Muslim Minoritas
by : @Kang H Idea
Sebagian muslim gemar merapalkan keluhan ini. “Di negara-negara di mana muslim adalah minoritas, kaum muslim ditindas.” Itu adalah pernyataan hafalan, mereka dengar dari berbagai cermah, tanpa pernah memeriksa faktanya. Saya sudah mendengar keluhan itu sejak saya SMP, artinya sejak 40 tahun yang lalu. Hingga saat ini masih banyak muslim yang merapalkan pernyataan itu.

Ayo kita perksa faktanya.

Di mana kaum muslim menjadi minoritas? Misalnya di Eropa. Apakah mereka ditindas di Eropa? Tidak. Buktinya sederhananya, mereka terus berduyun-duyun pindah ke Eropa. Logika sederhananya, tidak ada orang berduyun-duyun mendatangi tempat mereka ditindas, bukan?

Kaum muslim sendiri yang suka membanggakan kemajuan Islam di Eropa. Masjid-masjid terus bertambah di Eropa. Apakah itu tanda bahwa kaum muslim ditindas? Sekali lagi, tidak.

Walikota London saat ini adalah Sadiq Khan. Itu London, ibukota Inggris. Walikotanya muslim. Apakah itu tanda bahwa orang Islam ditindas? Bagaimana mungkin orang tertindas sebagai minoritas, bisa jadi walikota di ibukota negara?

Walikota Rotterdam,  sebuah kota penting di Belanda, bernama Ahmed Aboutalib, seorang muslim juga. Apakah itu tanda bahwa muslim ditindas di Belanda? Tidak.

Di Eropa umumnya begitu kondisinya. Demikian pula di Amerika. Islam adalah agama yang paling pesat perkembangannya di Amerika, sebab utamanya adalah migrasi. Saat ini setidaknya ada 5 kota di Amerika yang walikotanya adalah muslim.

Bagaimana dengan Jepang? Jepang sekarang punya program “musurimu omotenashi”, artinya keramahan untuk muslim. Itu adalah program untuk menyambut wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang. Masjid terus bertambah, demikian pula restoran halal. Di tempat-tempat yang belum ada masjid, disediakan ruangan khusus untuk salat. Untuk Olimpiade 2020 dibuatkan kendaraan khusus yang jadi mushalla bergerak.

Situasi di Korea, Taiwan, dan negara-negara maju di Asia juga kurang lebih demikian.

Bagaimana dengan di Cina? Kita sering mendengar muslim Uygur ditindas di Cina. Itu fakta. Tapi perhatikan bahwa hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap Tibet. Pemerintah Cina bahkan menindas anggota Falun Gong, sebuah kelompok meditasi spiritual, karena dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah. Kata kuncinya itu, ancaman bagi pemerintah. Uygur punya masalah, yaitu separatisme. Pemerintah Cina sendiri juga bermasalah, yaitu otoriter dan menindas.

Myanmar? Ada penindasan keji terhadap muslim Rohingya. Tapi muslim di Myanmar tidak hanya Rohingya. Ada banyak kaum muslim di Yangoon yang tidak ditindas seperti di Rohingya. Dalam banyak hal situasinya mirip dengan penindasan oleh rezim di Cina.

Bagaimana dengan Palestina? Tunggu dulu. Di Palestina kaum muslim bukan minoritas, mereka mayoritas. Tapi kan mereka ditindas? Iya. Orang Palestina dirampas tanahnya. Kenapa? Karena mereka kalah perang. Perang yang mereka mulai, berkali-kali, dan mereka kalah berkali-kali. Setiap kali kalah, mereka makin kehilangan wilayah dan kebebasan.

Bukankah Israel menindas mereka? Sangat. Tapi coba bayangkan kebalikannya. Bagaimana kalau orang-orang Arab muslim itu yang menang perang? Niat mereka memulai perang adalah untuk memusnahkan Israel. Artinya, kalau mereka menang, yang terjadi bukan lagi pendindasan, tapi pemusnahan.

Yang terjadi di wilayah itu adalah dua bangsa yang saling bermusuhan, yang sangat sulit didamaikan. Mereka saling menindas setiap ada kesempatan.

Tapi perlu dicatat juga, bahwa ada 16% penduduk Israel yang muslim. Kita jarang mendengar kabar mereka. Tapi yang jelas mereka tidak berteriak merasa ditindas, juga tidak berbondong-bondong ingin pindah ke negara tetangga mereka yang muslim.

Nah, pada saat yang sama muslim ditindas dan dizalimi di Syiria, Irak, dan Yaman, oleh sesama muslim. Mereka berperang dan saling bunuh. Mereka mayoritas di sana, bukan minoritas.

Apa yang bisa kita simpulkan dari fakta-fakta ini? Tidak benar bahwa muslim ditindas kalau mereka minoritas. Yang benar, di negara-negara maju identitas agama tidak boleh ditonjolkan. Agama bukan identitas. Orang hanya akan dilihat sebagai manusia. Jadi bagi mereka sebenarnya tidak ada istilah mayoritas-minoritas. Mereka berjuang keras untuk menghilangkan kategori yang mengkotak-kotakkan manusia.

Penindasan terjadi di tempat-tempat yang tidak ada demokrasi. Penindasan terjadi di tempat-tempat ketika ada usaha untuk menghancurkan kelompok lain. Itu terjadi tidak hanya antaragama, tapi juga di dalam agama yang sama. Sesama muslim bisa saling menindas dan saling bunuh ketika mereka sedang berebut kekuasaan, dan ingin menguasai orang lain. Itu terjadi sepanjang sejarah Islam, dan sedang terjadi sekarang.

Jadi, apa yang harus dilakukan? Hentikan nafsu untuk menguasai dan mendominasi kelompok lain.                                                      
SALAM DAMAI dan CERDAS SELALU NKRI Ku
Eben Ezer Panjsitan, laman Wa 6/3

3 thoughts on “

  1. Your article gave me a lot of inspiration, I hope you can explain your point of view in more detail, because I have some doubts, thank you.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *