Apa Sih Herd Immunity Corona?

Lusiana Mustinda – detikHealth

Jakarta – 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak merekomendasikan setiap negara yang menerapkan herd immunity dan melonggarkan lockdown . Sebab menurut WHO herd immunity dan melonggarkan lockdown bukanl cara yang tepat untuk memutus penyebaran COVID-19 atau corona.
Dikutip dalam Euronews, herd immunity adalah konsep dalam epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi jika beberapa persen populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. a.

Berikut seputar herd immunity corona yang dilansir dalam Business Insider (16/05/2020):

1. Puluhan Ribu Meninggal, 5 Persen yang Kebal

Penelitian di Spanyol dan Perancis menunjukkan bahwa tidak lebih dari 5 persen dari populasi tersebut telah mengembangkan antibodi COVID-19.
William Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard mengatakan,”Wabah besar dan kematian yang berlebihan tidak menghasilkan herd immunity yang bermakna.”
Di Amerika Serikat, hampir 85.000 orang yang meninggal, prospek kekebalan massal tidak lebih baik. Pada bulan April, sebuah peneliti di Santa Clara Country, California memperkirakan bahwa antara 2,5 persen dan 4,2 persen penduduk di sana memiliki antibodi.
Sebuah penelitian di Los Angeles Country membuat perkiraan serupa yaitu 2,8 persen menjadi 5,6 persen “seroprevalensi” yang merupakan istilah untuk presentase orang yang memiliki antibodi di dalam darah mereka.
Sebuah studi antibodi New York menemukan bahwa 13,9 persen dari penduduk negara bagian New York telah terinfeksi dengan virus Corona. Di New York City, seroprevalensi setinggi 21,2 persen tetapi itu diantara orang yang mencari tes (berarti mereka mungkin mengira tubuhnya memiliki gejala). Ini masih jauh dari angka 50-70.
Hal ini bukan pertanda baik bagi bagian lain Amerika Serikat, yang belum menghadapi gelombang infeksi yang menghancurkan seperti menewaskan 27.500 orang di New York.

2. Manusia Bukan Ternak (Herd)

Bahkan Swedia yang tidak melakukan lockdown dan membiarkan hidup normal, tampaknya tidak memiliki kekebalan tubuh.
Badan Kesehatan Publik Swedia sendiri memperkirakan paling tidak sekitar seperempat populasi Stockholm mungkin kontak dengan COVID-19. Lebih dari 3500 orang telah meninggal di negara itu dan lebih dari 12 persen kasus yang dikonfirmasi.
“Manusia bukanlah ternak (herds), dan lagi pula konsep herd immunity biasanya digunakan untuk menghitung berapa banyak orang yang perlu divaksinasi dan populasi untuk menghasilkan efek itu,” ujar Mike Ryan, direktur eksekutif WHO.

3. Vaksin, Cara Terbaik untuk Herd Immunity


Sebuah komunitas atau negara dapat mencapai kekebalan imunitas melalui vaksinasi. Sampai vaksin tersedia secara luas, para ahli merekomendasikan untuk memonitor virus melalui pengujian luas dan pelacakan kontak, kemudian mengisolasi orang yang terinfeksi dan siapa saja yang berhubungan dengan mereka.
Pemerintah mungkin juga perlu menutup kembali bisnis dan memberlakukan kembali pembatasan jika infeksi virus terjadi dan jumlahnya melampaui kapasitas rumah sakit.
“Proporsi yang sangat rendah dari orang yang telah diuji memiliki bukti antibodi,” ujar Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO.
“Kami masih harus menempuh jalan panjang dengan virus ini, karena virus karena virus ini sangat mungkin dapat menginfeksi lebih banyak orang lagi,” pungkas Kerkhove.
Herd immunity coronavirus diyakini sebagian besar ilmuwan, dapat terjadi bila sekitar 65 persen hingga 75 persen dari populasi telah terinfeksi.

Achmad Yurianto (Yuri), selaku juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 mengisyaratkan Indonesia tidak akan menerapkan Herd Immunity. “Herd immunity itu kalau di text book ada, tapi di kita siapa yang memakai? Kalau herd immunity maka kenapa harus ada PSBB?.”
Yuri menambahkan Herd Immunity itu hanya hukum rimba. Siapa yang kuat dia yang akan hidup dan yang tidak kuat akan mati. ” Kalau seperti itu ngapain pemerintah dari awal capek-capek mengurus ini semua? Biarkan saja kalau yang masih hidup maka itu nanti yang akan melanjutkan. Itu namanya herd immunity. Kalau kita mau membiarkan herd immunity, ngapain kita berlelah-lelah membikin gugus tugas dan segala macamnya?” tutur Yurianto kepada detikNews (14/05/2020) lalu.



