HORAS SAMOSIR FIESTA, CALENDAR OF EVENT PARIWISATA SAMOSIR

“HORAS SAMOSIR FIESTA”: VISUALISASI ATRAKSI BUDAYA BANGSO BATAK ( SENIBUDAYA, MANGASE TAON DAN NAPAK TILAS HABATAKON)

PENDAHULUAN
Sasaran pembangunan Kabupaten Samosir akan difokuskan sebagai kawasan wisata karena secara geografis dan ciri-ciri kewilayahan memiliki kriteria sebagai kawasan wisata, mulai dari lokasinya sebagai legenda asal-mula Etnis Batak, keindahan alam dan panoramanya, kebudayaan yang hidup dalam keseharian masyarakat yang tinggal di Samosir, beserta peninggalan sejarah budaya yang tidak ternilai harganya, baik yang sudah dikenal secara terbuka maupun yang belum dikenal secara terbuka. Salah satu faktor determinan bagi pengembangan industri pariwisata ialah adanya objek wisata yang menarik minat, menggugah perasaan, menarik / mempesona, serta adanya atraksi wisata sehingga para wisatawan tidak hanya melihat benda mati.
Kabupaten Samosir sangat kaya dengan objek wisata. Kekayaan objek wisata itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain:
a. Objek Wisata Alam (Natural Tourism Object). Kabupaten Samosir Danau Tobanya menawarkan panorama alam indah yang tiada batas dan tiada henti-hentinya untuk dinikmati. Hal itu disebabkan kekayaan topografis Kabupaten Samosir yang sangat unit, yaitu daerah perbukitan, jurang dan lembah, dataran luas, dan Danau Toba sebagai titik kilmaks.
b. Objek Wisata Budaya (Cultural Tourism Object). Sebagai daerah asal-usul Etnis Batak, Kabupaten Samosir masih menyimpan peninggalan budaya bernilai tinggi yang sangat mempengaruhi kearifan atau nilai-nilai lokal yang hidup dan menjadi identitas masyarakat Batak. Di Kabupaten Samosir kita masih dapat menemukan rumah-rumah adat yang sudah berumur ratusan tahun, kuburan batu, mata air sakral, tempat-tempat sakral, dan lain sebagainya.
c. Objek Wisata Buatan (Man MadeTourism Object ). Sebagai daerah asal-muasal etnis Batak, sebagian masyarakat Kabupaten Samosir masih menekuni pembuatan barang-barang ala-Batak atau hasil kreasi manusia yang bernafaskan Habatakon. Di Kabupaten Samosir kita masih dapat menemukan para tukang gorga, tukang ukir, penenun ulos, pengayam tikar, dan lain sebagainya. Tempat mereka berkarya dapat dijadikan objek wisata menarik bagi para wisatawan dan hasil kreai mereka dapat dijadikan souvenir yang layak jual untuk meningkatkan nilai tambah.
d. Kegiatan Manusia (Human Activities). Sebagai masyarakat yang mewarisi adat-istiadat nenek-moyang, banyak kegiatan manusia yang sejatinya dapat dijadikan objek menarik bagi para wisatawan. Sebagai contoh dapat kita sebut Acara Gondang dan Tortor, Acara Adat, dan lain sebagainya.
e. Tempat Wisata Sport dan Olah Raga. Pada hakikatnya Kabupaten Samosir memiliki potensi sangat besar dan variatif dalam hal ini. Bukitnya yang terjal dapat dijadikan tempat wisata pralayang, panjat tebing, hiking; Danau Tobanya yang luas dapat dijadikan tempat sport dan olah raga air; beberapa lokasi pantai pasir putih dapat dikembangkan menjadi tempat olah raga pantai; topografinya menawarkan tempat yang sangat menantang bagi pecinta olah raga cross counry; dan lain sebagainya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa secara geografis Pulau Samosir dengan Danau Tobanya menjadi andalan utama untuk menjadikan Samosir sebagai tujuan wisata terfavorit (setidak-tidaknya untuk Sumatera Utara), dengan segenap nilai-nilai Habatakon yang hidup dan menjadi keseharian masyarakat yang tinggal di Samosir.
Kabupaten Samosir yang potensial dengan keindahan alam Danau Tobanya dan mempunyai situs serta cagar budaya yang mengandung nilai sakralitas yang tinggi dan dikenal sebagai asal Bangso Batak, baik dari segi adat istiadat maupun seni-budaya, semua ini telah dirangkum dalam buku Grand Strategi Pengelolaan Kolaboratif Pembangunan Kabupaten Samosir yaitu :
1. Membuka Akses Transportasi seluas – luasnya menuju Kab. Samosir, untuk keluar dari keterisolasian yaitu melalui : Darat, Udara, Danau, Jalan Lingkar luar Danau Toba yang menghubungkan 6 (tujuh) Kabupaten yaitu : Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara; serta jalan Tele – Pangururan .
2. Area Konservasi Botani dengan membangun Kebun Raya Samosir seluas 100 ha.
3. Area Konservasi Sumber Daya Air( SDA ) dengan membangun Arboretum di lokasi Aek Natonang Kecamatan Simanindo seluas 105 ha, terdiri dari : Darat seluas 83 ha, danau seluas 22 ha, dengan penyanggah (Catchment Area) seluas 545,29 ha
4. Area Konservasi Lahan, Kebun, Ternak dan sabuk hijau (Green Belt ) Kebun Raya Samosir di Catchment Area GN-KPA Sub DAS Binanga Papan Lumban Buntu / Dugul Desa Tomok seluas 83, 15 ha.
5 Area Konservasi: Hutan, Lahan, Kebun, dan Ternak berlokasi di Catchment Area GN-KPA :
a. Sub DAS Binanga Oppu Ratus (arah ke Lontung), seluas 114 ha, berada pada Desa Tanjungan dan Desa Parbalokan, Kecamatan Simanindo
b. Sub DAS Binanga Pangumpatan (arah ke Urat – Palipi) seluas 3.631 ha, berada pada Desa Urat II Kecamatan Palipi,
6 Area Konservasi: Hutan, Lahan, Kebun, Ternak berlokasi di Catchment .Area GN-KPA :
a. Sub DAS Binanga Tulpang seluas 1788 ha, berada pada Desa Ronggur Nihuta Kecamatan Ronggur Nihuta
b. Sub DAS Binanga Aek Tawar / Guluan, seluas 4.432 ha , berada pada Desa Ronggur Nihuta Kec. Ronggur Nihuta – Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi,
7. Area Konservasi Situs dan Cagar Budaya Kabupaten Samosir
a. Situs Sekitar wilayah sakralisasi Gunung Cuci Pusuk Buhit sebanyak 47 situs, diawali dari Situs Batu Hobon dan pada tahun 2008 telah dilaksanakan : study Ekowisata dan Jasa Lingkungan serta detail desain di situs Batu Hobon dan pada tahun 2009 akan dilaksanakan pembangunannya
b. Penetapan Situs Prioritas tiap Kecamatan dimulai dari Ulu Darat, dan pada tahun 2009 akan dilaksanakan : Penyusunan Legenda destinasi diawali dari : Situs Tamba Tua, Situs Si Boru Pareme, Situs Datu Parngongo, Situs Boru Saroding, Situs Bulu Turak, Gua Bunda Maria, Aek Porohan, Makam tua Sidabutar, Batu Persidangan, Batu Bottean, Liang Sipogu, Liang Marlangkop, Sipale Onggang, Makam Tua Simarmata, dan lain lain
c. Pengembangan Wisata Alam ( bukan Situs Budaya ) yang memiliki banyak lokasi sangat potensial untuk di kembangkan dan dikemas dengan berbagai olahraga tantangan seperti : HASH, Gantole/Paralayang, Sepeda Gunung, Festifal Layang – Layang, Jetsky, Panjat Tebing, Motor Cross, Volly Pantai, Dayung, Selancar Air, Renang, dan lain lain, dan berbagai kegiatan olahraga telah dilaksanakan setiap tahunnya.
8. Pembangunan Jaringan Air Baku dengan sistim Gravitasi :
Pembangunan Jaringan Air Baku dengan Pipa PVC Ø 6″ mulai dari Parumbahan – Batu Hobon – Limbong – Sijambur Nabolak – Boho – Tanjung Bunga – Tano ponggol – Parbaba ( Komplek perkantoran DPRD ) sepanjang 21 km
9. Pembangunan Rumah Sakit Terpadu Kabupaten Samosir di Huta Ginjang Sigarantung, Kecamatan Simanindo
10. Pembangunan Lapangan Golf Samosir di Huta Ginjang Sigarantung atau Sianitak Kabupaten Samosir
11. Pembangunan Kawasan Wisata Lagundi Kecamatan Onan Runggu
12. Pembangunan TPA Terpadu di Desa Sinta Dame Kec. Simanindo.

Perlunya menguatkan eksistensi Habatakon menjadi pergumulan banyak kalangan di saat nilai-nilai global tidak mampu menjawab permasalahan di masyarakat, baik itu menyangkut ekonomi, terlebih-lebih menyangkut relasi sosial dalam pengembangan kepariwisataan. Ciri khas kawasan menjadi penting saat pemerintah dan masyarakat telah bersepakat untuk menjadikan daerahnya sebagai kawasan wisata yang bercirikan kearifan lokal.
Masyarakat Batak telah terbiasa mengorganisir dirinya dalam lembaga-lembaga marga (yang merupakan bentuk pergeseran dari konsep bius). Punguan-punguan marga menjadi media yang efektif dan berkesinambungan dalam melestarikan nilai-nilai Dalihan Na Tolu. Punguan-punguan marga telah menjadi komunitas yang solid sebagai avant garde penjaga nilai-nilai kearifan lokal.
Di samping punguan marga, lembaga yang concern terhadap pelestarian nilai-nilai Habatakon juga menjadi pelaku penting untuk tetap membangun eksistensi Habatakon. Ritual yang dulunya merupakan bagian dari keseharian di kalangan Batak terdegradasi seiring perjalanan waktu. Karena itu, lembaga-lembaga yang memberikan perhatian serius untuk menggali dan memperkenalkan kepada masyarakat terkait ritual-ritual Habatakon yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian Bangso Batak mesti disambut baik.
Salah satu kearifan Bangso Batak yang nyaris tidak diketahui oleh masyarakat saat ini adalah “Mangase Taon” atau perayaan tahun baru. Menurut Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM Cap, Mangase Taon adalah taktala di penghujung tahun dan sebelum turun ke sawah, digelar persembahan agung horbobius. Mata kurban ini dipilih dengan cermat, yaitu seekor kerbau jantan yang muda dan pilihan….ia disucikan dengan pelbagai ritus inisiasi dan inagurasi lewat segala upacara inisiasi dan konsekrasi, mata kurban, horbobius menjadi sakral dan pusat seluruh perlambangan kosmos. Ia menjadi lambang seturut unsur alam dan seluruh reksa hukum alam manusia, utamanya pernikahan. Melambangkan gemuruh penciptaan alam semesta oleh Sang Khalik, Mulajadi Nabolon, diadakan ritus mandungdang. Lambang tertinggi kedua adalah borotan, sebagai tiang persembahan, dipilih dari pohon pilihan.

BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan ini adalah:
SEREMONIAL :
1. Napak Tilas Habatakon: (tahun 2010 dengan Napak tilas Siraja Lontung mulai dari Ulu Darat – Sabulan – Urat (Hariara Maranak) – Sampuran Pangaribuan naik dari Ulu Gaja, yang sekarang menjadi lokasi Paroki Palipi
2. Mangase Taon (Mangalahat Horbo Bius Sitingko Tanduk Si Ualu Pusoran)
3. Atraksi Budaya
4. Penandatanganan kesepakatan antara marga2(misal Toga Sinaga) – Pemkab – LKSB tentang Program Pembangunan kunjungan Wisata Sejarah:
a. SABULAN : Ulu Darat – Baniaraja – Parmonsahan – Patung di dolok Simataniari dohot Aek simataniari – Onan Sibagandingtua dohot Hariara Toguon – Rumah Parsantian – Pasir Sitio-tio Paridian Siboru Pareme – Tuktuk Lontung – Batu Sitapi-tapi Sibuha Mata – Sioma – Batu Hoda – Sabulan.
b. URAT : (Sinaga Raja, Tuan Situmorang, Raja Pandiangan, Toga Nainggolan) Hariara Maranak / Mual ni Raja Lontung – Dolok / Tombak Pangaribuan / Sampuran Pangaribuan di Batu Jagar Kecamatan Palipi
5. Peletakan Batu Ojahan dimulainya pembangunan Napak Tilas (Siraja Lontung)

MAKSUD DAN TUJUAN
1. Secara umum, tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah melestarikan, mendayagunakan, mewujudkan dan memperkenalkan segenap potensi dan keindahan objek-objek serta atraksi budaya sebagai keunikan dan daya tarik wisata yang memiliki keunggulan, baik itu dari potensi keindahan alam juga identitas masyarakat lokal di Samosir,
2. Menyelenggrakan pertemuan dengan Raja Bius se-Kabupaten Samosir untuk pembahasan penataan situs, pembahasan aplikasi Dalihan Na Tolu (DNT) dan langkah–langkah penyelenggraan Mangase Taon.
Maksud dari kegiatan ini adalah:
a. Mengidentifikasi situs peninggalan Ompu Siraja Lontung
b. Menggali potensi budaya yang belum terpublikasikan dengan luas sehingga belum diketahui publik
c. Membuka ingatan masyarakat khususnya pomparan Si Raja Lontung, Boru, Bere, dohot Ibebere tentang perjalanan hidup si Raja Lontung khusus Ompu Toga Sinaga.

Tujuan Kegiatan ini adalah:
Adapun yang menjadi tujuan kegiatan ini adalah:
a. Terbangunnya pola kemitraan pemerintah dengan unsur masyarakat adat guna mewujudkan Samosir sebagai kawasan wisata yang berbasiskan karifan lokal
b. Terwujudkannya Samosir sebagai kawasan wisata yang bercirikan Habatakon
c. Terlestarikannya budaya Batak sebagai salah satu potensi andalan wisata
d. Mewujudkan pelestarian situs dan penyusunan draft pedoman umum pelaksanaan Dalihan Na Tolu (DNT) serta menggali budaya Batak dengan kegiatan Mangase Taon.

LINGKUP KEGIATAN
Adapun lingkup kegiatan adalah :
1. Penguatan kelembagaan LKSB:
a. Penyusunan Struktur Organisasi dan Rencana Kerja LKSB 2011 – 2015;
b. Penyiapan Kantor dan Perlengkapan Kantor LKSB;
2. Pengorganisasian Raja Bius se-Kabupaten Samosir dalam rangka penyusunan draft Panduan umum pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu dan pembahasan rehabilitasi situs.
3. Rapat Pembentukan Panitia pelaksana HORAS SAMOSIR FIESTA: VISUALISASI ATRAKSI BUDAYA BANGSO BATAK MANGASE TAON DAN NAPAK TILAS HABATAKON
4. Pelaksanaan NAPAK TILAS SI RAJA LONTUNG (Ulu Darat, Sabulan, Urat, Sampuran Pangaribuan) dalam rangka penyusunan program wisata situs dan sejarah.
5. Penyusunan Program Hasil Kunjungan Napak Tilas Si Raja Lontung.
6. Penyelenggaraan HORAS SAMOSIR FIESTA:
a. ATRAKSI BUDAYA BANGSO BATAK
 Musik Tradisional (Gondang Bolon, Gondang Hasapi, Kolaborasi Talatoit, Sordam, Garantung)
 Tortor: Sawan, Batak Toba, Simalungun, Karo, dll.
 Seni Ukir dan Pahat
b. MANGASE TAON (Mangalahat Horbo Bius):
 Patedakhon;
 Manantihon Pelean;
 Panimpuli ni Pameleon;
 Epilog Pangampuon
c. Penandatanganan MOU antara Pemkab Samosir, PPTSB dan LKSB Penataan dan pengembangan Situs Napak Tilas si Raja Lontung
d. Peletakan Batu Ojahan Penataan dan pengembangan Situs Napak Tilas si Raja Lontung
e. Pengumpulan dukungan / Dana untuk Penataan dan pengembangan Situs Napak Tilas si Raja Lontung.

Catatan : untuk penyelenggaraan HSF tahun 2010, dana yang dianggarkan Pemkab cq. Dinas Pariwisata Kab. Samosir sebesar Rp. 352.020.000.- dalam kegiatan Napaktilas, Mangalahat horbo dan kegiatan atraksi seni budaya; Sebagian kebutuhan dana bersumber dari dana LKSB sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *