perang saudara, jika

[29/10 18:52] Victor Effendy: Beranda Berita Opini

*SEKJEN Alumni Suriah: Pola & Kejadian SAMA PERSIS, Indonesia Diperkirakan Segera Perang Saudara Seperti Suriah*

 Thursday, October 25, 2018

GELORA BANGSA -Banyak pihak melihat bahwa Indonesia sedang digiring ke arah perang saudara seperti Suriah.

Apalagi, kejadian yang berlangsung hari ini memperlihatkan perbuatan SEGELINTIR orang membakar bendera HTI kemudian dicitrakan sebagai aksi organisasi BANSER dan dibenturkan dengan masyarakat awam.

M. Najih Arromadoni alumnus *Universitas Ahmad Kuftaro* Damaskus dan Sekjen *Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyamy)* melihat pola-pola Suriah terlihat semakin jelas di Indonesia.

Bahkan pola tersebut sama persis.

“Keberhasilan kelompok radikal dalam membabakbelurkan Timur Tengah menginspirasi kelompok radikal di berbagai belahan dunia lain.

Wacana itu kemudian sampai ke Indonesia, paling tidak mulai 2016.

Fakta-fakta menunjukkan banyak pola Suriah yang disalin menjadi sebuah gerakan-gerakan di Indonesia.

Indikasi menguatnya penggunaan kedok agama demi kepentingan kekuasaan, sebagaimana pernah dilakukan di Suriah, terlihat dalam banyak hal, di antaranya *Pertama* adalah penggunaan masjid sebagai markas keberangkatan demonstran.

Jika di Damaskus masjid besar untuk kumpul demonstrannya Jami’ Umawi, maka di Jakarta Masjid Istiqlal.

Adakah yang pernah menghitung, berapa kali Masjid Istiqlal diduduki pelaku berangkat demonstrasi?

Pelaksanaannya pun kebanyakan di hari Jumat seusai waktu Salat Jumat, didahului dengan hujatan politik di mimbar kotbah, sehingga mengelabui pandangan masyarakat.

Persis dengan apa yang pernah terjadi di Suriah menjelang krisis.

Masjid pun berubah menjadi tempat yang tidak nyaman, gerah, dan tidak lagi menjadi tempat ‘berteduh’.

*Kedua*, menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah dengan terus-menerus menebar fitnah murahan terhadap pemerintah.

Sesekali presiden Suriah Basyar al-Assad dituduh Syiah, sesekali dituduh kafir, dan pembantai Sunni.

Kelompok makar bahkan menghembuskan isu bahwa al-Assad mengaku Tuhan, disebarkanlah foto bergambar poster al-Assad dengan beberapa orang sujud di atasnya.

Dalam konteks Indonesia, Anda bisa mengingat-ingat sendiri, presiden Indonesia pernah difitnah apa saja, mulai dari Kristen, Cina, Komunis, anti-Islam, mengkriminalisasi ulama, dan sederet fitnah lainnya.

*Ketiga*, pembunuhan karakter ulama. Dalam proses menghadapi krisis, ulama yang benar-benar ulama tidak lepas dari panah fitnah, bahkan yang sekaliber Syeikh Sa’id Ramadhan al-Buthi, yang pengajiannya bertebaran di berbagai saluran televisi Timur Tengah, kitabnya mengisi rak-rak perpustakaan kampus-kampus dunia Islam, dan fatwa-fatwanya menjadi rujukan.

Begitu berseberangan pandangan politik dengan mereka, seketika dituduh sebagai penjilat istana dan Syiah (padahal beliau adalah pejuang Aswaja yang getol).

Upaya penghancuran atas nama Islam sedang digulirkan di negara kita.

Pola-pola yang sama ketika kelompok radikal menghancurkan Suriah sedang disalin untuk menghancurkan negara kita.

Bedanya Suriah sudah merasakan penyesalan dan ingin rekonsiliasi, merambah jalan panjang membangun kembali negara mereka. Sedangkan, kita baru saja memulai.

Jika kita tidak berusaha keras menghadang upaya mereka, maka arah jalan Indonesia menjadi Suriah kedua hanya persoalan waktu. Semoga itu tidak pernah terjadi.”