Jakarta – 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak merekomendasikan setiap negara yang menerapkan herd immunity dan melonggarkan lockdown . Sebab menurut WHO herd immunity dan melonggarkan lockdown bukanl cara yang tepat untuk memutus penyebaran COVID-19 atau corona.
Dikutip dalam Euronews, herd immunity adalah konsep dalam epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi jika beberapa persen populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit.
 
Virus corona menyebar secepat kilat ke hampir seluruh negara di dunia. Hingga 27 Maret 2020, disebutkan jumlah orang yang positif virus ini sudah menembus angka lebih dari 500.000 orang. Berbagai upaya yang dicoba, rupanya belum bisa menghentikannya. Lalu, muncul opsi terakhir yang cukup kontroverisial untuk menghentikan pandemi ini yaitu dengan memanfaatkan herd immunity. Seperti apa kekebalan yang dimaksud ini?

Herd immunity atau kekebalan komunitas

Herd immunity secara harafiah bisa diartikan sebagai kekebalan komunitas. Jadi, dalam satu komunitas, harus ada cukup banyak orang yang imun atau kebal terhadap suatu penyakit sehingga komunitas tersebut tidak lagi bisa diserang oleh suatu virus.
Virus apapun butuh inang atau tempat tinggal untuk bertahan hidup. Manusia maupun hewan bisa menjadi inangnya. Termasuk SARS-COV-2 yang merupakan virus penyebab COVID-19. Jika virus ini tidak bisa memasuki tubuh manusia, maka ia lama-kelamaan akan mati karena tidak bisa bertahan lama berada di udara terbuka.
Jika ada cukup banyak orang dalam satu komunitas memiliki kekebalan terhadap suatu virus, maka virus tersebut akan hilang. Herd immunity sebenarnya adalah konsep yang penting dijalani agar orang-orang yang sehat, bisa melindungi orang lain di sekitarnya yang imunnya tidak bagus atau yang tidak bisa menerima vaksin karena ada gangguan kesehatan tertentu.
Lalu, bagaimana caranya agar orang-orang tersebut bisa kebal? Ada dua cara, yaitu dengan vaksin maupun secara alami.

• Vaksin

Dengan vaksin, maka di tubuh orang tersebut bisa terbentuk kekebalan terhadap penyakit tertentu. Pada penyakit campak, misalnya. Sudah banyak orang yang menerima vaksin campak sehingga penyebaran penyakit ini sudah tidak sebanyak dulu. Ini bukti bahwa herd immunity terhadap campak, sudah terbentuk.

• Dengan cara alami

Selain dengan vaksin, agar seseorang bisa kebal terhadap suatu penyakit, maka orang tersebut perlu terinfeksi terlebih dahulu. Setelah infeksi sembuh, tubuh akan membentuk antibodi atau pertahanan yang mencegah virus tersebut kembali menginfeksi.
Jika meniru cara alami ini, maka semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh, maka semakin banyak juga orang yang kebal. Lama-kelamaan, herd immunity akan terbentuk.

Herd immunity dan virus corona

Untuk bisa mencapai herd immunity terhadap infeksi COVID-19, saat ini hanya ada satu pilihan, yaitu secara alami dengan membiarkan banyak orang terinfeksi penyakit ini. Sebab, hingga saat ini belum ada vaksin corona yang tersedia.
Namun pertanyaanya, apakah hal tersebut setimpal dengan risiko kematian dan jumlah infeksi yang akan terjadi. Perlu diingat bahwa COVID-19 adalah penyakit baru. Saat penyakit ini muncul, belum pernah ada orang yang mengalaminya. Itu artinya, tidak ada orang yang kebal terhadap penyakit ini.
Jadi, untuk membuat herd immunity terhadap COVID-19, diperkirakan 60% populasi masyarakat perlu terinfeksi dan sembuh. Ingat, harus sembuh. Jika banyak orang terinfeksi dan kemudian meninggal, maka tetap saja kekebalan komunitas ini tak akan tercapai.
Bayangkan betapa rumitnya suasana fasilitas kesehatan jika sebagian besar orang terinfeksi virus corona secara hampir bersamaan. Tentu, kesembuhan akan semakin sulit dicapai dan berujung pada meningkatnya angka kematian.
Lagipula, jika seluruh dunia sepakat untuk membentuk suatu herd immunity untuk COVID-19 tanpa adanya vaksin, dibutuhkan waktu bertahun-tahun. Dalam jangka waktu itu, risiko terjadinya kematian dan keparahan infeksi tetap terus ada.
• Vitamin untuk cegah corona kian mahal: Perlukah minum suplemen untuk cegah virus corona?
• Jika akhirnya terinfeksi corona harus bagaimana?: Ini yang perlu dilakukan jika Anda positif corona

Bisakah konsep herd immunity diterapkan untuk redakan COVID-19 di Indonesia?

Konsep herd immunity akhir-akhir ini banyak diperbincangkan, bahkan melalui pesan berantai di aplikasi chat. Banyak orang seolah setuju agar Indonesia coba untuk menerapkan konsep ini guna menyelesaikan pandemi.
Padahal jika herd immunity untuk COVID-19 diterapkan di Indonesia, dampaknya akan sangat merugikan. Hal ini diungkapkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Organisasi tersebut telah melakukan kajian untuk melihat skenario jika sekiranya negara ini benar-benar akan menerapkan konsep herd immunity untuk meredakan virus corona. Hasilnya bisa dibilang mengerikan karena dengan begitu, angka kematian akibat infeksi virus corona di Indonesia akan melonjak jauh.
Hal ini disebabkan karena di negara ini, sangat banyak orang yang memiliki penyakit penyerta yang bisa memperparah infeksi corona. Penyakit tersebut antara lain:
Selain itu, seperti yang bisa kita lihat sendiri, saat ini angka laju kematian akibat COVID-19 di Indonesia ada pada angka 7-9%, termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Infeksi ini pun jangan disalahartikan hanya berbahaya bagi lansia maupun orang dengan penyakit penyerta.
Seiring dengan berjalannya pandemi ini, COVID-19 terbukti juga berbahaya bagi orang usia muda yang sehat dan tidak memiliki penyakit penyerta apapun. Di Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara benua Eropa, 60% pasien COVID-19 berada di kelompok usia produktif.
Sehingga jika konsep herd immunity dijalankan, akan terjadi kematian massal di Indonesia. Ancaman ini pun tidak hanya berlaku untuk orang yang rawan seperti lansia dan yang memiliki penyakit tertentu, namun juga untuk masyarakat usia muda yang sehat. Akibatnya, Indonesia bisa kehilangan satu generasi.

Cara yang paling mungkin dilakukan saat ini untuk redakan pandemi

Karena hingga saat ini belum ada vaksin yang diproduksi dan skenario pencapaian herd immunity terdengar cukup ekstrim, maka cara yang bisa kita lakukan untuk meredakan pandemi adalah dengan memperlambat penyebaran virus ini.
Cara yang bisa dilakukan untuk penyebaran virus corona adalah dengan rutin menjaga kebersihan dan secara khusyuk menjalani physical distancing. Anda pasti sudah sering mendengar imbauan untuk sering mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer, menutup mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu, dan untuk tidak keluar rumah selama 14 hari.
Mengapa cara yang terlihat sederhana ini ampuh untuk memperlambat penyebaran virus? Inti dari semua imbauan yang dikeluarkan untuk mencegah corona adalah untuk tidak membiarkan virus tersebut bisa dengan mudah pindah dari inang yang satu ke inang yang lain.
Jika Anda baru saja memegang benda yang terkontaminasi virus, lalu setelah itu langsung cuci tangan, maka virus akan mati dan tidak sempat menyebar mencari inang baru. Begitupun dengan menutup mulut saat bersin. Virus yang keluar dari liur, justru akan menempel di tisu dan bukan pada orang lain yang bisa menjadi inang baru.
Lalu dengan tidak keluar rumah, berkumpul beramai-ramai atau pergi ke tempat umum, Anda sudah berpartisipasi untuk tidak memudahkan virus mencari inang yang baru. Bayangkan saja betapa mudahnya virus berpindah dari satu orang ke orang lain saat dalam suatu perkumpulan yang melibatkan banyak orang.

Tips menghilangkan rasa bosan selama masa physical distancing

Physical distancing dapat menyebabkan munculnya rasa bosan. Sebab, Anda yang biasanya bertemu dengan kerabat di kantor, kini harus berkerja seorang diri di rumah. Sementara itu anak-anak sekolah, yang biasanya bersosialisasi di kantin bersama sahabat dekatnya, kini hanya bisa belajar diri di rumah.
Kenali beberapa tips untuk menghilangkan rasa bosan selama masa pandemi virus corona ini:
  • Jangan lupakan jadwal rutinitas normal
  • Tetap mencari tahu informasi terbaru
  • Jangan malas-malasan
  • Tetap bersosialisasi
  • Mencari sumber kenyamanan
Jika cukup banyak orang yang melakukan langkah-langkah pencegahan di atas, maka virus pun akan kesulitan untuk mencari tempat tinggal dan mati. Hingga lama-kelamaan, jumlah orang yang terinfeksi pun akan terus turun dan pada akhirnya, pandemi ini akan reda dan Anda pun bisa kembali beraktivitas seperti biasa.
Referensi

 

Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi
ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Artikel Terkait

Kumpulan Artikel dan Forum

 

Temukan kami di Apple App Store

Temukan kami di Google Play Store

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

 

Metode Pembayaran

Logo Bank BCA Logo Bank Mandiri Logo Bank BNI Logo Bank Permata Logo Visa Logo Gopay

© SehatQ, 2018. All Rights Reserved

2 thoughts on “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *