*Nasehat Seorang Ibu Kepada Anak tentang Ayahnya*
                          
Anakku…
Memang ayah tidak mengandungmu…
tapi darahnya mengalir di darahmu…
namanya melekat di namamu…

Memang ayah tak melahirkanmu…
memang ayah tak menyusuimu…
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu…

Anakku …
Memang ayah tak menjagamu setiap saat…
Tapi tahukah kau, dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya…

Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar, karena dia ingin terlihat kuat, agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…

Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat ibu, karena kecintaannya dia takut tak sanggup melepaskanmu…

Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri…

Ibu hanya ingin kau tahu nak…
bahwa… Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta ibu…

Anakku…
Jadi di dalam diri Ayah juga terdapat Surga bagimu…
maka hormati dan sayangi ayahmu…
doakan, agar Allah mengampuni dosanya…

Mungkin ibu lebih sering menelpon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi apakah engkau tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponmu…

Engkau berkata : “Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku…”

Tapi apakah engkau tahu, bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih…
Ayahlah yang selalu menanyakan apa yang engkau lakukan seharian…
Walau ia tak bertanya langsung kepadamu, karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatmu terlelap dalam tidur nyenyakmu…

Saat engkau sakit demam, ayah membentakmu : “Sudah diberitahu, jangan minum es !” Lantas engkau merengut menjauhi ayahmu dan menangis di depan ibu…

Tapi apakah engkau tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanmu, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanmu…
Ketika engkau remaja, engkau meminta izin untuk keluar malam, lalu ayah dengan tegas berkata : “Tidak boleh …!”

Sadarkah, bahwa ayahmu hanya ingin menjagamu. Beliau lebih tahu dunia luar dibandingkan engkau, bahkan ibumu…
Karena bagi ayah, engkau adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat engkau sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya, maka kadang engkau melanggar kepercayaannya…

Ayahlah yang setia menunggumu di ruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanmu, “dimana, dan sedang apa engkau diluar sana…”

Setelah engkau dewasa, walau ibu yang mengantarmu ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah engkau, bahwa ayahlah yang berkata : “ibu, temanilah anaknu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama…”

Di saat engkau merengek memerlukan ini dan itu, untuk keperluan kuliahmu dll, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir…
Kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam…

Saat engkau berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukmu… Ayahlah yang mengabari sanak saudara : “Anakku sekarang sukses”
Walau kadang engkau cuma bisa membelikan baju koko, itupun cuma setahun sekali, tetapi ayah akan tetap tersenyum dengan bangga…

Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan do’anya ibu, cuma bedanya ayah simpan do’a itu dalam hatinya…
Sampai ketika nanti engkau menemukan jodohmu, ayahmu akan sangat berhati-hati mengizinkannya…

Dan akhirnya, saat ayah melihatmu duduk diatas pelaminan bersama pasanganmu, ayahpun tersenyum bahagia…
Lantas pernahkah engkau memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis ? Ayahmu menangis karena ayah sangat bahagia nak…

Dan beliau pun berdoa : “Ya Tuhan, bahagiakanlah putra putriku bersama pasangannya yang Engkau ridho i”.

Bahwa hidup tak hanya sebatas untung dan rugi.sama halnya dgn persahabatan tak sebatas untung dan rugi dlm menilai kebaikan dan pengorbanan sebab kebaikan dan pengorbanan tdk dpt dinilai /diukur dgn uang

   Seorang ayah tanpa sengaja mendengar percakapan sang istri yang tengah menasehati anaknya yang malu karena ayahnya hanya seorang kuli/tukang batu. Nak, apakah tahu bagaimana gedung2 bertingkat dan apartemen mewah itu bisa berdiri. Jalan tol, jembatan layang, pelabuhan dan bandara bisa digunakan. Semuanya membutuhkan orang2 seperti ayahmu untuk mengerjakannya. Memang ada para pengusaha dan investor untuk membiayainya. Ada arsitek dan desain interior yang merancangnya, juga ada para manager dan mandor yang mengawasi jalannya pekerjaan itu. Tanpa ada orang2 seperti ayahmu yang menggali tanah, mengaduk pasir dan semen, menyusun batu kali untuk menjadikannya fondasi kemudian menjadikannya sebuah tembok kokoh yang tidak mudah ambruk, semua impian mereka tidak akan terwujud tanpa orang2 seperti Ayahmu. Disetiap rumah sakit, bank, gedung perkantoran, terdapat sidik jari dan butiran keringat ayahmu yang melekat didinding bangunan itu. Si anak kemudian menghampiri dan memeluk ibunya sambil berkata. Terima kasih ibu, yang telah membuat saya percaya diri dan bangga mempunyai ayah seorang tukang batu. Si ayah yang mendengar percakapan mereka kemudian masuk dan berkata kepada mereka terima kasih kalian telah membuat hidup ayah sangat berarti. Dunia tidak menuntut kita untuk menjadi seorang arsitek, presiden, dokter, ilmuwan dll. Untuk kebahagiaan, dunia hanya menuntut kita agar menjadi yang terbaik apapun yang dikerjakan, apapun profesi dan pekerjaan, yang terpenting tidak merugikan yang lain, lakukanlah dengan senang hati, menikmatinya rasa bangga.
SEMOGA SEMUA MAKHLUK HIDUP BERBAHAGIA.                                      

6 thoughts on “

  1. Your article gave me a lot of inspiration, I hope you can explain your point of view in more detail, because I have some doubts, thank you.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *