KHOTBAH DARI EVANGELIUM UNTUK MINGGU IX STLH TRINITAS 29-7-2018 MATIUS 26:24-28

16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
16:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”
MENGIKUT YESUS KRISTUS BUKAN HANYA MELAKUKAN AJARANNYA TETAPI JUGA RELA KEHILANGAN NYAWA KARENA DIA
1. Bapak-Ibu-Sdr-Sdri yang terkasih dalam kasih Yahowa Yesus Kristus. Ada persamaan semua pengikut agama yang ada di seluruh dunia ini, yakni: patuh terhadap ajaran-ajaran penganjur agama yang dianut masing-masing, dan persamaan lainnya, karena ajaran agama-agama yang ada itu mirip. Selain hal-hal yang sama atau mirip itu ada juga perbedaan-perbedaan, yang didorong oleh penghayatan dan pengamalan yang berbeda dari setiap agama yang ada itu. Yang mirip dari antara ajaran-ajaran agama itu adalah anjuran mengasihi diri sendiri dan mengasihi orang lain. Yesus mengajarkan agar pengikutnya mengasihi dirinya dan mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri. Selain itu Yesus mengajarkan agar pengikut-Nya mengasihi musuhnya. Suatu hal yang sering sulit dimengerti oleh siapapun, karena “dunia” mengajarkan agar membenci musuh. Orang Batak Toba mengatakan: “Bulu soban, musu dongan.” (Bambu kayu api, musuh adalah teman). Lalu muncul anjuran di kalangan huria: “Maraleale nang pe marmusu.” (Kompak walau bermusuhan). Contoh terdekat untuk mengasihi musuh itu ada dalam pertandingan-pertandingan olah raga (tinju, sepakbola, pencak, karate, bulu tangkis, tennis, dll. Yang bermusuhan dalam pertandingan itu memang kompak). Musuh bukan berarti “pengikut iblis”, pembunuh, pencuri, pezinah, pendusta atau pelaku dosa, bukan lawan (dalam arti “setan”),  melainkan “counter part” (teman bertanding/musuh dalam pertandingan hidup). Sewaktu Yesus dimusuhi oleh para imam, Saduse dan Farisi, Ahli Taurat Yahudi, Yesus memahami mereka hanya sebagai musuh (counter part/teman bertanding) dalam penegakan kebenaran Yahowa Elohim atau Kerajaan Sorga di tengah-tengah umat Yahudi/umat manusia. Yesus mengasihi mereka. Jesus mengajarkan kepada pengikutnya  agar para pengikut-Nya mengasihi musuh mereka.  Untuk itu Yesus mengharapkan agar para pengikut-Nya melakukan sebagaimana dilakukan-Nya: Dia rela sampai mati disalibkan (nyawanya dihilangkan)  oleh para musuh-Nya. Dia memberitahu kepada para pengikut-Nya bahwa “Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Mat. 16:21). Sewaktu Petrus tidak rela bahwa Gurunya mengalami hal sedemikian, Yesus justru mengatakan kepada para pengikut-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat.16:24-25).
2. Bapak – Ibu – Sdr – Sdri yang terkasih. Ada bermacam-macam salib, baik dari bentuknya maupun darisudut alasan mengapa harus memikulnya. Di Golgatha sendiri ada tiga macam salib menurut tujuan untuk apa itu dipikul oleh tiga orang yang tersalib di sana. Salib yang di tengah, di mana Yesus Kristus disalibkan, adalah salib pengurbanan Anak Allah,  kurban penebus dosa umat manusia. Dari salib itu diserukan: Ya Bapa, ampunilah dosa mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!” (Luk.23:34a). Di sana dideklarasikan bahwa Yesus adalah Raja: INRI. Hanya Yesus Kristus yang memikul salib sedemikian; para pengikut-Nya tidak perlu memikul salib seperti itu.Kalau dunia ini memaksa seseorang memikul salib yang dipikulkan kepada TUHAN Yesus Kristus  (sama seperti diperbuat oleh para lawan TUHAN Yesus Kristus  kepada Simon dari Kirene (Luk.23:26), itu berarti keikut sertaan dalam rangka menuju tindakan TUHAN untuk  “penyelamatan dunia”. Salib yang kedua adalah salib yang dipikulkan kepada penjahat yang disalibkan di sebelah kanan TUHAN Yesus Kristus di tempat penyaliban di bukit Golgata. Salib ini adalah salib yang mengantar penjahat yang disalibkan itu bertemu dengan TUHAN Yesus Kristus dan membuat dia bertobat serta meminta kepada TUHAN Yesus Kristus agar dia diingat apabila TUHAN Yesus Kristusdatang sebagai Raja (Luk. 23:42). Pertobatan penjahat ini, yang dipicu oleh salib yang dipikulnya, mendapat jawaban dari TUHAN Yesus Kristus: “”Aku mengatakan yang sesungguhnya kepadamu, hari ini juga kamu akan bersama Aku di dalam Firdaus” (Luk.23:43). Salib yang dipikulkan kepada penjahat ini, sebelum pertobatannya merupakan salib pembuat hidupnya hilang di bumi dan di sorga, tetapi setelah pertobatannya salib itu menjadi pembuka jalan kepada kehidupannya di sorga bersama TUHAN Yesus Kristus. Salib yang ketiga adalah salib yang dipikulkan kepada penjahat karena kejahatannya. Salib ini membuat dia semakin jahat sewaktu bertemu dengan TUHAN Yesus Kristus. Dia mengejek dan mencobai TUHAN Yesus Kristus sewaktu dia memikul salib yang dipikulkan kepadanya, seperti iblis mencobai TUHAN Yesus Kristus di padang gurun. Dia hanya memikirkan pembebasan dirinya dari beban salib yang dipikulnya, dan semakin menjauhkan diri dari keselamatannya.Akhir hidupnya adalah mati yang tidak diketahui rimbanya di bumi dan di sorga. Kepada manusia (pengikut dan yang bukan pengikut TUHAN Yesus Kristus) dipikulkan sedikitnya dua atau tiga macam salib. Berbahagialah orang yang dipaksa dunia ini menjadi “ikut serta memikul salib Yesus Kristus”, untuk menghantar salib keselamatan ke pusat kekuasaan iblis untuk merubuhkan kerajaan iblis dari pusatnya. Akan beruntunglah manusia yang memikul salib yang menghantar dirinya bertobat dan meminta kehidupan yang sebenarnya dari TUHAN Yesus Kristus. Dia akan beruntung dalam politik, ekonomi, sosial-budaya, hidup keagamaan, penggunaan ilmu, pengetahuan, teknologi dan pemeliharaan eko (lingkungan), serta dalam hal kehidupan sorgawi. Akan terkutuklah orang yang membuat salib yang dipikulnya  menjadi alasan mencobai TUHAN Yesus Kristus danmenjauhkan diri dari Yesus Kristus. Dari itu perlu diperhatikan setiap orang zaman now, apa yang dikatakan TUHAN Yesus Kristus: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Sehubungan dengan itu, setiap orang harus mengenali salib yang dipikulnya, dan menyadari siapa  dirinya dan bagaimana relasi (hubungan)-nya dengan TUHAN Yesus Kristus.
3. Sehubungan dengan pemikulan salib masing-masing itu, TUHAN Yesus Kristus mengatakan: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Salib itu bisa mematikan, dan memang merupakan “hukuman mati”, semacam  “jalan terhina”.  Banyak orang yang ingin menghindar dari itu atau melarikan diri agar tidak memikul salib. Tetapi, kemanapun orang menghindar, melarikan diri atau bersembunyi, di sana ada salib yang dipikulkan dunia ini kepadanya. Dia harus memahaminya. Sebenarnya, bagi orang yang memahaminya,salib itu adalah jalan emas. Di sepanjang jalan itu banyak sekali yang dapat dinikmati, suka (hidup sorgawi) dan duka (hidup nerakawi). Tetapi di ujungnya ada dua macam tujuan, yakni neraka dan sorga. Setiap orang  memiliki kebebasan untuk masuk ke tujuan mana dari antara tujuan yang dua itu. Salib itu bisa saja menjadi jalan emas menuju neraka bagi orang yang  mengutuki atau mencobai TUHAN Yesus Kristus atau menolak undangan dari TUHAN Yesus Kristus. Tetapi salib itu benar-benar merupakan jalan emas masuk sorga (hidup sorgawi) bagi setiap orang yang bisa saja sampai kehilangan nyawanya karena TUHAN Yesus Kristus. Setiap orang di zaman now harus memastikan langkahnya yang paling menentukan, mau masuk ke mana dia. Mau kehilangan nyawa selamanya dan nyawanya tak berguna atau mau mendapat nyawanya kembali walaupun banyak sekali kekuatan yang merampasnya. Setiap orang perlu menyadari, bahwa hidup itu bukan hanya keadaan bernafas, tetapi hidup itu adalah keadaan bernyawa, berguna di bumi bagi kemanusiaan (kerajaan TUHAN di bumi) dan di sorga (kerajaan TUHAN di sorga). Jadi marilah, selagi masih bernafas, jadilah manusia yang masih bernyawa, berguna di bumi dan di sorga; dan apabila tidak lagi bernafas, TUHAN Yesus Kristus akan menghadiahinya “penyambung nyawa”  yang menghantarnya kepada kebahagiaan  kekal.
