PESAN PASTORAL PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
TERKAIT PERISTIWA PEMBUNUHAN DI NDUGA, PAPUA.
Papua Bersimbah Darah….(lagi)
Sejarah Papua seolah merupakan rentetan panjang konflik dan kekerasan yang diwarnai pertumpahan darah. Rupanya begitu banyak kepentingan dipertaruhkan di sana, dan semua seolah tak ingin ketinggalan untuk ambil bagian. Maka apa pun di tempuh, termasuk menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa secara sia-sia. Tambang, hutan, bisnis senjata dan rupa-rupa kepentingan melibatkan para pejabat lokal, Jakarta, polisi, tentara dan bahkan negara adidaya. Dibutuhkan nyali seorang Kepala Negara yang bersedia martir untuk menghentikan itu semua.
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyampaikan dukacita dan keprihatinannya atas peristiwa kekerasan yang terjadi di Kabupaten Nduga, Papua, pada Minggu (2/11), yang berakibat jatuhnya korban jiwa. Hal ini disampaikan dalam Pesan Pastoral PGI terkait Peristiwa Pembunuhan di Nduga, Papua. Bagi PGI, peristiwa ini menambah daftar panjang kekerasan yang terjadi di Papua. Karena itu, PGI menghimbau semua pihak untuk menghentikan pendekatan kekerasan dalam menyelesaikan masalah Papua dan lebih mengutamakan pendekatan dialog yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi Republik Indonesia.
Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPH-PGI) menyampaikan dukacita mendalam atas jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa pembunuhan di Kabupaten Nduga, Papua, pada Minggu, 2 Desember 2018. Peristiwa ini semakin menambah daftar panjang kekerasan demi kekerasan yang terjadi di
Papua selama ini.
Atas peristiwa ini, perkenankanlah dalam suasana minggu-minggu Advent ini kami menyampaikan pesan pastoral gerejawi kepada semua pihak sebagai berikut:
1. Kami sangat prihatin dengan jatuhnya korban dari kalangan sipil, yang belum tentu tahu apa-apa – apalagi terlibat – dalam permasalahan Papua yang sangat kompleks. Peristiwa ini telah menciderai harkat manusia sebagai citra Allah. Sejauh kami pahami, mereka adalah pekerja pada PT Istaka Karya, yang sedang
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam kaitan ini, kami menyampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan seraya berdoa, semoga Tuhan yang Maha Pengasih menguatkan keluarga dalam menghadapi masa-masa yang sulit ini.
2. Terkait dengan peristiwa ini, kami menghimbau aparat Negara agar bekerja secara profesional dan proporsional dalam menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat Papua dan seluruh penduduk Indonesia di manapun berada. Kami juga mendorong aparat Negara untuk menyelidiki dan mengusut tuntas peristiwa ini dengan mengutamakan pendekatan kultural, demi mengurangi ketegangan di tengah masyarakat Papua dan mencegah jatuhnya semakin banyak korban di kalangan masyarakat sipil.
3. Kami sangat prihatin dengan pendekatan kekerasan dalam penyelesaian masalah Papua, baik yang dilakukan oleh masyarakat sipil, kelompok-kelompok bersenjata maupun aparat Negara. Pendekatan kekerasan, dalam bentuk apa pun, menurut hemat kami, tidak akan pernah menyelesaikan masalah, selain hanya akan menciptakan luka-luka baru yang pada gilirannya akan menciptakan lingkaran kekerasan. Oleh karenanya, kami menghimbau seluruh pihak untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan menyelesaikan ragam persoalan yang ada dengan duduk bersama membicarakannya secara beradab dan bermartabat. Hanya dengan demikian kita bisa membebaskan Papua dari pelbagai masalah yang membelit.
4. Kami menghargai upaya pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang memberi perhatian besar kepada pembangunan Papua selama empat tahun terakhir ini. Dalam pengamatan kami, ternyata pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang luar biasa tersebut belum mampu sepenuhnya menjangkau hati seluruh masyarakat Papua. Di tengah gencarnya pembangunan ekonomi dan infrastruktur – yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya – serta perhatian langsung yang luar biasa dari Presiden Joko Widodo sendiri terhadap pembangunan Papua, pada saat yang sama kita menyaksikan gejala semakin kuatnya aspirasi untuk menentukan nasib sendiri di kalangan sebagian masyarakat, baik yang terungkap
di Papua, di berbagai kota di Indonesia, maupun dalam kampanye internasional. Hal ini menunjukkan bahwa cara penyelesaian yang parsial-pragmatis belum dapat memecahkan permasalahan Papua. Bahkan berbagai aksi kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat sipil dan kelompok bersenjata juga ditengarai sebagai bentuk protes atas tidak diindahkannya tuntutan masyarakat akan penyelesaian masalah Papua secara menyeluruh.
5. Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, kami menghimbau semua masyarakat, khususnya elemen masyarakat terkait Papua, untuk dapat melihat masalah Papua secara menyeluruh dan menemukan akar masalahnya untuk selanjutnya diatasi bersama. Kami berpandangan, duduk bersama dalam percakapan dari hati ke hati, apakah itu dalam bentuk Dialog Nasional sebagaimana banyak dituntut oleh sementara pihak di Papua, atau Dialog Sektoral sebagaimana pernah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, adalah jauh lebih bermartabat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi RI. Pelibatan masyarakat adat, gereja dan beragam pemangku kepentingan di Papua dalam hal ini akan memudahkan pemerintah
dalam menjalankan roda pembangunan di Papua menuju masa depan.
Biarlah melalui peziarahan Advent selama minggu-minggu Advent ini kita dapat berjalan bersama menyongsong kedatangan Kristus sebagai hikmat bagi kita semua. Dalam perjalanan bersama ini kita mengharapkan masa depan yang lebih baik buat Papua dan bagi seluruh Indonesia. Semoga Allah sumber segala hikmat menolong kita.
Jakarta, 8 Desember 2018
Atas nama Majelis Pekerja Harian PGI, Pdt. Dr. Henriette T.H. Lebang dan Pdt. Gomar Gultom ( Ketua Umum dan Sekretaris Umum)