Sumber: detik.com dengan judul Radikalisme: Antara Suriah dan Indonesia

LABELS:
Berita 296 Opini 143
SHARE: 14.5K

https://www.gelorabangsa.com/2018/10/yang-bicara-bukan-sembarang-orang.html
[29/10 18:55] Victor Effendy: *_Copas_*

_Teman saya seorang aktifis International yang bermarkas di Dubai mengirim email ke saya. Baiknya saya lampirkan emailnya sebagai berikut (terjemahan bebas)._

My dear friend.
Saya merasa prihatin dengan keadaan Indonesia belakangan ini. Dari sumber saya di Jakarta mengatakan bahwa politisi berbasis Islam berusaha memperovokasi gerakan bawah tanah islam radikal, aktifis kampus yang berbasis Islam , ormas islam untuk ikut ambil bagian dari hard game menuju Pemilu 2019. Masalah Ahok hanyalah pintu masuk menuju _hard game_ itu. Demontrasi kemarin tanggal 4 november adalah sebagai tabuh genderang bahwa _hard game_ di mulai. Konsolidasi di antara mereka terus terjadi paska demo 411. Namun saya senang sikap TNI sangat jelas, bahwa gerakan itu sudah di petakan dengan baik. Wawasan TNI sangat luar biasa. Sehingga bukan hal yang sulit di hadapi _hard game_ itu. Jokowi telah dengan tegas memerintahkan TNI untuk tidak ragu mempertahankan kebhinekaan NKRI dari rongrongan pihak manapun.

Gerakan dalam negeri untuk menciptakan situasi kacau tak lain adalah bagian dari _proxy war_ yang sudah di laksanakan sejak 8 tahun lalu atau sejak Obama berkuasa. _Proxy war_ ini merupakan _smart power_ dengan membentuk pion pion dari berbagai kalangan untuk menciptakan opini permusuhan kepada pemerintah. Apalagi ketika Jokowi naik sebagai presiden gerakan _proxy war_ semakin kencang. Ini di sebabkan di awali kebijakan Toll Laut namun sebetulnya juga memotong geostrategi Amerika dalam penguasaan kawasan Asia Pasific yang di dalamnya menyimpan konplik laut China Selatan. Penguasaan blok Marsela untuk kemudian refinery di lakukan di darat, yang memungkinkan Indonesia dapat membangun pangkalan perang di pulau itu. Dan ini semakin sulit bagi Amerika untuk menjangkau Papua bila terjadi perang laut. Itu sebabnya Indonesia tidak bisa lagi di tekan dalam negosiasi soal Freeport oleh AS. Sikap tegas Indonesia telah membuat Freeport kehilangan _trust_ di bursa, Harga saham freeport terus jatuh. Tahun 2019, Freeport harus tunduk dengan UU Minerba atau hengkang dari Indonesia. KK tidak ada lagi.

Juga menjadikan kawasan Natuna sebagai wilayah clean dari semua kapal Asing, telah membuat China dan Amerika semakin sempit ruang manuvernya. Indonesia akan menempatkan pangkalan perang di Natuna. Ini membuat Beijing harus mengkoreksi kebijakan geopolitik dan geostrategisnya terhadap Indonesia khususnya kawasan laut Natuna. Itu sebabnya Beijing dengan cepat menyikapi bahwa Laut Natuna tidak termasuk dalam _nine node_ yang di claim China sebagai wilayahnya. Kalau tidak maka itu akan merugikan China bila harus berhadapan dengan Amerika. Berteman dengan Indonesia akan lebih baik. Sementara Amerika, mulai melunak dengan memberikan akses pemerintah Indonesia kepada FATCA, _the Foreign Account Tax Compliance Act,_ yang merupakan sistem pengawasan rekening di wilayah bebas pajak dan lalu lintas dana haram. Dengan akses ini memungkinkan Indonesia dapat sukses besar menjaring dana hidden warga Indonesia di luar negeri melalui program TA.

Kebijakan Jokowi ini memang politik berani dengan taruhan besar. Sementara kekuatan politik dalam negeri tidak sepenuhnya mendukung. Dampak dari kebijakan ini memang banyak TNC Amerika kesulitan melakukan fundraising atas sumber daya yang mereka kuasai di Indonesia. Karena kontrol yang ketat atas _cost recovery_ setelah reformasi Migas. Sementara kini Pertamina tercatat sebagai perusahaan MIGAS terbaik dunia. Banyak industri perikanan Cina yang gulung tikar akibat kebijakan perikanan indonesia atas wilayah lautnya. Singapore sebagai _financial center_ bagi warga Indonesia, kini meradang karena terjadi rush dana di bank pindah ke Indonesia. Memang di bawah kepemimpinan Jokowi, Indonesia semakin mengkukuhkan dirinya sebagai negara berdaulat namun membuka diri untuk bermitra dengan siapapun atas dasar kepentingan nasional. Namun kemitraan yang setara ini tentu tidak diinginkan oleh siapapun.

Makanya kekuatan infiltrasi asing melalui _proxy_ dari kekuatan oposisi di Indonesia terus dilakukan. Menjelang tahun 2019 adalah _to be or not to be_ bagi mereka untuk memastikan kekuasaan Jokowi dapat ditumbangkan. Hal ini memang lebih leluasa di lakukan, karena Indonesia negara demokrasi, yang memberikan kebebasan siapapun dan media massa melakukan perang opini yang bisa efektif merusak reputasi pemerintah. Sehingga pemerintah lemah. Dan mudah untuk dikendalikan dan dijatuhkan dengan menempatkan orang yang tunduk dengan kebijakan asing. Apakah semudah itu? Semua tahu bahwa kekuatan Indonesia adalah persatuan atas dasar kebinekaan. Benteng persatuan ini adalah umat Islam. Namun semua juga tahu bahwa kekuatan islam menyimpan konplik karena paham sekterian dan radikalisme. Keadaan inilah yang memungkinkan kesatuan itu bukan saja kuat tapi juga renta di provokasi menjadi api yang mudah membakar hangus NKRI, akhirnya di kuasai asing…

My dear friend.
Ingat engga dulu waktu kita di Beijing dalam rehat seminar di sebuah cafe, kita menonton acara TV yang memuat berita kerusuhan di Suriah, bahwa itu tidak mungkin oposisi begitu terorganisirnya bergerak dengan satu tekad menjatuhkan rezim Bashar AL Assad tanpa ada dukungan kuat dari AS/ Barat, juga Israel. Saya lihat kamu sempat tersenyum. Kamu kira aku sedang membangun teori tentang konspirasi. Padahal menurut kamu bahwa ini murni kehendak mayoritas rakyat Suriah yang ingin tegaknya demokrasi. Mereka sudah bosan di bawah rezim Alwalid yang berasal dari minoritas Syiah yang berlaku otoriter. Saya dapat maklum apa yang kamu sinyalir. Menurut saya ketika itu, ada hal yang sangat mudah diledakkan di Suriah, yaitu masalah hubungan sunni dengan Syiah. Maklum saja di Suriah, sunni adalah kelompok mayoritas namun elit kekuasaan berada di tangan keluarga Alwalid dari sekte Syiah. Perseteruan ini sengaja dikobarkan lewat operasi inteligen.

Sejak Obama terpilih sebagai presiden upaya _smart power_ AS untuk menjatuhkan rezim Alwalid ini telah dilaksanakan dengan systematis. Para intelektual Muslim Sunni yang ada di Suriah serta militer dari kelompok reformis didekati oleh AS lewat program binaan secara langsung maupun tidak langsung. Motor dari operasi pembinaan para oposan ini adalah Departement Luar Negeri As melalui _US Institute of Peace_ dengan dibantu oleh Negara Eropa Barat sekutunya. Program pelatihan yang di adakan di Jerman dengan dukungan ahli inteligen ini, meliputi program agitasi dari aspek ekonomi, social, politik, budaya dan agama. Para mereka yang telah dilatih ini, kembali ke Suriah membina _pressure group_ dari kalangan LSM yang pro demokrasi, ulama sunni dan militer intelektual.

_Presssure group_ inilah yang melakukan propaganda sistematis kepada seluruh rakyat untuk terjadinya gelombang revolusi. Maka ketika harga pangan melambung tinggi dan rezim Alwalid tidak bisa mengatasi krisis pangan, maka momentum ini digunakan untuk melakukan revolusi rakyat. Ditambah lagi keberhasilan _people power_ di Mesir menjatuhkan Hosni Mubarak , Libia yang membuat hengkang Khadafi , ikut berperan sebagai _trigger_ meluasnya perlawanan rakyat. Jadi kesimpulannya kerusuhan ini tercipta karena _by design_ oleh AS dan sekutunya. Bila kekacauan terjadi, apapun bisa terjadi. Diawali oleh aksi demo yang tak terkendali dan terprovokasi hingga terjadi benturan keras antara rakyat dan aparat. Selanjutnya meluas hingga terbentuk grup pemberontak. Bila sudah begini, maka sikap negara di manapun akan sama, yaitu menghadapinya dengan tegas. Tindakan berontak adalah tidakan makar.

Semua tahu di belakang kelompok oposisi ada kekuatan AS/ Barat. Ini operasi inteligen AS/ Barat untuk menciptakan chaos dan sekaligus menebarkan berita bohong yang sengaja dibesar besarkan oleh media barat untuk membangun _bad image_ atas rezim Suriah. Sahabatku, Indonesia harus waspada dengan cara cara gerakan oposisi yang seperti itu, yang akhirnya menjadikan suriah kawasan perang dan pembantaian. Sangat mengerikan. Enam bulan lalu saya berhasil masuk ke Damaskus bersama aktifis international lainnya. Saya melihat negeri yang diberkati rasul itu hancur seperti negeri tidak ber Tuhan. Perang saudara ini sudah menewaskan lebih dari 250.000 orang, sebanyak 80.000 orang adalah warga sipil, termasuk 13.500 orang anak-anak. Sedikitnya 1 juta orang terluka dalam konflik ini. Sedikitnya 250.000 anak-anak hidup di kota-kota yang terkepung dalam kondisi mengenaskan. Sebagian besar dari mereka terpaksa menyantap makanan hewan atau daun demi bertahan hidup. Lebih separuh rakyat Suriah eksodus keluar negeri mencari perlindungan di negeri orang. Ongkos sosial akibat perang itu seakan tak tertanggungkan oleh siapapun yang waras.

Dengan keadaan ini maka dapat di pastikan ekonomi Suriah mengalami kemunduran hingga tiga dekade, karena sebagian besar pendapatannya terhenti dan banyak infrastruktur hancur, deindustrialisasi dan tutupnya berbagai jenis usaha. Rakyat mengalami kebangkrutan yang berujung pada maraknya penjarahan dan penghancuran. Sejak 2011, ekspor Suriah anjlok hingga 90 persen dan di saat bersamaan Suriah juga menderita sanksi internasional. Di sisi lain, sebagian besar rakyat Suriah hidup tanpa listrik akibat hancurnya 83 persen infrastruktur kelistrikan negeri itu. Semoga neraka di Suriah tidak pernah terjadi di Indonesia.

My dear friend.
Kini pemerintah Amerika dipimpin oleh Donald Trump. Kamu tahu bahwa dia sudah melakukan aliansi bisnis dengan pengusaha yang juga politisi di Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Trump akan melakukan apa saja untuk menyelematkan Freeport dan merebut kembali Marsela sebagai jalur strategis menguasai Asia pacific. Trump akan melakukan kebijakan _shock banking_ melalui peningkatan suku bunga the Fed. Ini lebih dahsyat daripada bomb nuklir, yang bisa membuat rupiah terkoreksi negatif akibat _capital outflow._ Saat itulah kekuatan proxy semakin dapat angin untuk merebut kekuasaan. Mereka digerakkan oleh kaum oportunis dengan menjadikan agama sebagai isyu utama. Di balik isu itu ada agenda utama yaitu bagaimana menguasai SDA Indonesia. Sementara yang memperjuangkan agama itu hanya di jadikan kayu bakar untuk kemudian setelah berkuasa, kayu bakar yang telah jadi debu itu akan dibuang begitu saja…Itu terjadi di mana-mana, sejarah membuktikan…

My dear friend.
Menghadapi situasi ke depan memang tidak mudah. Ini tantangan bagi rakyat Indonesia untuk berselencar dalam gelombang panas dalam konstelasi global. Mengapa? Indonesia punya potensi besar untuk unggul yaitu mempunyai geografi daratan dan lautan yang kaya akan SDA. Ini harus dikelola dengan baik dan bermanfaat. Indonesia punya demografi hebat yakni kearifan lokal, yang juga harus dibarengi dengan revolusi mental dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Indonesia harus menjadi negara agraris, negara maritim, dan negara industri. Hanya dengan cara itu Indonesia bisa selamat. Jangan sampai potensi hebat ini jadi hancur hanya karena sekelompok orang yang sebetulnya mereka hanyalah proxy asing untuk membakar revolusi di negeri ini. Semoga TNI bisa tegas bahwa NKRI harga mati.

Semoga rakyat Indonesia menyadari ini dan bersikap berhati-hati atas setiap provokasi yang bisa menmbulkan gejolak dalam negeri dan bersatu dalam barisan negara kesatuan tanpa bisa dipecah-belah karena isu SARA. Semoga TNI tetap menjadi pembela NKRI dan memang prajurit TNI terlatih membaca geopolitik dan geostrategis karena Indonesia kaya dengan pengalaman jatuh bangun kekuasaan. Saya yakin Indonesia semakin dewasa karena didera masalah dan kini Indonesia di bawah presiden Jokowi akan terus begerak menjadi marcu suar sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam yang mampu berdualat di atas keberagaman tanpa bisa di tembus oleh kekuatan asing dalam bentuk apapun…Suriah adalah pelajaran mahal sekali bagi umat islam di Indonesia..sangat mahal. Kalau sampai terjadi, ongkos kemanusiaan sangat mahal dan tak mungkin anak cucu kita bisa menanggungnya. Cintai generasi masa depan dengan mewariskan kehidupan cinta damai dan kesejahteraan di bawah lindungan Tuhan yang maha pengasih dan penyayang..

Salam hangat selalu.

share dari DDB …

2 thoughts on “perang saudara, jika

  1. I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *