Pak Wiranto Legenda Kesetiaan
Yang sedang Diincar

 “Hanya Wiranto yang abadi”  Bagi yang tidak mengetahui, guyonan ini mungkin dianggap jokes ringan saja. Tapi bagi mereka yang paham, ini terkait kecakapan, skill, prestasi, kehormatan seorang Jenderal.

Pak Wiranto adalah Godfather nya semua jenderal, baik yang sudah Purnawirawan maupun yang masih aktif di Indonesia. Beliau adalah Jenderal nya Para Jenderal di Indonesia.

Semua Panglima TNI era 98 sampai sekarang adalah mantan anak buahnya pak Wiranto. Bahkan beliau adalah mantan Panglima ABRI (Pangab) jaman Pak Harto, mantan ajudan Pak Harto pula.

Bahkan orang yang mengaku TNI nya TNI, maaf itu juga mantan anak buahnya Pak Wiranto.

Jadi jaringan Pak Wiranto dalam tubuh TNI sangat luas, begitu mudah bagi Pak Wiranto untuk mendapatkan akses informasi apapun tentang dinamika yang terjadi di tubuh TNI.

Kemudian Pak Wiranto cakap pula di bidang politik, Semua politisi Golkar jaman jaya juga pernah dibawah Pak Wiranto, beliau adalah pemenang konvensi partai Golkar 2004. Sebelum mendirikan partai Hanura.

Jadi Pak Wiranto menguasai seluk beluk dan dihormati di lingkungan TNI dan menguasai Peta partai  politik  beserta  politisi di Indonesia. Apalagi Pak Wiranto juga sangat dekat dengan kalangan Islam pesantren.

Dan Pak Jokowi sangat mengetahui hal ini, sebagai seorang Presiden sipil tulen Pak Jokowi sangat membutuhkan pengendali Militer yang dihormati seperti sosok Pak Wiranto.

Mau kalahkan Jokowi? Singkirkan dulu orang-orang terbaiknya. Bila lewat demokrasi gagal, maka harus lewat cara paksa, “Turunkan jokowi, kita pemilu ulang”. Tapi cara paksa harus lewat dukungan militer, maka harus kompori militer agar berpihak ke oposisi.

Tapi Jokowi punya tokoh militer yang kuat. Ya sudah singkirkan tokoh itu.

Jadi penyerangan terhadap Pak Wiranto adalah Jelas bukan kebetulan, dari seorang loonely wolf tapi memang sudah diincar menyangkut strategi lawan.

Kita lihat sendiri akhir-akhir ini upaya pembenturan TNI Polri gencar di provokasikan oleh pihak-pihak yang menginginkan indonesia lemah dan kacau.

Namun adanya Pak Wiranto disamping pak Jokowi sangat bisa me-reduce ancaman tersebut. Kemampuan Pak Wiranto membaca peta faksi-faksi  dalam institusi anak buahnya sangat berguna, untuk menggali informasi dari dalam ataupun meredakan provokasi pihak luar yang coba membangkitkan kemungkinan kudeta militer.

Terbukti semua usaha yang pernah dilakukan untuk memancing perpecahan patah dengan mudah lewat operasi senyap dan kehandalan Menkopolhukam dalam meredakan situasi yang sering memanas.

Tentu ini membuat jengkel pihak pihak yang ingin bermain dalam politik kasar. Pak Wiranto pun diincar untuk disingkirkan. Kalangan radikalis tentu ingin Pak Wiranto tidak lagi disisi Pak Jokowi.

Loh kok tiba-tiba ke radikalis? Dalam peta politik sekarang beberapa pihak yang berseberangan dengan pemerintah punya irisan tujuan yang sama dengan kaum radikalis.

Kaum radikalis mudah di pancing untuk bergerak karena punya komando dan jaringan yang siap kapanpun jadi martir, jadi mudah sekali dimainkan untuk dipinjam tangannya. Apalagi ada dendam mudah dimainkan seputar Jokowi anti Islam, seperti pembubaran HT* dan isu memusuhi ulama yang digoreng terus sampe minyaknya tak laik lagi.

Kalo mengikuti puzzle gaya Firehouse Of False Hood yang begitu menggemakan dengan banyak isu akhir-akhir ini, maka kemungkinan memang mereka sudah bergerak mengendap memanfaatkan asap gelap semua kehebohan palsu ini.

Ada yang bilang ini settingan?
Maaf tokoh sekelas dan sebesar reputasinya seperti pak Wiranto tak akan bermain playing victim receh hanya untuk posisi jabatan. Sekali lagi pak Wiranto ada disamping pak Jokowi karena memang dibutuhkan oleh Presiden.

Jadi kemungkinan besar para radikalis mengikuti dan mengincar Pak Wiranto, dan coba meng-aktifkan jaringan yang dilewati disetiap agenda kunjungan beliau. Terbukti Pelaku sudah menunggu dilokasi pada titik yang akan dilewati dan lagi pelaku bukan orang asli Pandegelang.

Artinya pelaku sebagai sel jaringan memang sering berpindah karena mengikuti jaringan operasi oragnisasi. Dalam hal ini sudah terindikasi pelaku adalah sel J*D.

Dan hari ini sel J*D tersebut mendapatkan panggilan tugas melakukan operasi kejam dengan tujuan menyingkirkan Pak Wiranto, sungguh tugas yang sangat butuh keberanian. Menyerang seorang Menkopolhukam. Yang tentu mendapatkan banyak pengawalan ketat melekat.

Serangan ini jelas bukan serangan loonely wolf, atau serangan accidentally, serangan ini sudah dipersiapkan oleh komando dalam perintah J*D, kenapa tidak menggunakan bom bunuh diri?

Bom bunuh diri jelas membutuhkan dana, bahan dan tenaga ahli perakitan. Para petinggi J*D pasti sudah sudah paham bahwa intelejen pasti sudah menyusupkan mata-mata dalam jaringan mereka.

Ketika mereka berkomunikasi tentang rencana bom, bahan dan tenaga pembuat, pasti informasi cepat menyebar ke jaringan yang tentu mereka sadar akan mengaktifkan alarm bahaya intelejen negara.

Pilihan pisau kecil naruto adalah pilihan yang sudah mereka pikirkan dengan matang, apalagi pisau ini sudah dipakai oleh ISIS dalam melakukan exsekusi pada sandera.

Tipikal pisau ini kecil mudah disembunyikan, kuat dan kokoh karena pendek, tajam seperti silet tiap sisinya. Apabila menerang bagian leher, dada, atau ulu hati, pasti menyebabkan masalah yang fatal sekali.

Jadi apakah Intelejen kita kecolongan?
Itu adalah diksi yang sering digunakan para pembenci dan oposisi, Kata “Kecolongan” dan “blunder” adalah diksi nyinyir abadi. Jawabannya adalah Tidak,

Serangan bisa diantisipasi tidak akan bisa diprediksi kapan datang itu adalah resiko ketika tokoh publik berani tampil dikerumunan, kita tidak tau siapa saja dalam kerumunan, bagaimana hati dan tujuan masing-masing individu pasti tak sama.

Ingat ilmu intelejen, Keramaian, keriuhan dan kerumunan adalah persembunyian terbaik bagi penyerang.

Para penyerang akan selalu mencari celah setiap hari seperti mereka produksi hoax setiap hari setiap ada bahan. Dan hari ini mereka mendapatkan kesempatan itu.

Jadi bukan kecolongan, tapi rasa aman atau merasa aman adalah bahaya sesungguhnya. Itu adalah semboyan seorang pengawal

Kenapa harus seorang Menkopolhukam yang harus  diserang?

Ada TIGA alasan kuat.

Pertama, Alasan yang disebut dalam uraian diatas sangat logis. Pak Jokowi sangat sangat mempercayai Pak Wiranto, sesama orang Jawa Solo yang sangat setia dan dapat dipercayai dalam mengemban tugas mengendalikan dan mengkoordinasikan keamanan Indonesia.

Dan itu sudah mampu dibuktikan Pak Wiranto dalam 5 tahun ini bersama Pak Jokowi. Kecakapan dan pengetahun pak Wiranto adalah masalah besar bagi mereka yang menginginkan mengadu domba dan memprovokasi institusi keamanan negara.

Singkirkan Pak Wiranto agar kekuatan Jokowi limbung dalam mengkoordinasi Militer Negara. Begitulah ibaratnya.

Kedua. Alasan Kedua bikin kepanikan, ketidak percayaan seolah Indonesia adalah negara tidak aman bagaimana Seorang Menteri yang mengkordinasi Politik dan Kemaanan bisa diserang oleh IS*S. Dan ini terbukti dari koran koran Ausy dan Amerika yang gencar memberitakan dalam headline mereka.

Tentu ini bagian dari operasi Firehouse of falsehood. Ciptakan kepanikan dan kebakaran Palsu, untuk makin menggoyang pemerintah.

Bisa dibayangin bagaimana seandainya operasi ini berhasil membuat gugur seorang Menkopolhukam? mereka akan menyerang juga dengan kata-kata Jokowi gagal menangani kemanan negara, Jokowi harus turun.

Namun begitu operasi ini gagal, dengan cepat dan culas mereka tanpa babibu menuduh: ini adalah settingan playing victim bla bla bla. Bertujuan membentuk opini publik dan menjaga agar pendukung mereka tetap satu suara. Seolah publik disuruh tutup mata dengan aksi False Ratna Sarumpaet mereka.

Ketiga, Dikalangan Kombatan, martir garis keras, selalu ada keriuhan tawa teriakan setelah terjadi aksi. Itu seperti memacu adrenalin dan semangat mereka. Jadi aksi-aksi adalah candu triger penyemangan bagi teman-teman mereka lainnya dengan tujuan pemanasan menjelang aksi besar mereka selanjutnya apalgi kalo korbannya adalah tokoh besar. Ini sangat berbahaya dan harus segera diantisipasi pihak kemanan.

Kembali Ke Pak Wiranto, beliau adalah legenda kesetiaan, cerita tentang kesetiaan Wiranto pada NKRI sudah begitu melegenda di kalangan prajurit TNI. Tahun 1998 adalah puncak karier beliau dimiliter sebagai Sebagai Panglima ABRI (Pangab), pada saat itu Pangab membawahi TNI dan Polri. sebuah kesempatan kekuasaan yang seharusnya bisa diambil oleh seorang Pangab ketika negara terjadi chaos.

Tapi naluri kesetiannya pada NKRI tak akan mudah dikhianati oleh kekuasaan yang pasti tak akan murah dibayar oleh darah dalam proses nantinya. Pak Wir lebih memilih mengawal demokrasi Indonesia ke level berikutnya, bertarung dengan fair dalam proses pemilihan rakyat.

Walaupun beliau tidak pernah menang dalam proses demokrasi, tapi kesetiaan beliau pada NKRI adalah teladan bagi prajurit sejati.

Pak Wiranto Semoga Cepat Pulih Kembali

#negaraTidakBolehKalah
#StandBehindJokowi

Penulis Dhimasjusuf J. Nugroho

2 thoughts on “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *