Waspadai ‘Sisi Gelap’ Mi Instan


– Mengamati pemberian paket bansos oleh berbagai pihak di musim pandemi covid-19 yang isinya beras, gula dan mi instan. Dikaitkan dengan hasil penelitian para ahli makanan, menyebut bahwa memakan mi instan dalam waktu lama memiliki resiko.

Lalu, mengapa pemerintah dan para pemberi paket bansos memilih mi instan untuk dikonsumsi warga penerima, bukankah resiko itu sudah diketahui.?

Terlepas dari kekurangcermatan publik, publik perlu mengetahui apa resiko atau akibat yang akan dialami masyarakat, jika mengonsumi mi instan ini.
Mengutip sebuah artikel di laman intisari.online.com, ternyata memang mi instan dan makanan olahan kering lainnya beresiko tinggi.

Begini informasinya, layak untuk disimak:
Siapa sih orang yang tidak menyukai mi instan? Hampir semua orang menyukai jenis makanan yang satu ini. Namun mereka yang setia pada mi instan harus waspada. Sebab, ada banyak kasus yang mencuat di telinga kita terkait mi instan.

Misalnya kasus seorang mahasiswa berusia 18 tahun yang dilaporkan meninggal dunia karena menderita kanker perut setelah mengonsumsi mi instan setiap malam.

Kejadian ini terjadi pada Oktober 2018 silam di mana remaja tersebut makan mi instan tiap kali belajar pada saat tengah malam. Lalu dia mulai menunjukkan gejala seperti perut kembung, mual, dan sakit perut. Keluarganya pun menjadi khawatir karena kondisi kesehatannya semakin memburuk. Pihak keluarga kemudian membawanya ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.

Secara mengejutkan, ia didiagnosis menderita kanker lambung stadium akhir. Hanya ada sedikit harapan baginya untuk bertahan hidup karena kanker telah menyebar ke organ-organ lain. Setelah setahun berjuang melawan kanker, ia akhirnya meninggal dunia.

Segala kalangan suka mi instan. Praktis saat membuatnya menjadikan mi instan punya daya tarik sendiri. Tak heran, segala kangan menyukai mi instan. Tak hanya kaum-kaum menengah ke bawah saja.

Untuk bepergian, sepertinya orang Indonesia telah menempatkan makanan cepat saji ini jadi prioritas. Bahkan di rumah pun banyak orang yang menyimpan stok bertumpuk di lemari dapur mereka. Wajar, mi instan ini sering dijadikan pilihan untuk mengganjal perut lapar baik untuk sarapan, makan siang, makan malam, cemilan, teman nonton bola sampai teman ngeronda pun bisa. Ditambah lagi, cara menikmatinya bisa sesuai selera.
Kurang dimanjakan apalagi kita dengan ini?

Indonesia merupakan konsumen tertinggi kedua di dunia Mengacu kepada laporan World Instant Noodles Asosiation (WINA). Ternyata konsumsi mi instan di Indonesia pada tahun 2017 saja telah mencapai jumlah mengejutkan yakni 12,62 miliar.

Hal ini berhasil menempatkan Indonesia sebagai konsumen mi instan terbesar kedua di dunia yang melampaui Jepang 5,66 miliar porsi, India 5,42 miliar porsi dan Vietnam 2,06 miliar porsi.

Posisi teratas masih ditempati China dengan jumlah konsumsi sebanyak 38,970 miliar porsi. Sepertinya masyarakat Asia memang tak bisa lepas dengan mi instan.

Sisi gelap mi instan

Namun apa yang membuat mi instan begitu buruk? Karena mi instan ini dibuat agar tahan lebih lama, tentu saja ada proses yang panjang.
Mi instan rendah kandungan nutrisi, tinggi lemak, kalori dan sodium dan dicampur dengan pewarna buatan, pengawet, zat aditif dan perasa.

“Dalam kebanyakan kasus monosodium glutamat (MSG) serta hidrokuinon tersier-butil (TBHQ), yaitu pengawet kimia yang berasal dari industri minyak bumi – mungkin ada dalam mi instan untuk meningkatkan rasa dan menjaga ketahanan.”

“Meskipun asupan makanan dari unsur-unsur ini diperbolehkan dalam batas, asupan teratur dari mi instan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang parah,” kata Dr Sunil Sharma, dokter umum dan kepala darurat, Madan Mohan Malviya Hopsital, New Delhi.
Tahun lalu, The Washington Post telah melaporkan penelitian dari Korea Selatan yang dilakukan untuk menguji efek mi instan pada kesehatan manusia. Menurut penelitian, “Meskipun mi instan adalah makanan yang nyaman dan lezat, mungkin ada peningkatan risiko untuk sindrom metabolik mengingat sodium tinggi, lemak jenuh yang tidak sehat dan beban glikemik,” kata Hyun Shin, kandidat doktor di Harvard School of Public Health.

Pada tahun 2013, sekelompok dokter Amerika melakukan eksperimen untuk melihat bagaimana proses pencernaan kita berfungsi saat kita mengomsumsi mi instan.Dengan bantuan kamera mikro, kamera seukuran pil, para dokter dapat melihat proses mi Instan yang dicerna di layar komputer mereka Menariknya, terlihat bahwa lambung perlu mencerna beberapa jam untuk benar-benar menghancurkan jenis mi instan.

Para ahli menjelaskan bahwa sifat alami dari mi ini biasanya membuat mereka sulit dicerna. Menariknya, terlihat bahwa lambung perlu mencerna beberapa jam untuk benar-benar menghancurkan jenis mi instan.

Para ahli menjelaskan bahwa sifat alami dari mi ini biasanya membuat mereka sulit dicerna. Dan sebenarnya tidak hanya dalam kasus mi instan, tetapi untuk semua jenis makanan olahan juga beresiko. (Ditulis Adrie S, ditayangkan intisari-online.com dengan judul Disukai Semua Orang, Nyatanya Ini ‘Sisi Gelap’ Mi Instan yang Berhasil Diungkap oleh Para Ilmuwan, Buktinya Bikin Ngeri!).

2 thoughts on “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *