had thios happen previously.
Many thanks
Foor the reason that thee admin oof thos webb site is working, noo question very soon iit will be well-known, due to its feature contents.
It’s difdficult to find educated people abolut this topic,
bbut you seem like yoou kow what you’re talkking about!
Thanks
What’s up, just wwanted tto mention, I njoyed thnis blolg post.
It wwas funny. Keep on posting!
Firset of all I would lie too sayy wonderful blog!
I hadd a quik question that I’d like to ask iif
you doo noot mind. I was curiious too know how you center yourself and clear you head beflre
writing. I have hhad a tough time clearing my mind iin getgting myy iceas
out. I do take pleasurde inn wrikting hoiwever iit just seems like the first 10 tto 15
minutes arre generdally losdt just tryging too figure
out how too begin. Anyy ideas or hints? Many thanks!
I am trujly happy to glpance att this website poss
which contains tons oof useful facts, thaqnks for providiung these data.
Remarkable! Its actually amazing piece of writing, I have got much
clear idea about from this piece of writing.