4. Bapa – Ibu – Sdr – Sdri yang terkasih. TUHAN Yesus Kristus bersabda: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?Nefesh hayah dalam diri manusia menjadi ada karena TUHAN menghembuskan nismat hayah ke hidung manusia yang diciptakan TUHAN (Kej.2: 7). TUHAN yang memberi nyawa itu, TUHAN yang dapat menggantinya. Manusia tidak mampu untuk menggantinya, kalau nyawa sempat hilang, walaupun manusia sekarang telah memiliki teknologi yang sangat canggih. Paling-paling manusia dapat membuat mayat yang sudah kehilangan nyawa itu menjadi robot manusia, yang kegiatannya diprogram kalau itu bukan lagi fiksi (seperti dipertontonkan di filem). Jadi lebih baik memelihara nyawa yang dianugerahkan TUHAN itu dengan menggunakan semua yang ada di dunia, sebelum sempat hilang. Tidak cukup hanya denganmenggunakan materi untuk memelihara nyawa itu, tetapi juga harusdipelihara dengan menggunakan segala sesuatu yang sifatnya non-materi (misalnya: ajaran agama/etika/tata susila, peradaban, ideologi, ilmu, pengetahuan).
5. Siapapun yang bernyawa, pasti harus mempertanggungjawabkan apa dan siapa serta bagaimana dirinya kepada dirinya, kepada masyarakatnya, kepada lingkungannya dan kepada khalik/penciptanya. Dalam hal ini, dia harus jujur kepada dirinya, masyarakatnya, lingkungan dan TUHANnya. Adalah ketidak-jujuran apabila seseorang itu jujur kepada dirinya tetapi dusta kepada pihak-pihak lain (termasuk kepada TUHAN-nya). TUHAN yang diyakininya (entah siapapun itu disebutnya) tidak boleh tidak harus TUHAN yang benar, bukan buatan atau khayalan pikirannya saja.  TUHAN Yesus Kristus menegaskan bahwa “Iaakan membalas setiap orang menurut perbuatannya”. Dalam pembalasan itu, Dia datang dengan malaikat-malaikat-Nya. Di dunia ini, TUHAN Yesus Kristus menggunakan pemerintah yang baik, orang judikatif  yang baik,orang legislatif yang baik, orang tua yang baik, generasi muda yang baik, pedagang yang baik, ilmuwan yang baik, dalam banyak lagi pihak yang baik, menjadi malaikat-malaikat-Nya. Dengan dan melalui “malaikat-malaikat”-Nya itu pembalasan TUHAN Yesus Kristuskepada setiap orang menurut perbuatannya, dibuat terjadi. Pembalasan TUHAN Yesus Kristus kepada setiap orang menurut perbuatannnya di hari penghakiman di akhir zaman (eskaton/akhirat) dapat berjalan dengan mudah yang tidak terbayangkan manusia sewaktu bernafas di dunia. Karena siapa yang layak mendapat hidup sorgawi, itu akan masuk sorga; dan siapa yang melayakkan dirinya  masuk neraka, maka dia akan masuk neraka. Bandingkan dengan ini: Magnit akan menarik biji besi; mobil tinja akan menghisap tinja-tinja. Kiranya setiap orang percaya mempersiapkan dirinya seperti biji-biji besi itu, apabila tidak bisa menjadi emas-emas yang akan ditarik magnit pengikat emas.
6. Bapak-Ibu-Sdr-Sdri yang terkasih. Sering orang berpikir bahwa orang yang hidup sewaktu TUHAN Yesus Kristus mengajarkan apa yang dikatakan dalam perikop ini akan hidup hingga hari penghakiman yang akan datang di akhir zaman/akhirat (eskaton). Itu terjadi karena ada pemahaman bahwa “Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya”  terjadi pada masa eskaton itu. Tetapi orang yang memahami bahwa kedatangan Anak Manusia sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya itu telah dipersiapkan di zaman Perjanjian Lama, dasar dan fundasi dan tata hidup Kerajaan-Nya itu ditegaskan sejak kelahiran Yesus Kristus dan melalui ajaran dan karya-karya Yesus Kristus, dan Kerajaan itu dideklarasikan dengan peristiwa Golgata (di mana pernyataan INRI dipakukan di puncak kayu salib Yesus Kristus), dan pelaksanaan berjalan-Nya Kerajaan-Nya itu dengan kebangkitan dan pengutusan murid-murid Yesus Kristus, pasti dapat memahami ucapan Yesus yang mengatakan: “Sesungguh-nya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.” Dari mereka yang hadir  di situ waktu itu ada yang belum mati sewaktu Yesus Kristus datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya. Dia datang dengan kebangkitan-Nya yang mengalahkan maut (dunia kematian). Dengan demikian ditegaskan bahwa TUHAN Yesus Kristus adalah Raja dalam kerajaan-Nya yang sudah datang di bumi/dunia ini dan di sorga.  Berbahagialah orang yang hidup dalam TUHAN Yesus Kristus. Dia akan selalu dibekali dengan kuasa Firman dan Roh-Nya Yang Kudus. Amin.
Tarutung, tgl.28 Juli 2018. Pdt. Langsung Maruli Sitorus (Pdt. LaMBaS).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *