Menjadi budak zaman modern

Suatu ketika, kami berkhotbah di suatu gereja. Begitu kami naik ke mimbar, tiba-tiba banyak diantara jemaat merogoh saku dan sebagian merogoh tasnya masing-masing. Dalam hati saya bertanya, “Ada apa ya?” Tapi dalam sekejab pertanyaan itu terjawab, sebagian besar jemaat telah memegang handphonenya. Selanjutnya kami mulai menyampaikan khotbah, keheranan selanjutnya timbul, krn diantara sekian banyak jemaat yang mau menoleh kami hanya sedikit. Mungkin bisa dihitung dengan jari. Hampir semua tertunduk asik memainkan jari di atas handphonenya.
Suatu ketika kami pernah bertanya kepada jemaat, mengapa hal itu bisa terjadi. Ternyata jawabannya singkat “Alkitab ada dihandphone”. Wah, sejenak kita terdiam. Namun logika berpikir membawa kita untuk mencari kebenaran dari jawaban tersebut. Jika dari awal khotbah sampai akhir tertunduk sambil mengutak-atik handphone, mungkinkah sedang menganalisa nats khotbah dgn mendalam?? Semoga jawabannya tidak menjadikan kita menjadi manusia yang sedang diperbudak oleh teknologi. Jika itu terjadi, sudah pasti modernisasi sedang menjauhkan kita  dari Tuhan.
Sesungguhnya hal ini bukan terjadi di gereja saja. Mungkin hal ini dapat kita temukan dalam kehidupan keseharian. Contoh jika ada 5 org sedang berkumpul setidaknya 4 org pasti sedang asik dengan handphonenya masing-masing. Padahal sebelum adanya handphone paling tidak diantara ke-5 org tersebut saling mengisi cerita satu sama lainnya.

Kembali kepada gereja, adakah gereja mau menyikapi hal sepele ini? Pentingkah para kaum teolog menganalisa akibat dan dampak negatif dan positifnya teknologi ini? Gereja saat ini hanya melarang keras untuk mengaktifkan suara handphone, tapi tidak melarang jemaat menggunakan handphone pada saat ibadah. Berbeda dengan sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah pada saat ini melarang keras siswanya untuk membawa handphone ke sekolah. Jika kita cermati, nilai positifnya sangat besar, akhirnya ketika guru mengajar siswa/i duduk diam dan memperhatikan dengan baik.

Jika hal ini tidak disikapi oleh gereja dengan baik, maka suatu saat kita sudah bisa membayangkan “Ktika khotbah semua jemaat asik dengan teknologinya”. Sesungguhnya kita tidak anti kepada modernisasi zaman, tapi dampaknya yang perlu untuk kita antisipasi dengan bijak. Padahal akibat negatifnya sangat besar : menjadikan manusia menjadi manusia individualis. Judul tulisan kali ini menjadi sebuah bukti bahwa kita sedang hidup menjadi budak-budak modern.
👉 Bangun dari tempat tidur, kita lebih utama mencari handphone.
👉 Ktika ada masalah, langsung ambil handphone update status ke media sosial.
👉 Ketika kita sedang ingin memenuhi kebutuhan jasmani, kita lebih mementingkan untuk membeli quota atau pulsa handphone.
👉 Hendak ke gereja kita mencari handphone.
👉 Ketika para siswa/i mendapat tugas dari sekolah, langsung browsing (padahal akurasi kebenarannya hanya 27%)
Banyak hal lain yang mungkin bisa membuktikan kita sedang diperbudak oleh modernisasi zaman. Seharusnya, apabila kita mampu mencermati hal ini dengan bijaksana “Kitalah yang memanfaatkan modernisasi ini, bukan modernisasi yang memanfaatkan (memperbudak) kita”. Apakah kita mau menjadi budak-budak modern. Mari berbenah dari diri kita sendiri dan keluarga. Semoga bermanfaat. TYM

3 thoughts on “Menjadi budak zaman modern

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *